Chapter 5 || Ayah?

4.4K 654 139
                                    

Sepasang netra bersinar menatap kagum pada jejeran balon yang sengaja dipasang menghiasi setiap sudut halaman rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepasang netra bersinar menatap kagum pada jejeran balon yang sengaja dipasang menghiasi setiap sudut halaman rumah. Mulutnya sedikit menganga sebelum tersenyum riang dengan ekspresi luar biasa bahagia. Idam menarik-narik ujung baju supir keluarga Song lalu berujar antusias, "lihat! Lihat! Banyak balon warna-warni."

"Kau suka balon?"

Menoleh cepat, menatap Tuan Shim melalui sorot mata polos seolah tidak mengerti. "Memang paman tidak suka balon?"

"Tentu saja suka. Mereka indah, bukan? Semua orang akan bahagia saat menatap balon penuh dengan warna."

Seakan lupa dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya. Mengabaikan jika tempurungnya terasa seberat gada. Meski bibir pualam itu masih terlihat pucat sedikit mengering di beberapa bagian, tetapi raut antusias terukir begitu jelas sejak pertama kali mobil mereka melaju meninggalkan pekarangan rumah.

"Mama tinggal di sini? Di tempat penuh balon ini?" Tanyanya penuh harap ketika decit suara rem tangan di tarik tepat saat menginjak aspal di halaman rumah tersebut. "Apa balon-balon ini untuk menyambut Idam, paman?"

Tuan Shim mengerenyit sekilas, ia tidak mengetahui apapun sama sekali. Namun saat mengingat bahwa Ahrin mengetahui tentang kedatangan Idam hari ini, bisa saja tebakan anak berusia lima tahun itu benar kalau Ahrin hendak menyambut kedatangan pangeran kecilnya sedikit meriah. "Mungkin... iya."


Ketukan dari luar jendela kaca menyita atensi keduanya. Idam menoleh cepat, netranya sontak membesar menatap Ahrin berdiri di balik pintu mobil di luar sana. "Cepat buka kuncinya! Cepat! Aku tidak mau kebebasanku terenggut lebih lama."

Dan Tuan Shim lantas mengudarakan tawa seraya mengusak pucuk kepala Idam gemas yang langsung dihadiahi tatapan kesal dengan bibir mengerucut sebal. Sepertinya, anak itu harus berhenti menemani neneknya menonton drama.

"Mama!" Teriak Idam lantang sesaat setelah pintu mobil terbuka. Melompat ke dalam pelukan Ahrin dan langsung dibalas oleh kecupan mesra bertubi-tubi menghiasi wajahnya. "Aku rinduuuu sekal. Mama merindukanku, tidak?"

"Mama merindukan mu setiap waktu." Sudut netra si gadis sedikit memburam kala menatap senyum tulus Idam. Mengusap air menggenang di pelupuk matanya yang nyaris jatuh, Ahrin menuntun Idam menuju pintu masuk kendati detak jantungnya berpacu tidak terkendali tepat ketika kedua kakinya menjejak lantai rumah.

"Mama tinggal di sini? Woah, banyak lukisan." Kepala Idam memutar menatap setiap sudut ruangan. "Oh, ada kolam renang!" Tidak peduli jika teriakannya mampu menyita atensi seluruh pasang mata, anak itu berceloteh riang saat menatap genangan air dari balik jendela kaca. "Di rumahku tidak ada kolam. Kata Eomma, mama membenci air seperti seekor anak kucing."

"Wow, Lilly. Lihat siapa yang datang!" Ibu berjalan menghampiri Idam bersama Lilly dalam gendongan.

"Namanya Song Yedam, dia adik kandung Ahrin, Bu," sahut Jungkook seraya berjalan mendekat, menyatukan kepalan tangannya dengan tangan kecil idam seolah-olah melakukan salam persahabatan. "Selamat datang, Lil brat."

My Illegal Wife✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang