Chapter 6 || Kelemahan

4.3K 662 149
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sudah kuduga, Idam memang anakmu kan?"

Rona pada wajah lelaki itu mulai memudar hingga nyaris menyerupai sepucat mayat yang baru saja diawetkan. Mulutnya tertutup rapat seolah-olah semua isi dalam kepala mendadak menguap ke udara. Tak ada kata yang tersisa bahkan hanya untuk sekedar mengutarakan alasan.

Keringat dingin tak terasa membasahi punggung, mencetak jejak-jejak keringat di permukaan kaus polos berwarna kelabu. Si pria mematung seraya menatap reaksi Ahrin yang justru menampilkan senyum kemenangan dengan raut wajah angkuh sembari melipat kedua lengan di depan dada saat mendapati Taehyung jelas terlihat ketakutan hanya melalui sorot netranya saja.

"Ada apa dengan wajahmu? Padahal aku hanya bercanda." Jungkook terkekeh menyebalkan, melahap sepotong daging tanpa merasa bersalah sama sekali. Namun pada kunyahan kelima, sakan teringat sesuatu yang cukup krusial, ia kembali mengangkat kepala untuk menatap Taehyung dan menambahkan, "tapi, melihat raut wajahmu..." mata bulatnya tiba-tiba memicing. "Kau tidak pernah selingkuh dengan mertuaku, kan?"

Oh, Shit. Alih-alih merasa kesal mendapat tuduhan tak masuk akal, Taehyung malah menghembuskan napas lega, mengusap keringat di dahi lalu mengalihkan tatap pada Ibu sebelum menyahut, "Bu, apa kita kekurangan daging untuk makan malam? Sepertinya, Jungkook dengan sukarela menyumbangkan dagingnya padaku untuk digrill di atas panggangan. Ibu lihat pantatnya yang besar itu? Aku rasa bisa mengenyangkan semua orang selama satu bulan."

Semua orang tertawa sementara Jungkook hanya mendengus malas. Namun, petanyaan Jungkook yang membawa sensasi kejut menghantan rongga dada itu lantas membuat Taehyung hampir melupakan satu hal bahwa ada seseorang yang turut menunggu jawabannya.


"Ayah!" Idam menarik ujung kaus Taehyung sekali lagi. "Ayah mau mengajariku, kan?"

Menatap Ahrin kembali, Taehyung merasa gadis itu seperti menerornya dengan mendatangkan Idam ke tempat ini untuk mengacaukan segala yang telah dibangun dengan jerih payahnya sendiri. Keluarga, harta, kebahagiaan dan senyum yang ia miliki. Entah mengapa Ahrin seolah melempar bom waktu yang siap meledak kapan saja untuk merenggut segalanya.

"Anak pntar." Aera membungkuk, mengusap kepala Idam lembut. "Kenapa kau memanggilnya ayah, hmm?"

"Karena Lilly memanggilnya ayah. Apa aku tidak boleh memanggil paman itu ayah juga?"

"Tentu saja tidak boleh. Paman itu bukan ayahmu. Akan menimbulkan kesalahpahaman jika kau memanggilnya seperti itu, Sayang." Ahrin tersenyum hingga kedua matanya ikut menyipit. "Lilly tidak akan suka."

Gadis itu menyembunyikan sorak yang menggebu, menahan tawa mati-matian saat raut wajah Taehyung berubah kaku seperti penjahat yang tertangkap basah telah melakukan sesuatu. Jujur saja, rasa was-was sekaligus takut saat pertama kali Idam menginjakan kaki di tempat ini perlahan berganti dengan sensasi kemenangan yang menggelitik perutnya saat menatap reaksi ketakutan mendadak ditampilkan lelaki di sana.

My Illegal Wife✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang