350 Vote dan 350 komen baru lanjut, ya? Izinkan aku ngarenghap dulu. Hehe"Aku menunggu sepanjang malam, mengkhawatirkanmu sampai membangunkan semua orang tengah malam hanya untuk mencari keberadaanmu."
"Jangan memperbesar masalah, aku hanya pergi minum bersama teman-temanku!"
"Tapi kau pergi tengah malam mengendap-endap seperti pencuri saat aku tidur, bagaimana aku tidak mengkhawatirkanmu? Aku seperti orang gila mencarimu kemana-mana!"
"Siapa yang menyuruhmu mencariku? Tunggu saja di kamar aku pasti pulang!"
"Setidaknya bilang kau akan pergi kemana agar aku tidak khawatir!" Suara teriakan itu terdengar serak, terisak. "Aku tidak sengaja melihat Mingyu kemarin di sini. Apa kau pergi bersamanya? Kau pergi bergaul bersama teman-teman gilamu lagi?"
"Tahu batasmu, Song Ahrin! Aku memang suamimu, tapi bukan berarti kau bisa menyetir hidupku sesukamu!" Ada jeda sejenak. "Sebagai istri, lebih baik kau tunggu saja aku di rumah. Yang penting aku bisa mencari banyak uang untuk memenuhi kebutuhanmu. Jangan banyak bertanya, banyak bicara apalagi banyak mengatur. Diam saja, kau tidak tahu apa-apa!"
Taehyung mengacak-acak surai legamnya frustasi. Menempati kamar tepat di sebelah kamar Jungkook membuatnya tak bisa terlelap dengan tenang nyaris selama dua hari. Jika kemarin mereka mengeluarkan suara-suara desahan menyebalkan sampai pagi, sial sekali, pagi ini mereka saling meneriaki satu sama lain hingga membangunkan dirinya pagi-pagi sekali.
Gila, baru pukul empat pagi. Langit di luar masih gelap, matahari pun masih terlelap. Tapi kedua manusia itu seolah tidak tahu waktu, bertengkar hebat di pagi-pagi buta hingga membuat Taehyung tidak bisa tertidur lagi. Tahu akan seperti ini, lebih baik sejak awal ia menyewa hotel saja dari pada satu resort yang tidak dilengkapi fasilitas kedap suara. Alih-alih mendapatkan healing, pada liburan kali ini Taehyung justru semakin pusing.
Menutup kedua telinga menggunakan bantal, menyelimuti seluruh tubuh dari kepala sampai kaki berharap suara itu tidak terdengar sama sekali. Namun tetap saja teriakan, tangisan, isakan masih menghantui hingga suara pecahan kaca di banting sontak membuat tubuh Taehyung bangkit tak tahan lagi.
Mendesis kesal. "Sialan, ingin kubunuh rupanya."
Merampas asal kaus di dalam koper, berbekal celana kolor pendek berwarna hitam dan sepasang sandal tipis, Taehyung melesat membuka pintu dengan amarah tertahan di kerongkonan seakan mengemis untuk dilesatkan. Namun bara api dalam dada seolah tersiram segelas air dingin kala menadapati Idam terduduk lemas memeluk kedua lututnya di depan pintu kamar Jungkook.
"Yeedam?"
"Jangan melihatku." Tanpa sekalipun mengangkat pandangan, Idam seolah tahu siapa pemilik suara itu. "Paman Taehyung pergi saja. Jangan melihatku."
"Kau menangis?"
Idam menjawab sinis. "Tidak."
"Di sini dingin. Lebih baik kau kembali tidur." Berdiri tepat di depan Idam sembari memasukan kedua tangan ke dalam saku celana. "Atau ingin kubuka pintu kamar ini agar kau bisa masuk?"
"Jangaaan...." Wajah Idam sontak terangkat, menyisakan jejak-jejak basah mengotori pipi. Matanya berkaca-kaca, hidungnya memerah, bibirnya bergetar saat kembali menukas, "Jangan katakan pada siapapun kalau aku menangis."
"Kenapa?"
"Aku tidak mau orang-orang memanggilku cengeng."
Taehyung menekuk kaki, berjongkok sejenak untuk menatap anaknya lebih dekat. Mengusap sisa air mata di sudut netra Idam agak ragu, entah mengapa tangannya tergerak begitu saja mengacak gemas surai anak itu. "Jangan malu, menangis bukan berarti kau cengeng, tapi artinya kau masih memilki hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Illegal Wife✔
FanficSetelah sekian lama mengistirahatkan diri dari sebuah hubungan semu, Ahrin di pertemukan dengan Nam Jungkook, si pemuda yang berani membawakan segenggam asa menuntunnya pada sebuah kehidupan baru. Menata beragam angan masa depan bersama, membangun...