Mau update cepat? Vote dan komennya jangan lupa ya?
Segelas cairan getir yang dipaksa masuk memenuhi lambung, membawakan kembali segelintir memori yang masih bercokol kuat di dalam kepala. Di tengah-tengah lapangan basket minim cahaya, Taehyung masih ingat sekali, enam tahun lalu Ahrin mengajaknya bertemu sesaat setelah ia menyelesaikan latihan bersama rekan satu teamnya.
Taehyung tidak mengerti mengapa si gadis mendadak mengajaknya bertemu di luar jadwal pertemuan mereka. Maka tepat pada pukul lima sore, saat sebagian mahasiswa mulai perlahan menyurut pergi meninggalkan ruang kelas kembali menuju rumah, saat ia mendrible bola beberapa kali sebelum melempar masuk ke dalam ring sembari menunggu kehadiran gadisnya, bersama itu pula suara decit pintu ditutup dari dalam menggema pada ruangan luas nan sepi di sana.
Membalikan badan menghadap Ahrin yang telah sekian lama ditunggu dalam keheningan. Taehyung sontak menyunggingkan senyum tulus sampai menyentuh mata kala mendapati presensi gadis yang kerap kali membuat dadanya berdebar tidak karuan. Membuat pacu jantungnya menghentak gila-gilaan.
Sejak kapan, ya? Sejak kapan Ahrin menginvasi seluruh dunianya? Hal ini akan terdengar sedikit berlebihan, namun Taehyung berani bersumpah, ia tidak pernah berhenti memuja segala yang ada pada diri gadisnya. Mungkinkah Tuhan sedang berbahagia ketika menciptakan Ahrin hingga gadis itu nyaris menyentuh titik sempurna?
Baiklah, barangkali kata sempurna terlalu relatif untuk dapat diartikan. Semua orang memiliki pandangannya tersendiri ketika menilai sesuatu, hasil akhirnya tidak selalu sama. Akan tetapi Ahrin nyaris sembilan puluh persen memenuhi kriteria Taehyung sebagai gadis yang luar biasa. Tipe idealnya.
Taehyung menyukai setiap jengkal dari tubuh Ahrin. Harum napasnya, lembut rambutnya, kukunya yang cantik, bahkan dari telapak kaki hingga ujung rambut tidak pernah membuat Taehyung bosan untuk menyentuh dan menenggelamkan dirinya di sana. Ahrin itu istimewa. Ahrin itu ratu. Satu-satunya gadis paling berharga dari sekian banyak koleksi gadis-gadis dalam riwayat pesan di ponselnya, terlepas dari fakta bahwa Ahrin masih milik sahabatnya.
Oke, lupakan kata terakhir. Pura-pura tidak tahu saja.
Senyuman tulus yang berpendar beberapa detik lalu kala mengagumi wajah yang beberapa pekan terakhir si pria rindukan, mendadak runtuh begitu saja ketika Ahrinnya menyodorkan sebuah benda panjang dengan dua garis membentang.
Ahrin hamil. Dan Taehyung tidak tahu siapa ayah dari anak itu.
Menghela napas berat. Memandang kosong pada guratan lantai. Taehyung berusaha untuk tidak memukul benda apa saja di hadapannya.
"Gugurkan."
Mengangkat pandangan cepat, Ahrin mendesis tidak terima. "Kau bilang akan bertanggung jawab."
Senyuman getir tiba-tiba terukir saat manik mereka saling berbenturan. "Aku sedang bertanggung jawab."
Mata si gadis memerah berkaca-kaca. Bahunya merosot turun sebelum menggelengkan kepala lemah tidak percaya. "Apa dengan membunuhnya kau sebut sebagai pertanggung jawaban?"
"Lalu apa yang kau mau? Menikah?" Mengangkat kedua alis lalu terkekeh sumbang. Taehyung tidak tahu mengapa air di sudut mata gadis itu mendadak membuatnya kesal. "Seingatku, aku tidak pernah berjanji untuk menikahimu. Aku hanya berjanji akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Dan bentuk pertanggung jawaban bukan hanya sekedar menikah dan membesarkan anak bersama, bukan? Melenyapkan dan menghilangkan jejak lalu hidup kembali seperti dulu seakan tidak pernah terjadi sesuatu buruk padamu, bukankah itu termasuk ke dalam bentuk pertanggung jawaban? Tenang saja, aku tidak akan melarikan diri."
Merangkak mundur secara perlahan, Ahrin bola di dalam keranjang yang tak jauh dari jangkauan, lalu melemparnya sekuat tenaga menghantam dada sang pria hingga suara debuman keras memenuhi ruang sunyi di sana. Mencoba melampiaskan amarahnya. "Harusnya sejak awal aku tahu kalau kau selalu berengsek, Nam Taehyung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Illegal Wife✔
Fiksi PenggemarSetelah sekian lama mengistirahatkan diri dari sebuah hubungan semu, Ahrin di pertemukan dengan Nam Jungkook, si pemuda yang berani membawakan segenggam asa menuntunnya pada sebuah kehidupan baru. Menata beragam angan masa depan bersama, membangun...