Epilogue II - Jungkook Version

3.3K 422 186
                                    

Seperti kisah nyata yang baru saja terjadi menerpa hidupnya, Ahrin nyaris menangis meraung-raung kala mimpi buruk mampir dalam lelap ringkas, bercerita tentang Jungkook telah menemukan orang baru secepat itu. Sepenggal kisah tentang manisnya kedekatan Taehyung dan Idam seolah-olah terangkai persis seperti harapan mereka, hingga Ahrin kembali ditampar oleh kenyataan bahwa raganya masih ada di sana, di dalam mobil Lexus hitam milik sang ayah lengkap bersama Idam yang tertidur pulas di atas pangkuan ditemani beberapa koper memenuhi bagasi.

Ahrin belum berlari kemana-mana. Kakinya tak sanggup dipacu. Detak jantungnya masih tertinggal di belakang sana. Alam bawah sadar seakan mensugesti jika keputusan ini jelas benar-benar bodoh. Tak seharusnya Ahrin pergi meninggalkan Jungkook hanya atas keputusannya secara sepihak. Bukan hanya ia yang terluka dicekik rasa bersalah tidak karuan, tetapi Jungkook adalah korban yang sebenarnya. Korban yang paling terluka setelah Idam.

"Idam..."

"Hmm?" Jawab anak itu seraya menggosok kedua matanya sebelum menatap sang ibu.

Ahrin menggigit bibir bawah ragu. Matanya meliar seakan tak sanggup menyelam dalam polosnya sepasang iris anak itu."Bisakah Idam melupakan ayah dan mulai menerima paman Jungkook?"

"Mama bahagia?" Idam mendadak menegakan punggungnya, menatap lekat-lekat pada Ahrin seolah tengah menunggu jawaban. "Apa Mama bahagia bersama paman Jungkook?"

Ahrin tahu jelas jawabanya, bahkan jawaban itu telah terangkai di luar kepala. Namun Ahrin takut. Ahrin takut bahwa jawaban kelewat jujur darinya hanya akan meruntuhkan harapan yang selama ini Idam simpan diam-diam.

Seakan-akan mengerti kegundahan sang Mama, Idam lantas mengulas senyum kecil, mengusap sayang kepala Ahrin sebelum meyakinkan. "Kalau Mama bahagia. Aku juga bahagia."

"Iya." Mengangguk cepat. Entah mengapa rasa panas mendadak menyerang wajah. Ahrin mengerjapkan netra beberapa kali mengusir buram hingga air yang perlahan mengenang di pelupuk mata. "Mama bahagia bersama paman Jungkook."

Idam lantas bergerak cepat mengambil selembar tisu untuk menghapus tetesan air yang mengalir di pipi Ahrin. "Tapi, apa paman Jungkook juga bahagia bersama Mama?"

Tak ada perempuan yang lebih cantik dari Mama. Bagi sebagian anak mungkin ayah adalah cinta pertama bagi mereka, namun karena hanya Mama yang Idam temukan saat pertama kali ia mulai menghidupkan kelima indera perasa setelah sekian lama terlelap dalam dekap hangat, Idam meyakini bahwa cinta pertamanya adalah sang Mama. Idam selalu berbunga setiap kali melihat Mama tersenyum dengan semburat merah perlahan menjalar di pipinya. Tangan halusnya. Suara lembutnya. Semuanya. Tidak heran kalau-kalau Idam berani memasang badan paling depan untuk melindungi senyuman cantik di wajah Mama, sebab Mama saat menangis jauh berbeda, tidak jelek sih tapi tidak cantik juga.

Maka untuk memastikan jawaban dari pertanyaan Idam, Ahrin berlari kembali ke tempat terakhir kali ia meninggalkan Jungkook, meninggalkan Idam bersama supir keluarga mereka di dalam mobil tidak jauh dari sana.

Benar saja, Jungkook masih berdiri dalam posisi menatap kosong pada jalan beraspal ditimpa rintikan salju, sendirian lengkap dengan segunduk es menghiasi surai gelap yang tertimpa cahaya lampu jalan.

"Nam Jungkook!" Berjalan cepat terkesan sedikit berlari, Ahrin berdiri di tempat yang sama untuk menatap Jungkook sekali lagi. "Mengapa? Mengapa belum pergi?"

"Kakiku lelah, tubuhku menggigil, pikiranku menyuruhku untuk pulang. Tapi hatiku berkata untuk tetap di sini. Aku percaya kau akan kembali."

"Jangan seperti ini." Ahrin menggeleng lambat saat merasakan air mata terjun untuk kesekian kali. Menubruk cepat dada Jungkook, menenggelamkan tubuh kecilnya di dalam pelukan hangat lelaki itu. Merasakan kembali setiap irama detak jantung Jungkook yang selalu berhasil mengirimkan sensasi nyaman hingga sejauh ini tak pernah Ahrin tamukan dari siapapun. "Aku tidak bisa pergi kalau kau selalu seperti ini."

My Illegal Wife✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang