𝙈𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽

2

Kisah yang ia jalani, hanyalah seperti kertas putih kosong tanpa tulisan apa pun.

Tidak menarik.

Monoton.

Itulah kehidupannya.

Bukan seperti orang-orang yang bergelinang harta layaknya bangsawan.

Tidak, tidak.

Ia tidak seperti itu.

Hanya seseorang yang menyukai kisah roman picisan.

Selalu membawa kamera untuk menyimpan setiap panorama indah yang terlihat.

Keindahan ini milik kita semua

Ia selalu memotret.

Mencoba mengambil gambar di sebuah cafe yang sangat ramai namun tenang. Dengan warna cat yang sangat manis dan juga memberikan kesan lembut, membuat setiap pengunjung merasakan ketenangan.

Saat ia melihat hasilnya, ada sesuatu yang menarik di sana.

Sosok laki-laki menikmati secangkir minuman.

Entah mengapa ia merasa jika pernah kenal dengan sosok itu.

Mencoba melihat lagi, namun sosok itu sudah tidak ada di sana.

"Kau menguntitku ya?"

Ia langsung berbalik dan mundur beberapa langkah.

Sosok itu sudah berada di hadapannya.

"Tidak, aku bukan penguntit."

"Lalu, apa yang kau lakukan di sini jika bukan untuk menguntitku?"

Ia memutar bola matanya, percaya diri sekali.

"Lebih baik aku pergi saja."

Namun, sosok itu menahan pergelangan tangannya.

"Rasanya aneh. Apa aku pernah mengenalmu?"

Déjà vu

Ia tertawa menanggapi perkataan itu, walaupun sebenarnya ia juga merasakannya.

"Bahkan ini kali pertama kita bertemu."

Sosok itu menatapnya, menelisik setiap bagian dirinya.

"Apa sekarang kau menguntitku?"

"Aku hanya penasaran."

Helaan napas ia lakukan, menyebalkan.

"Tidak ada lagi kan? Selamat tinggal."

Melangkah meninggalkan sosok itu dengan memegang kamera miliknya.

"Bukan selamat tinggal, tapi sampai bertemu lagi."

Ia terkejut dengan langkahnya yang terhenti, mencoba melihat lagi sosok itu.

Apa ini . . .

Apakah ini sebuah jawaban darimu, bintang?

- Din