20

504 76 0
                                    

Pertemuannya dengan Jeno benar-benar menguras air matanya.

Ia terus meraung, sakit yang tidak bisa hilang begitu saja dari hatinya.

Mengurung diri di dalam kamar, tidak pernah ia keluar dari ruangan itu.

Kau pembohong.

Dan aku bodoh telah mempercayaimu.

Lucas pun berusaha membujuknya, ia takut Jaemin akan melakukan sesuatu.

Satu-satunya jalan adalah, menghubungi Jeno.

"Lee Jeno . . ."

-

-

-

-

-

-

"Ada apa kau mencariku?"

"Jaemin."

Sosok itu tertawa remeh.

"Kenapa harus mencariku? Bahkan kau bisa menemaninya."

"Disini, aku hanya temannya.

Jika masalah hati, bukan akulah jawabannya. Tapi seseorang yang sudah memporakporandakan hatinya, kau."

"Kalimat yang menjijikan."

"Itulah yang di ajarkan Jaemin, aku mengerti ternyata tidak semua rangkaian kata yang kita buat akan diterima oleh orang lain, termasuk dirimu."

Lucas pun bersedekap.

"Apakah kau sebelumnya pernah terpikir untuk membuatnya mencintaimu?

Sepertinya, itu hanya muslihatmu agar kau di maafkan atas apa yang keluargamu lakukan padanya."

"K-kau . .

Apa Mark yang-

"Bukan Mark, tapi akulah yang menguping setiap perkataan Jaemin. Apabila ia melamun, tanpa sadar ia akan berbicara pada dirinya sendiri tentang bagaimana sakitnya saat seseorang membohongi dirinya dan juga masalah keluargamu dengannya.

Bahkan aku membaca kumpulan kata yang Jaemin buat.

Ada satu kalimat yang sangat menarik. Apa kau ingin tahu?"

Jeno pun melirik Lucas, ia penasaran.

"Aku takan marah padamu karena kau memberiku sesuatu yang orang lain tak punya, yaitu kemampuan untuk hidup walau kupikir aku telah mati."

Lucas tahu, Jeno telah mengambil langkah yang salah dengan membuat Jaemin jatuh kepadanya.

"Sekarang apa yang akan kau lakukan? Apakah kau akan diam saja Jaemin seperti ini? Apakah kau akan membiarkan Jaemin menyakiti dirinya sendiri?

Lakukan, yang sudah kau janjikan padanya Jeno."

Lucas pergi meninggalkan Jeno yang benar-benar terkejut bukan main.

Jaemin mencintainya . . .
Menunggunya, hingga sekarang.

Dan kau hanya menganggapnya teman?

'Memori ini akan selalu tersimpan dalam diriku.'

'Kau benar-benar pemaksa.'

Senyuman manis Jaemin dengan menggenggam bunga tulip pun muncul di pikirannya.

"AAAAAARRGGGGGHHHHH"

Brak

Ia menendang meja itu hingga membuat pecahan dari gelas-gelas itu. Seisi ruangan hening, pengunjung melihat kejadian itu. Tidak ada yang mengeluarkan suaranya.

Jeno mengeluarkan duit, dan melemparnya sembarangan.

Benar, ia harus memperbaiki semuanya. Memori mereka, jangan sampai memudar.

Kau harus bertindak Lee Jeno.

Bergegas, ia meninggalkan tempat itu dengan perasaan tak karuan.

Na Jaemin, aku akan datang.

Na Jaemin, aku akan datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Din

𝙈𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang