17

469 73 0
                                    

Ketukan pintu terdengar dari rumahnya.

Perlahan, ia melangkah ke arah pintu itu.

"Lucas?"

"Jaemin? Ternyata kau.

Ini, ibuku membuat sesuatu. Katanya aku harus membagikan makanan di sekitar sini, kau tinggal di sini ya?"

"Iya, terima kasih ya."

"Tinggal sendiri?"

"Yah, kau bisa melihatnya."

Lucas melihatnya, sangat sepi.

"Baiklah, aku harus pergi. Masih banyak yang harus aku antar."

"Hati-hati."

Lucas mengacungkan jempolnya.

"Aku akan sering mengunjungimu."

Ia tersenyum melihat tingkah Lucas yang benar-benar tidak terduga.

Sepertinya, moodnya sedikit membaik berkat Lucas.

"Makanan . . . beruntung sekali aku."

Menutup pintu, dan pergi menuju ruang makan. Mengambil sendok, dan melihat apa isinya.

"Wah, ini rice box."

Beruntung sekali.

"Selamat makan."

Ia memakannya dengan lahap, suap demi suapan ia lakukan.

Seketika pergerakannya terhenti teringat akan kejadian itu.

Jeno . . .

Dimana Jeno mengusap makanan yang masih menempel di wajahnya, dan menjilatnya di hadapannya.

Walaupun aku berusaha, tetap saja aku masih memikirkanmu.

Maafkan aku Jeno, tapi ini jalan terbaik.

Ia melanjutkan makan.

Aku rindu ayah dan ibu, tapi aku akan bahagia.

Kalian tenang saja.

Karena aku kan anak kalian.

Ia tersenyum sambil mengunyah makanannya.

Dalam kesendiriannya, tidak membuatnya merasa kesepian.

Rumah biasa, namun banyak memori yang tersimpan di sini.

Ia tidak pernah berpikir untuk pindah dari sini.

Karena sudah terlalu banyak memori, hingga tidak bisa meninggalkannya begitu saja.

Karena sudah terlalu banyak memori, hingga tidak bisa meninggalkannya begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Din

𝙈𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang