3

1.2K 122 0
                                    

Tidak mungkin.

Benar, tidak mungkin rasanya.

Ia bertemu lagi dengan sosok itu.

"Kan, aku sudah mengatakannya padamu."

Ia membeku, tidak bisa menghilangkan rasa terkejutnya.

"Karena kita bertemu, aku akan mengajakmu berkeliling."

Lagi, ia di tarik oleh sosok itu. Bukan pergelangan tangannya, melainkan pinggangnya.

"Tanganmu, tuan."

"Kenapa? aku hanya menarikmu."

Ia menahan rasa kesalnya, keras kepala.

"Ini tidak bagus, ku mohon lepaskan tanganmu sekarang juga."

"Baiklah-baiklah."

Sosok itu melepaskan pegangannya pada pinggang ramping itu.

"Kita belum berkenalan  kan?"

Sosok itu langsung maju ke depan dan menghalangi jalan untuknya.

"Lee Jeno."

A-apa . .?

Je-Jeno?

Rasanya ia ingin menangis sekarang juga dan memeluk sosok itu.

Aku menemukanmu.

"Hei, kau tidak apa?"

"Ah- ha ha. Aku baik, namaku Na Jaemin."

Sosok itu tersenyum, dengan eyesmile yang terpampang.

Benar, ini kau Jeno.

"Senang bisa mengenalmu, Jaemin."

Ia terdiam.

Rasanya berbeda dengan yang dikatakan Jeno.

Jaemin?

Bukan Nana?

Ia menggigit bibirnya, Jeno tidak mengingat dirinya.

"I-iya, aku juga."

Ketika Jaemin memberikan tangan untuk berjabat tangan, sosok itu malah menarik dirinya ke dalam pelukan.

"Ini salam perkenalan kita."

Jantungnya berdetak tidak karuan dengan apa yang di lakukan Jeno.

Ini tidak baik untuk jantungku.

Ia melepaskan pelukan itu.

"Ini tempat umum, bagaimana bisa kau melakukannya di sini?"

"Tidak masalah, kan? Lagi pula orang-orang akan melakukannya ketika bertemu dengan teman."

Benarkah?

"Aku menyerah . . ."

Ia mencoba menjauh dari sosok itu, namun di tahan dengan sebuah tangan.

"Kau mau kemana? Bahkan kita belum berkeliling."

"Tidak, kau mesum."

"Apa kau tidak salah? Padahal teman-temanku bilang aku sangat baik, tampan . . ."

Hanya tatapan datar yang bisa menjelaskan semuanya, menyebalkan.

"Mereka sepertinya harus periksa ke dokter mata, pasti ada kesalahan."

"Kau kejam sekali."

Sosok itu berpura-pura sedih dengan menyentuh dadanya.

"Aktingmu buruk sekali tuan, aku tidak akan tertipu."

"Kau dan teman-temanku sama saja, mereka selalu bilang jika aku tidak lucu."

"Kau benar, sangat tidak lucu."

Ia mencoba melihat ke arah lain.

"Namun, wajahmu itu sudah menjelaskan semuanya . . . kau lucu."

Ia meninggalkan sosok itu yang sekarang mencoba mengejarnya.

"Apa itu pujian?"

"Katakan saja seperti itu."

Mereka pun menikmati waktu berkeliling, dengan melangkah beriringan sembari tawa menjadi jawaban tanpa ada yang harus di jelaskan.

Walau kau tidak mengingatku . . .

Momen ini, tidak akan pernah ku lupakan.

Momen ini, tidak akan pernah ku lupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Din

𝙈𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang