4

896 109 0
                                    

Ya ampun.

Sudah berkali-kali Jaemin berusaha untuk tidak lagi bertemu.

Mengapa jadi seperti ini.

Bedanya, Jeno tidak sendiri. Dia bersama orang lain.

"Kita bertemu lagi Jaemin, ini teman-temanku."

Bisa di lihat jika teman-temannya memperhatikan dirinya.

"Aku Mark."

Jaemin berjabat tangan dan terima oleh Mark.

Ku pikir akan di peluk seperti yang Jeno lakukan.

"Lucas."

Sosok tinggi itu tersenyum lebar. Dan menarik tangannya untuk berjabat tangan.

"Jangan terlalu lama."

Jeno melepaskannya.

"Kau mau kemana?"

Ia senang dirinya bertemu Jeno, namun jika sosok itu masih melupakannya rasanya cukup menyakitkan.

"Ke tempatku."

"Mau ku antar?"

"Tidak."

Tanpa perlu pikir panjang, ia melangkah pergi meninggalkan Jeno dengan teman-temannya.

"Sebentar."

Lagi, ia di hadang oleh Jeno.

"Jangan menghalangiku."

"Aku ingin kita makan malam, bersama."

Apakah boleh, walau kau tidak mengingatku?

"Tidak ada penolakan, ayo kita pergi."

Sosok itu menariknya, hinga ia harus bisa menyesuaikan langkahnya.

"Bagaimana dengan teman-temanmu?"

"Mereka sudah pergi."

Selama perjalanan, mereka tidak bicara. Hanya saja genggaman itu semakin erat, rasa hangat menyelimuti dirinya.

Hingga ia tidak menyadari, jika mereka sudah masuk ke salah satu tempat makan.

Inikan . .

Sushi.

Makanan kesukaannya.

"Maaf, aku mencoba mencari tempat yang sepi namun banyak sekali yang ramai. Akhirnya aku membawamu ke sini."

"Sushi makanan kesukaanku."

Jeno menatapnya, cukup lama hingga ia merasakan wajahnya memanas.

"Apa yang kau lihat? Tidak ingin memesan?"

"A-aku akan memesan."

Sosok itu langsung berdiri dan pergi ke kasir. Sedangkan ia mencoba mengambil ponselnya.

Hanya bermain game.

Karena sama sekali ia tidak memiliki orang yang dekat dengannya seperti Jeno.

"Kau sedang apa?"

Ia menghentikan permainannya itu dengan menaruh ponselnya ke dalam saku celana.

"Bukan apa-apa."

Sosok itu kembali duduk, dan entah mengapa sepertinya Jeno senang sekali membuat jantung berdebar.

Takut jika terdengar olehnya.

"Wajahmu, sangat bersih."

Netra itu menatapnya begitu dalam, dengan sentuhan jemarinya menyentuh wajahnya.

"Kulitmu halus."

Ia menikmati usapan ini, namun ia harus bisa menahannya dengan memasang wajah datar.

"Apa yang kau pikirkan? Mengapa menyentuhku?"

"Aku penasaran."

Hentikan Jeno.

Jaemin langsung menjauhkan tangan Jeno dari wajahnya ketika pelayan akan datang ke arah meja mereka.

"Ini pesanan kalian."

Sushi, sudah lama sekali ia tidak memakan ini.

"Selamat makan."

Ia langsung mengambil sushi itu dan melahapnya.

"Hei, pelan-pelan saja."

Kegiatannya terhenti ketika jemari Jeno mengusap bagian makanan yang menempel di sana.

"Ceroboh sekali."

Dan debaran ini timbul lagi, ketika Jeno menjilat jarinya. Bekas usapan di wajahnya, dan Jeno melakukannya.

Apa ini . . .

Kenapa aku selalu merasakan ini . . .

"Manis."

Bintang.

Apakah ada kemungkinan jika salah satu di antara kami akan ada cinta?

Tidakkah ini merusak segalanya?

Bahkan kita baru saja bertemu.

Jeno . . .

- Din

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Din

𝙈𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang