16

490 76 0
                                    

Karena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh.

Kegiatannya, hanya membuat serangkaian kata.

Kata-kata yang sebenarnya tidak penting, namun itulah yang ia lakukan.

Bisakah hatimu seperti angsa yang hanya setia pada satu orang saja?

Bahkan kata-kata ini sangat tidak bermutu, bagi orang lain.

"Aku benar-benar bodoh."

Kamu tidak sedang jatuh cinta, kamu sedang terluka dan tidak ada yang romantis tentang itu.

Benar, tidak romantis.

"Akan lebih cocok jika aku menjadi penyair sajak dari pada photografer."

Tertawa, namun terdengar hambar.

Beberapa orang tidak memahami janji yang diucapkan ketika mereka membuatnya.

Lee Jeno, telah membohongi dirinya.

Jika dia merasa bersalah karena orang tuanya menyakiti keluargaku, bukankah sejak awal dia tahu siapa aku?

Baru sadar, jika Jeno sejak awal tahu siapa dirinya.

"Mengapa kau berbohong Jeno? Aku jadi semakin membencimu."

Pelukan, ciuman, sentuhan, apa pun yang dilakukan Jeno akan selalu menjadi memori.

Bisakah ia menghapusnya sekarang juga?

Naskah sutradara kita tahu di depan, naskah Tuhan kita tahu di belakang.

Jika memang ini jalan yang terbaik, maka ia hanya bisa menjalaninya.

Namun, tidak sekarang.

Bagaimana pun kita sudah menjalani semua itu.
Biarlah segalanya menjadi kenangan, suatu hari nanti kita akan melupakan.

Baiklah, ia akan melupakan Jeno, melupakan kenangan dan harapan yang selalu ia rapalkan.

Membuangnya jauh-jauh, secara perlahan.

Membuangnya jauh-jauh, secara perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Din

𝙈𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang