6

725 96 0
                                    

"Jaemin?"

Ia tak mengubris panggilan itu.

"Kau sedang apa?"

"Tidak ada."

Menatap surya yang begitu indah, menyinari semua di dunia ini.

Dengan mengambil kameranya, memotret keindahan itu.

"Semua yang aku lakukan, dengan hasil yang ku dapatkan, akan menjadi sebuah memori yang tidak akan pernah membuatku melupakannya."

Sosok itu mengusap rambutnya.

"Dan kau adalah memoriku Jaemin."

"Memori? Seperti apa?"

Ia mencoba melihat ke sosok itu.

"Wajahmu."

Sentuhan ini membuatnya nyaman.

"Mata indah ini."

Netra itu terlihat berbinar.

"Dan juga, bibir ini."

Usapan ini menggelitik, sangat lembut.

"Hingga aku, Lee Jeno, selalu menyimpannya di dalam pikiranku agar aku selalu mengingatmu."

Rasanya lucu sekali, walaupun kata-katanya manis.

Bukan berarti dia mengingatmu.

"Aku tersanjung dengan kalimatmu."

Ia mencoba menjauh dari sosok itu.

"Bisakah kita menjadi dekat?"

Tatapan memohon, ia lemah dengannya.

"Apakah bisa?"

"Tentu saja."

Jari-jari mereka bertaut.

"Aku ingin kau mendengarkannya."

"Apa itu?"

Tarikan pelan, jatuh pada pelukan Lee Jeno.

"Apa kau mendengarnya?"

Debaran yang terdengar begitu jelas di pendengarannya.

Cinta.

"Selalu seperti ini jika aku berada di dekatmu, maka aku ingin kau bertanggung jawab."

Bahagia, namun ini tidak tepat.

"Aku ingin kita seperti ini."

"Jeno . . ."

"Aku tidak menerima penolakan."

Benar-benar pemaksa.

"Jika seperti itu, aku diam saja."

Kekehan itu terdengar, dan pelukan itu semakin erat seperti tidak ingin menjauh seinci pun.

"Rasa rindu ini, mengapa selalu muncul ketika bersamamu. Apakah kita pernah mengenal satu sama lain?"

Ingin sekali ia mengatakannya, tapi tidak bisa untuk memaksakannya.

"Jika kau merasa seperti itu, coba saja mengingat bagaimana bisa kita saling mengenal.

Bahkan, aku baru mengenalmu."

Pembohong.

"Tapi, aku seperti pernah mengenalmu."

Jaemin melepaskan pelukannya.

"Mungkin kau hanya keliru."

Melangkah meninggalkan Jeno.

"Aku pastikan, jika apa yang ku katakan menjadi kenyataan."

Jeno.

Jangan seperti ini.

Aku hanya tidak ingin kau memaksakan diri untuk mengingatku.

Seperti ini saja.

Mengapa kau berbohong Jaemin?

Bukankah bagus jika dia mencoba mencari kebenarannya?

Kebenaran yang kau coba tutupi hanya karena seseorang, ingatlah jika akan ada konsekuensinya.

Tidak masalah bagi Jaemin, selama tidak menyakiti Jeno.

Karena hanya dirinya yang merasakannya.

Karena hanya dirinya yang merasakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Din

𝙈𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang