14

470 75 3
                                    

Dengan tekad Jaemin ingin segera sembuh, akhirnya ia bisa keluar dari Rumah Sakit.

"Akhirnya."

Ia mencoba menghubungi Jeno, namun entah mengapa tidak di angkat.

"Apakah dia sibuk?"

Ia terus mencoba menghubungi Jeno, tetap saja tidak di angkat.

Akhirnya ia menyimpan ponselnya.

"Sepertinya, ia bertemu teman-temannya."

Langkahnya terhenti ketika melihat sosok tak asing itu.

Jeno?

Ia melihat Jeno berada di dalam cafe, bersama orang lain.

Terlihat, dia lebih manis darinya.

Netranya melebar ketika Jeno menggenggam tangan sosok itu dan menciumnya.

Dengan tergesa-gesa, ia pergi meninggalkan tempat itu.

Jeno, mengapa . . .

Aku membencimu Jeno.

Terus dan terus berlari, hingga ia tidak perduli dengan situasi di sekitarnya.

Hampir saja ia akan di tabrak mobil, jika seseorang tidak menariknya.

"Jaemin?"

"Oh, Lucas?"

Sosok tinggi itu membantunya berdiri.

"Apa yang terjadi? Kau berlari seperti orang kesetanan saja."

"Ah benarkah? Aku tidak tahu."

Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sebenarnya aku akan ke tempat Jeno, apa kau ingin ikut?"

"Tidak, terima kasih. Aku sibuk."

Sosok itu mengangguk.

"Kalau begitu aku pergi ya, jangan lagi kau seperti itu. Bahaya."

"Iya iya."

Ia pun pergi, namun hatinya sangat sakit.

Ini semua karenamu.

Jika saja aku tidak bertemu denganmu sejak awal . . .

Aku membencimu.

Menghentikan langkahnya, air matanya mengalir.

Rasa sakitnya tidak tertahankan.

Di tengah banyak orang yang berlalu lalang, ia terus menangis.

Aku tidak mau bertemu denganmu lagi Jeno.

Selamat tinggal . . .

Cintaku.

Cintaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Din

𝙈𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang