Bab 2

26.1K 1.8K 83
                                        

"Yas, ko masih disitu?"

Yasmin tersentak halus. Untuk sesaat suara Bianca terdengar seperti dari dunia lain, atau lebih tepatnya kemunculannya lah yang di anggap sebagai makhluk lain di dalam ruangan itu. Namun Yasmin berusaha keras untuk menjaga ekspresinya begitu menyadari tidak hanya Bianca yang kini tengah menatapnya tapi pria itu juga. Pandangannya dan Raven bertemu untuk beberapa saat lamanya, tatapan pria itu kepadanya masih sama seperti dulu terlalu tajam hingga nyaris mematikan, penuh amarah dan kebencian yang mendalam hingga dari tempatnya berdiri Yasmin bisa merasakan seluruh jiwanya terserap dan terperangkap begitu saja di dalam sana, membuatnya tidak bisa bergerak bahkan untuk sekedar mengalihkan pandangannya dari sorot mata penuh permusuhan yang Raven perlihatkan di depan sana.

Yasmin menelan rasa pahit, dia mengepalkan tangannya kuat hingga kuku-kukunya menyakiti telapak tangannya yang sudah basah sejak tadi. Ternyata meski sudah terlalu lama tidak bertemu, kebencian untuknya masih tidak pernah lenyap di hati seorang Raven Narendra. Tapi tidak masalah, Yasmin juga tidak mau lagi berharap lebih pada pria itu. Lagipula, kisah mereka sudah usai bukan? Sekarang Yasmin tidak boleh lagi merasa terganggu pada sikap pria itu, dan sekalipun ia harus bersikap baik kepada Raven hal itu semata-mata karena ia menghargai Bianca. Tidak lebih!

Dan karena itulah dengan sisa harga diri yang ia miliki, Yasmin menyeret kedua kakinya mendekati Bianca dan Raven. Dia berhenti tepat di sebelah Bianca yang terlihat kikuk entah karena apa. Dia mengangkat dagunya sedikit untuk membalas tatapan Raven sebelum kemudian mengulurkan tangannya ke arah pria itu-mantan suaminya.

"Hai, apa kabar?" Yasmin bersyukur, ia bisa mengendalikan suaranya setenang mungkin, ia juga terus berusaha mempertahankan senyum di bibirnya meski gemuruh hebat tengah melanda rongga dadanya saat ini.

Kesenyapan seketika menyergap ruangan itu ketika mendapati Raven tidak membalas uluran tangannya, Yasmin bahkan bisa merasakan bagaimana Bianca menahan nafasnya saat ini. Kegetiran yang menjerat lehernya membuatnya langsung menarik lengannya di detik berikutnya. Yasmin tahu dia terlalu percaya diri ketika melakukan hal itu, dia pikir dengan bersikap biasa saja-seakan tak pernah terjadi apapun di antara mereka-maka ketegangan di antara dirinya dan Raven akan mencair.

Dirinya memang masih saja senaif itu.

Bahkan hanya dengan melihat cara Raven menatapnya saja, semua orang akan tahu sedalam apa kebencian yang pria itu rasakan untuknya.

"Kak, Yasmin menyapamu."

Ucapan Bianca kembali menyentak Yasmin dengan pelan, memutus kontak mata mereka sejenak sebelum akhirnya ia mendengar kembali suara pria itu setelah sekian lama.

"Aku tidak terbiasa berbicara dengan orang asing!"

Kalimat itu bahkan tidak pernah berubah, masih sinis dan tajam menusuk tepat ke hatinya yang sudah di penuhi luka. Namun Yasmin sudah membulatkan tekadnya untuk menghadapi Raven Narendra, sekalipun kedua kakinya terasa gemetar dan lemah, dia tidak boleh lagi merasa terintimidasi oleh sikap penuh permusuhan yang lagi-lagi selalu Raven tunjukan kepadanya, apalagi jika harus merengek-rengek seperti dulu meminta belas kasih dari mantan suaminya itu, sama sekali tidak ada di dalam niat kedatangannya kali ini.

Yasmin menarik nafasnya pelan, membiarkan oksigen memasuki paru-parunya sebanyak mungkin, melonggarkan rongga dadanya yang terasa sesak sejak mendapati pria itu ada di dekatnya.

"Kaakk!" terguran Bianca kembali memecah kesunyian yang berlangsung diantara mereka.

Yasmin menoleh dan menemukan wajah cantik kakak iparnya itu memberengut kesal ke arah kakaknya.

"Tidak apa-apa, Bi!" Itu suara Yasmin, dia bahkan tidak mengerti dari mana dirinya mendapatkan kekuatan untuk mengucapkan kata-kata itu, begitu tenang dan terkendali di bawah tatapan membunuh yang Raven layangkan untuknya. Yasmin memilih untuk mengabaikan itu semua, memilih untuk tidak mempedulikan apapun yang akan pria itu coba lakukan selanjutnya untuk kembali mengintimidasinya seperti dulu.

Beautiful Mistake (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang