Bab 15

26K 1.8K 126
                                        

"Begini sudah lebih baik kan Nek?" tanya Raven santai lalu mengecup singkat pipi Yasmin membuat wanita itu mengerjap untuk mengembalikan akal sehatnya.

Malea menatap keduanya bergantian, senyum haru terbit di wajah tuanya sementara kedua matanya berkaca-kaca.

"Nenek senang akhirnya bisa melihat kalian berdua bersama lagi."

Ungkapan Malea seketika menyesaki dada Yasmin kembali, merasa bersalah karena harus membohongi wanita tua itu. Namun Yasmin mendadak kehilangan kemampuan berbicaranya, tatapan Raven di sebelahnya serta tatapan Malea yang begitu menyimpan asa kepada mereka seakan menjerat kerongkongannya. Pada akhirnya dia tak kuasa menatap wanita tua itu lama-lama, dia menunduk di detik yang sama hanya untuk menatap sepasang jemarinya yang memutih, sambil meremas kuat dress berwarna mocca yang di pakainya.

"Nenek jangan khawatir, karena sebentar lagi Raven pasti bisa membuat Yasmin kembali ke sisi Raven."

Glekk

Jantung Yasmin melompat cepat dari rongga dadanya, tubuhnya seketika menegang ketika merasakan jemari Raven tengah meremas pinggangnya, dia ingin beranjak dan segera berlari dari tempat itu tapi seakan dia tidak memiliki tenaga untuk melakukannya. Dia bahkan hanya bisa mengerjap beberapa kali saat merasakan lengan Raven yang sempat berada di pinggangnya kini naik ke kepalanya, mengusapnya lembut, hal yang selama ini tidak pernah pria itu lakukan padanya. Jantung Yasmin sudah hampir meledak karena hal itu. Namun dia harus mengingatkan dirinya kalau apa yang Raven lakukan saat ini tidak lebih hanya sebuah sandiwara, semata-mata hanya untuk menyenangkan hati Malea. Jadi Yasmin harus bisa menguasai dirinya kembali bukannya malah bersikap layaknya remaja yang merasa senang ketika di perhatikan oleh pacarnya.

Tapi sungguh dia tidak tahu kalau harus melakukan sandiwara hingga sejauh ini, bukankah tadi Bianca hanya memintanya untuk mengatakan kepada Malea bahwa hubungannya dan Raven sudah mulai membaik, lantas kenapa Raven juga harus ikut-ikutan berbohong? Dan apa itu artinya Raven juga tahu perihal kebohongan yang sudah terlanjur di lakukan oleh Bianca pada Malea?

"Benarkah?" Mata Malea berbinar. "Apakah kamu sudah mendapatkan restu dari Kakakmu, Nak?" Malea bertanya kepada Yasmin.

Sontak, Yasmin tersentak pelan, dia membuka dan menutup mulutnya tanpa sadar.

"Tentu saja sudah, bukankah dulu aku juga sudah memberinya restu untuk menikahi adikku?" Raven membalas dengan santai.

Malea terkikik pelan, sementara itu Yasmin seketika berpaling, dan terkejut di detik selanjutnya ketika menemukan Raven yang tengah menatap lembut dirinya, apalagi ketika melihat senyum pria itu terbit tidak lama setelahnya hingga membuat oksigen di sekitarnya terasa menipis.

Malea membawa kursi rodanya mendekati mereka, dia menggenggam jemari Yasmin lembut seraya berkata. "Nenek sangat senang mendengarnya," tatapannya beralih kepada Raven. "Kalau begitu, mulai sekrang Nenek meminta padamu untuk menjaga Yasmin dengan baik. Nenek tidak mau kamu sampai membuatnya pergi lagi untuk yang kedua kalinya seperti dulu."

Ucapan itu sontak membuat air mata Yasmin menggenang, dia ingin menangis ketika wanita tua itu memeluk erat dirinya.

"Untuk hal itu Nenek juga tidak perlu khawatir karena mulai sekarang dan seterusnya Raven berjanji tidak akan membuatnya pergi lagi. Bahkan meski harus mengikatnya sekalipun."

Tubuh Yasmin menegang, dia menarik diri dan langsung menjatuhkan pandangannya lagi kepada Raven yang masih saja menatap dirinya. Sorot matanya penuh tekad, Yasmin tahu tidak seharusnya ia merasa terganggu dengan ucapan pria itu barusan, mengingat Raven mengatakan itu hanya untuk acting di depan Malea, tapi entah kenapa Yasmin merasa Raven seperti bersungguh-sungguh mengatakannya? Rasa hangat yang tidak di inginkannya sama sekali seketika hadir merayapi hatinya, Yasmin buru-buru membuang pandangannya dengan sama cepatnya seperti saat dia mengibas asa yang walau hanya secuil itu.

Beautiful Mistake (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang