Bab 5

24.5K 1.8K 186
                                        

"Memangnya kau punya teman?"

Yasmin langsung merasa tertohok hatinya, saat akhirnya dia menguatkan diri untuk membalas tatapan Raven, sorot mata pria itu sudah kembali menusuk seperti biasanya.

"Itu bukan urusanmu," jawab Yasmin pelan sebelum kemudian mengaduk-ngaduk makanannya.

Raven terlihat tidak senang, ada semacam kemarahan yang tertahan di dalam sana.

Bianca mengawasi interaksi keduanya dengan nafas tertahan, sedikit banyak dia pernah berada dalam situasi itu, dia tahu bagaimana rasanya jadi Yasmin, bohong jika dia percaya kata-kata Yasmin tadi pagi, Bianca tahu hati Yasmin tidak pernah berubah, cinta itu masih jelas terlihat tidak hanya di kedua matanya saja tapi di setiap bahasa tubuhnya, hanya saja cinta itu tidak sama lagi seperti dulu, sudah terlalu banyak luka dan air mata yang membalut hati wanita itu saat ini.

"Aku setuju dengan Yasmin!" Bianca menyuarakan pendapatnya tanpa di minta, dia melipat kedua tangannya sambil melayangkan tatapan kesal kepada Raven. "Dan kenapa kau tiba-tiba menjadi ingin tahu Yasmin punya teman atau tidak, bukankah selama ini kau tidak pernah peduli padanya?"

Yasmin mengangkat wajahnya, menatap Bianca yang kini tengah menyipitkan matanya dengan galak kearah Raven, letupan kebahagiaan ketika mendapati wajah Raven yang memucat akibat ucapan Bianca seketika langsung membuat hatinya menghangat, ingatkan Yasmin untuk berterimakasih kepada Kakak iparnya itu setelah ini.

"Aku tidak peduli! Memangnya siapa yang peduli? Aku hanya bertanya dan sejak kapan pertanyaan bisa menunjukkan kepedulian seseorang?" Raven menukas tajam, merasa tidak nyaman dengan senyuman penuh ejekan di wajah adiknya.

Bianca melirik reaksi Yasmin yang tampak tersinggung oleh jawaban Raven, wanita itu berkali-kali lipat terlihat lebih rapuh dari sebelumnya. Rasa iba pada adik suaminya itu muncul senada dengan api kemarahan yang terpecik untuk sosok kakaknya. "Jadi maksudmu, ketika kau meneleponku untuk menanyakan kabar anak-anakku itu juga tidak termasuk dengan kepedulian, begitu? Jika memang benar seperti itu, jangan harap nanti aku akan mengangkat teleponmu lagi!"

"Itu tidak sama!"

"Apanya yang tidak sama, jelas-jelas Kau bertanya karena kau peduli pada adikku."

Raven membuka tutup mulutnya sebelum menggeram kesal di detik berikutnya, merasa sia-sia jika dia terus melanjutkan berdebat dengan Bianca, hal itu hanya akan membuatnya terlihat semakin konyol di hadapan Yasmin.

"Baiklah Yas, kamu boleh pergi, biar aku nanti yang akan mengatakannya kepada Arion. Kau pasti akan pergi dengan pria yang meneleponmu semalam itu kan, siapa namanya aku lupa? Mark atau Max, apa Erwin? Astaga, aku sampai lupa padahal semalam kau baru saja bercerita banyak padaku. Tapi siapapun pria itu, aku pasti akan mendukung kalian. So, good luck untuk kencan kalian." Bianca mengedipkan sebelah matanya yang di balas dengan tatapan terkejut oleh Yasmin sebelum akhirnya dia memilih untuk cepat-cepat menundukkan wajahnya kembali.

Parahnya Bianca malah terlihat tidak peduli, dengan begitu santainya dia menyuapi anak-anaknya, pura-pura tidak mengerti kalau efek ucapannya membuat wajah Raven mengeras. Tentu saja hal itu memang yang Bianca harapkan.

...............

Sang supir menghentikan taksi miliknya di depan rumah mendiang kedua orang tua Yasmin, rumah megah bergaya khas Italia. Ada kolam air mancur di tengah taman yang begitu indah. Sejenak wanita itu terlihat bergeming hanya memandangi rumah di depannya tanpa tahu harus berbuat apa selanjutnya, terlalu banyak kenangan di dalam sana, kenangan masa kecilnya bersama mendiang orang tuanya dan juga Arion. Dulu kebahagiaan selalu membungkus kehidupannya, kasih sayang melimpah dari kedua orang tuanya juga perhatian dan penjagaan Arion kepadanya membuat kehidupan Yasmin terasa sempurna. Selain itu, terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan menjadikan semua keinginannya selalu terpenuhi layaknya putri raja. Kecelakan pesawat yang menewaskan kedua orang tuanya di saat ia remaja tidak lantas membuat kehidupannya berubah malang, Arion yang lebih tua 5 tahun darinya berusaha memenuhi apapun permintaannya, kakaknya itu sudah berjanji akan menjaganya dengan segenap jiwanya. Bisa jadi karena untuk memenuhi amanat orang tuanya tanpa sadar telah menanamkan di dalam dirinya rasa tanggung jawab yang teramat besar terhadap Yasmin, hingga membuat pola asuhnya keliru. Arion selalu memanjakan Yasmin, tidak ada satupun permintaan Yasmin yang tidak di penuhi olehnya.

Beautiful Mistake (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang