Bab 18

21.9K 1.6K 168
                                    

Lagipula ini pertama kalinya mereka berada dalam satu mobil bersama, karena di masa lalu Raven tidak pernah mengijinkannya untuk naik ke dalam mobilnya, alasannya tentu saja karena di dalam mobil itu terlalu banyak kenangannya bersama mendiang Gladis, hingga tidak boleh ada seorang wanita pun terutama Yasmin untuk menaikinya. Entah kemana perginya mobil itu sekarang karena sudah beberapa kali Yasmin melihat Raven selalu bergonta-ganti menaiki mobil keluaran terbaru, hingga Yasmin menebak mungkin mobil penuh kenangan itu sudah disimpan di dalam garasi pria itu saat ini, di jaga dan di rawat dengan sebaik-baiknya, dan baru di naiknya kembali ketika pria itu tengah merindukan mantan kekasihnya itu.

Ekhem.

Tiba-tiba suara dekhaman Bianca terdengar dan Yasmin langsung merasa lega karena akhirnya dia bisa memutus kontak mata mereka. Buru-buru dia memalingkan wajahnya kemana saja, asal tidak kearah pria itu.

"Jadi kapan kita akan berangkat?" Tanya Bianca dengan nada menggoda yang entah kenapa terdengar sangat menyebalkan oleh Yasmin.

Pria itu menarik diri, lalu memasang seatbelt-nya sendiri sebelum akhirnya menjalankan mesin mobil.

"Ciyee, Om dan Tante pacalan."

Yasmin membelalakkan matanya, kemudian menoleh kearah bangku penumpang dan seketika menemukan Edgar yang tengah di bekap mulutnya oleh Bianca.

"Edgar, siapa yang mengajarkan hal itu padamu?"

Bianca sudah menurunkan tangannya dari mulut Edgar kemudian memelototi anaknya itu dengan galak.

Bocah itu malah tersenyum jahil, sekilas matanya memandang spion mobil hingga tatapannya bertemu dengan Raven. Tapi bocah itu tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya menggelengkan kepalanya sembari menahan senyum.

"Pasti kamu ya Bi yang mengajarkan itu kepada Edgar?" Tanya Yasmin dengan marah, dia sengaja mengabaikan Raven meskipun sebenarnya dia tahu pria itu sudah beberapa kali mencuri pandang kearahnya.

Bianca hendak menggeleng, tapi kalah cepat dengan Edgar. "Iya benar, Momy yang mengatakannya sama Ega, tapi kata Om Raven iya."

Yasmin ingin rasanya untuk tidak mempercayai itu semua, tapi begitu mengingat istilah kalau anak kecil selalu berkata jujur seketika membuat dirinya mau tidak mau harus mempercayai ucapan keponakannya itu.

Ekhem.

Raven berdekham dengan salah tingkah tak lama kemudian, memecah kesunyian yang tercipta sesaat lamanya usai Edgar berbicara.

"Kapan Om bilang begitu?" Raven berusaha menyangkal.

"Waktu itu, waktu Om nyuruh Ega buat ambil Tante Yasmin dari Hena. Om bilang kalau Tante Yasmin lagi marah sama Om gara-gara dulu Om suka nakal ke Tante, makanya waktu itu Ega mau bantuin Om biar Tante nggak di ambil sama Om-nya Hena," jawab Edgar.

Yasmin tercengang, tiba-tiba kemarahan yang hendak keluar dari mulutnya tertelan kembali. Sementara itu, Bianca sudah kembali membekap mulut anaknya sambil mengacungkan telunjuknya di depan wajah bocah itu. Perlahan Yasmin melirik Raven yang tengah menyetir, wajah pria itu terlihat merah padam di bawah cahaya lampu mobil.

Apakah benar yang Edgar katakan? Jika memang iya, lalu apa maksud Raven mengatakan hal itu kepada Edgar?

"Edgar, Momy tidak pernah mengajarkan kamu untuk bicara bohong ya?"

Edgar terlihat ingin kembali menyela sebelum pinggangnya di cubit oleh Bianca, hingga bocah itu meringis dan kembali mengatupkan bibirnya begitu melihat kedua bola mata Bianca yang memelototinya dengan galak, tentu saja hal itu tanpa sepengetahuan Yasmin.

Meski Yasmin sebenarnya masih penasaran tapi dia memilih untuk tidak membahasnya lagi, lagipula untuk apa? Besok juga dia sudah kembali ke Barcelona. Yasmin kemudian kembali memalingkan wajahnya sebelum menyenderkan kepalanya pada sandaran jok. Perlahan dia menutup kedua matanya, mencoba untuk tidur supaya perjalanan itu tidak terasa terlalu lama.

Beautiful Mistake (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang