Bab 21

25.2K 1.6K 165
                                        

Jam pulang sekolah tiba, Yasmin menunggui Edgar di depan gerbang sekolah yang sudah terbuka bersama dengan para orang tua yang lain. Seperti yang pernah di ceritakan Bianca tempo hari padanya tentang adanya beberapa orang tua murid yang dandanannya heboh sendiri, Yasmin menahan senyum ketika melihat dari ujung kepala hingga kaki para ibu-ibu itu mengenakan barang-barang yang sama; baju, tas hingga sepatu.

Perlahan beberapa guru mulai menuntun satu persatu muridnya menuju keluar gerbang yang kemudian langsung di sambut oleh orang tuanya. Tak lama berselang muncul seorang anak perempuan yang Yasmin kenal, anak itu di tuntun oleh gurunya dengan wajah murung. Sampai di depan gerbang, dia beserta gurunya menoleh ke kiri dan kanan seolah mencari-cari seseorang diantara banyaknya orang tua murid yang berkerumun, Yasmin tahu siapa yang mereka cari, dan dengan reflek dari tempatnya berdiri Yasmin ikut mencari-cari sosok tersebut namun tidak juga dia temukan, seketika hatinya merasa kasihan kepada Hena karena sedikit banyak dia tahu bagaimana rasanya menjadi anak yatim piatu itu seperti apa. Karena itulah Yasmin mengikuti dorongan hatinya untuk mendekati anak itu.

"Hai Hena!" Yasmin menunduk.

Bola mata Hena seketika langsung membesar, anak itu tersenyum lebar di detik berikutnya begitu menyadari siapa yang baru saja menyapa dirinya.

"Tante Yasmin?"

Yasmin tersenyum hangat.

"Maaf kalau boleh tahu Anda ini siapanya Hena?"

Pertanyaan ibu guru yang tengah menggenggam jemari mungil Hena seketika membuat Yasmin kembali menegakkan tubuhnya.

"Oh maaf bu, kenalkan saya Yasmin tantenya Edgar, tapi kebetulan saya juga mengenal Hena." Pandangan Yasmin menunduk sebelum bertemu dengan kedua bola mata Hena yang berbinar senang.

"Hena mau ikut Tante Yasmin saja, Bu. Nanti biar Om Ken menjemput Hena di rumah Edgar."

Guru tersebut tidak langsung mengiyakan permintaan Hena, dia menatap Yasmin dengan ragu, namun begitu melihat senyuman tulus yang terbit di wajah ayu wanita itu, sang guru pun pada akhirnya mengijinkannya.

Usai memberikan Hena kepada Yasmin, ibu guru tadi kembali kedalam lalu tak lama dari itu, dia muncul kembali bersama Edgar. Senyum lebar Edgar ketika melihat Yasmin mendadak lenyap begitu dia menemukan ada Hena juga di samping tantenya itu.

"Kenapa Hena bisa bersama Tante?" Tanya Edgar dengan nada marah begitu ibu guru yang membawanya sudah menyerahkannya kepada Yasmin.

Yasmin tersenyum kepada keponakannya itu, "Siang ini Hena akan pulang bersama kita, Sayang. Boleh ya?"

"Kenapa pulang bersama kita? Apa dia tidak punya rumah?" Tanya Edgar lagi sambil menatap Hena kesal.

Yasmin langsung menahan senyum begitu menyadari kearogansian Kakaknya melekat sekali pada keponakannya itu.

"Tentu saja punya, rumahku bahkan lebih besar dari rumahmu." Hena menjawab dengan salah satu tangan yang sengaja dia tempelkan di pinggangnya.

"Kalau begitu, kenapa kamu tidak pulang ke rumahmu saja?" Mata Edgar menyipit kesal.

Seperti membaca akan adanya bahaya, dengan segera Yasmin menuntun keduanya menuju mobil mereka.

"Sudah sudah jangan bertengkar, kalian kan teman satu kelas. Sesama teman itu harus saling rukun dan menyayangi." Yasmin bertutur sesaat kemudian setelah dia berhasil membawa kedua anak itu menjauh dari kerumunan para orang tua.

Edgar melirik Hena yang berjalan disisi kanan Yasmin, bocah perempuan itu tengah menjulurkan lidahnya ke arahnya tanpa sepengetahuan Yasmin.

Dengan cepat Edgar menarik lengannya yang sedang di tuntun oleh Yasmin sebelum bersedekap dengan angkuh sembari mengikuti langkah kedua wanita berbeda usia itu dengan rasa kesal.

Beautiful Mistake (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang