Bab 7

21K 1.7K 107
                                    

"Jika kau merasa menyesal, masih belum terlambat untuk mengejarnya, Kak. Kau masih punya waktu hingga beberapa hari kedepan dan aku pasti akan sangat mendukungmu!"

Ucapan Bianca menyentak Raven, dia menoleh dengan sisa-sisa kemarahan yang masih tertinggal. "Untuk apa? dia sendiri yang memilih pergi setelah pengkhianatan yang ia lakukan!" Sergah Raven dengan marah.

"Dan kau masih saja mempercayai kabar itu? Astaga Kak, Yasmin sudah seperti orang gila ketika dulu mengejarmu dan kau percaya kalau dia masih bisa melirik pria lain selain dirimu?" Bianca menggeleng, seakan tidak sanggup memahami isi kepala kakaknya.

"Itu kenyataannya," kata Raven dengan wajah murung.

"Dan sekalipun itu benar, aku tidak akan menyalahkannya mengingat betapa buruknya sikapmu padanya di masa lalu. Kurasa siapapun wanitanya pasti tidak akan tahan di perlakukan seperti itu!"

Tangan Raven mengepal. "Jika dia tidak membuat Gladis meninggal, aku juga tidak akan berbuat seperti itu kepadanya!"

"Itu hanya kecelakaan Kak, bahkan Yasmin pun sangat menyesali kejadian itu. Kau tidak bisa terus-menerus menyalahkannya seperti ini, itu sangat tidak adil untuknya."

Raven menghela nafas berat. Dia memang sudah sejak lama menyadarinya, tapi saat itu dia hanya butuh seseorang untuk bisa dia jadikan obyek kemarahannya dan Raven menganggap hanya Yasmin lah menurutnya yang paling pantas di salahkan atas kecelakaan yang menimpa Gladis.

"Aku tidak tahu. Tapi mungkin benar yang dia katakan tadi, kisah kami memang sudah selesai."

Usai mengatakan itu, dia langsung mengangkat Edgar untuk naik di bahunya lalu membawa bocah itu berlarian kecil sembari merentangkan kedua tangan layaknya pesawat terbang, dan aksinya itu seketika membuat Edgar terkikik senang di bawah tatapan sendu Bianca yang mengiringi kepergian keduanya.

.................

Yasmin tengah asik membantu para pelayan mendekor taman bagian belakang rumah Arion, yang nantinya akan di pakai sebagai tempat dimana pesta ulang tahun Edgar di gelar. Sejak dulu dunia seni memang selalu menjadi kesukaannya, tidak heran jika kali ini ia tampak begitu semangat untuk menyulap taman itu menjadi layaknya tempat bermain anak-anak, ia merangkai beberapa balon berwarna warni menjadi suatu benda yang terlihat indah dan juga menggemaskan, yang kemudian di letakkannya di setiap sudut taman tersebut. Setelah berhasil membuat tokoh kartun kesukaan Edgar dengan rangkaian balon-balon kecil, Yasmin tersenyum puas melihat hasil kerjanya. Dia berterima kasih pada beberapa pelayan yang ikut membantunya sejak tadi, lalu ketika ia berpaling tanpa sengaja tatapannya bertumbukan dengan Raven yang berjarak hanya beberapa meter darinya. Yasmin langsung menunduk di detik selanjutnya, merasa tidak nyaman dengan tatapan yang pria itu layangkan kepadanya saat ini.

Yasmin menarik nafas, membiarkan oksigen memenuhi kerongkongannya yang sesak. Dia berniat untuk kembali ke kamarnya, selain karena acara akan di mulai sebentar lagi, Yasmin juga berniat untuk menghindari Raven seperti biasanya, namun ketika ia baru akan melangkah semua orang berteriak ke arahnya membuatnya tersentak dan merasa bingung dengan apa yang semua orang itu teriakan padanya, namun kesadaran itu terlambat menghampirinya, karena begitu Yasmin menoleh kebelakang akhirnya ia tahu kenapa semua orang berteriak histeris padanya. Sebuah pilar dari kayu yang baru saja beberapa saat lalu di pasang di sana roboh dan sebentar lagi akan mengenai dirinya. Yasmin menatap ngeri ke pilar itu, namun rasa takut seperti membuat seluruh syaraf di tubuhnya terasa kelu. Dia tidak bisa beranjak, dengan reflek dia menutup kedua matanya.

'Mama datang, Nak. Tunggu Mama disana ya, Sayangku.'
Tapi tiba-tiba seseorang mendorong tubuhnya, keduanya jatuh bergulingan di atas hamparan rumput jepang, Yasmin belum mampu untuk membuka matanya, hanya teriakan demi teriakan yang ia dengar seiring dengan tubuhnya yang masih bergulingan lalu di susul dengan suara berdebum keras, seperti tanah yang sedang di hantam oleh sesuatu yang keras. Dengan reflek Yasmin membuka kedua matanya, dan seketika terkejut saat mengetahui siapa yang baru saja menolongnya tadi. Raven masih menindih tubuhnya, kedua matanya yang tajam masih menatap dirinya dengan menyala-nyala, seakan mengunci pandangan Yasmin untuk beberapa saat lamanya.

Beautiful Mistake (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang