Bab 19

22.1K 1.6K 144
                                    

Tapi nyatanya Arion memang tidak pergi ke kantornya pagi ini. Dia sudah menghubungi sekertarisnya untuk menunda meeting mereka. Pria itu melajukan mobilnya dengan cepat, membelah padatnya jalanan ibu kota. Setelah satu jam berkendara, akhirnya dia tiba di tempat tujuan.

Arion memandangi gedung setinggi 40 lantai di depannya dengan tatapan nyalang, 5 tahun lalu dirinya terakhir kali mendatangi gedung itu hanya untuk menanyakan keberadaan istri dan anaknya kepada pemilik gedung tersebut. Dan sekarang karena dorongan rasa amarah yang meledak-ledak, akhirnya dia kembali menginjakkan kaki ke gedung itu. Setibanya di lantai teratas tempat itu, tatapan terkejut Harry langsung menyambut kedatangannya.

Tiba-tiba semuanya terasa seperti dejavu di ingatannya, dimana ketika 7 tahun yang lalu, Arion juga mendatangi tempat itu untuk memberitahukan keberadaan Yasmin yang tengah koma, namun pemandangan yang ia temukan di balik pintu itu luar biasa mengejutkannya, di dalam sana dia melihat mantan adik iparnya itu sedang berciuman dengan Gisella, hal yang langsung menyulutkan amarah Arion saat itu juga bahkan hingga detik ini meski mantan sahabatnya itu sudah memberinya restu untuk pernikahannya dan Bianca. Namun sayangnya, hal itu tidak lantas membuat Arion bisa melupakan peristiwa itu dengan mudah, bayangkan saja hati mana yang tidak sakit melihat adik sendiri berjuang antara hidup dan mati sementara suaminya malah asik bercumbu dengan wanita lain, mungkin itu sebabnya hingga saat ini Arion sulit untuk memaafkan kesalahan Raven.

Sementara itu, tanpa sadar Harry menelan ludah ketika mendapati siapa yang baru saja mendobrak pintu ruangan kerja bosnya saat ini.

"Tuan?"

"Dimana bajingan itu?"

Seolah tidak mau repot-repot menunggu sampai Harry menjawab pertanyaannya, Arion langsung menerobos masuk ke ruangan satunya lagi. Namun tertegun di detik selanjutnya begitu ia berhasil masuk kedalam sana dan menemukan Raven tengah tertidur di sofa ruangannya. Pria itu mengangkat sebelah lengan yang menutupi wajahnya sebelum membuka matanya dengan kepala sedikit terangkat. Arion menautkan kedua alisnya saat menatap penampilan Raven yang kusut, sepertinya pria itu dari semalam belum mengganti pakaiannya.

"Tinggalkan kami sekarang!" Arion memiringkan wajahnya kearah Harry seolah ucapan itu memang benar-benar di tujukan untuk pria itu.

Harry bergeming, dia menatap Raven yang kini sudah duduk dengan salah satu kaki bertumpu di kaki lainnya sebelum mengangguk singkat untuk menuruti perintah Arion. Pada akhirnya Harry yang tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti perintah mutlak kedua pria itu, beranjak dengan enggan, sedikit banyak dia mengkhawatirkan bosnya saat ini. Pasalnya selama ini Harry mengetahui kalau hubungan bosnya dengan pria yang kini berstatus menjadi iparnya itu tidak baik, bahkan bisa di bilang Harry sudah ada di sana ketika awal mula kedua sahabat itu terlibat perselisihan.

"Kejutan, ada apa kau kemari? Apakah pada akhirnya kamu menyadari kalau kamu merindukan aku?" Sembari menyeringai, Raven menatap Arion dengan meremehkan.

Tanpa menjawab, Arion bergerak maju lalu dalam sekali sentak dia langsung mencengkeram kaos oblong yang Raven pakai. "Katakan, dimana kau menyembunyikan paspor adikku?" Arion menggeram di antara kedua barisan giginya.

Raven memiringkan sedikit kepalanya sambil tertawa mencemooh, namun tidak berusaha sedikitpun melakukan perlawanan. "Apa kau sedang menuduhku saat ini?"

Cengkeraman Arion di kerahnya mengetat. "Aku tahu apa yang ada di dalam kepalamu saat ini!"

Raven tersenyum sinis seraya menatap tajam kedua mata coklat milik mantan sahabatnya itu, yang kini tengah membalas tatapannya dengan tak kalah tajamnya. "Aku hanya berusaha untuk mempertahankan apa yang seharusnya masih menjadi milikku!" Geramnya dengan otot-otot wajah yang terlihat jelas.

Beautiful Mistake (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang