❝ In the end your regrets are useless because everything for me has passed and must be forgotten. ❞
━ The Healer
"Lama banget ke toilet doang. Ngapain aja lo disana?" tanya Kalila tak santai saat Rinai berjalan menuju dirinya dan Bianna yang sudah ada di bangku masing-masing.
Sudah berdiri tepat di hadapan kedua temannya, Rinai berkata, "Tadi gue tuh nguping pembicaraan Jeano sama Casey. Gara-gara itu gue gak jadi pipis, anjir."
Bianna mulai tertarik. "Mereka emang ngomongin apa aja? Ceritain dong, Nai." pintanya.
"Tentang Casey yang bohongin Jeano deh pokoknya. Gue malas banget ceritain."
"Ih, lo mah gitu! Padahal gue kepo." kata Bianna sedikit merajuk. Harusnya tadi dia ikut saja ke toilet dengan Rinai. Kan enak juga menyaksikan secara langsung.
"Udahlah, gausah bahas mereka berdua. Males gue dengernya." Kalila menyeletuk.
"Eh, bel masuk udah bunyi belum?" tanya Rinai yang belum mendengar bel pertanda masuk kelas berbunyi.
"Ya, udahlah! Makanya tadi gue tanya, kenapa lo lama banget di toilet." jawab Kalila dengan nada kesal.
"Kok gue gak denger, ya?"
"Saran gue sih jual aja telinga lo." Bianna menyahuti.
Satu pukulan di lengan Rinai layangkan untuk Bianna. Hal itu membuat si korban meringis pelan.
"Kan lumayan, Nai. Kita dapat uang. Nanti bagi tiga deh." ujar Bianna seakan belum jerah dengan pukulan yang baru saja Rinai hadiahkan kepada dirinya.
"Telinga lo sana jual!" kata Rinai tidak terima.
Kalila rolling eyes. Merasa capek dengan pertengkaran kedua temannya. "Udah, udah. Mending lo berdua duduk tenang aja, ntar tiba-tiba guru masuk kan bahaya."
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
Di sisi lain, kelas Jeano sedang jam kosong. Keadaan ruang kelas lumayan berisik karna tidak ada guru. Caseyna yang duduk di sebelah Jeano melirik lelaki itu dengan perasaan cemas. Setelah dia mengaku akan kebohongan kecil yang ia lakukan, di kelas Jeano belum berbicara apapun. Lebih tepatnya lelaki itu mendiami dirinya.
Memangnya sebesar apasih kesalahan yang sudah Caseyna perbuat? Hanya masalah taxi itu saja 'kan? Bagi dirinya itu hanya kebohongan kecil yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan tapi kenapa Jeano sampai semarah ini kepadanya?
"Jean, kamu masih marah sama aku?" Caseyna memberanikan diri untuk bertanya. Tentu saja dia tak mau berlama-lama berdiaman dengan Jeano. Bagaimanapun caranya, Caseyna harus berbaikan dengan Jeano.
Jeano menggeleng. "Enggak."
Gadis itu masih merasa belum puas dengan jawaban singkat dari Jeano. "Terus kok kamu diemin aku?" Caseyna melayangkan pertanyaan untuk kedua kalinya.
Jeano mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Caseyna. "Maksud lo kita harus bicara terus 24/7 gitu?"
"Bukan gitu! Tapi aku rasa kamu kayak diemin aku."
"Emang kenapa sih kalau gue diemin lo?! Gue juga kayak gini gara-gara kesalahan yang lo perbuat sendiri." sentak Jeano membuat Caseyna sedikit terkejut. "Berhenti tanya gue marah atau enggak sama lo. Ada baiknya lo intropeksi kesalahan lo aja."
"It's just a small mistake, Jeano! Kamu gak perlu permasalahin hal itu sampai sejauh ini." ucap Caseyna sedikit berteriak, membuat beberapa orang yang ada di ruangan tersebut menoleh ke arah mereka.
"Yang lo sebut kesalahan kecil itu buat hubungan gue sama Rinai hancur, Casey. Sekarang gue udah gak tau harus gimana lagi." Jeano mengusap kasar wajahnya. Merasa frustasi menghadapi gadis yang selalu ia utamakan selama ini.
"Apa kamu bilang? Kamu bilang aku yang buat hubungan kamu sama Rinai hancur? Justru yang ngehancurin hubungan kalian berdua itu, ya, kamu, Jean. Sikap kamu yang selalu buat aku bergantung ke kamu dan sikap kamu yang selalu aja ngutamain aku daripada Rinai. Sekarang setelah semuanya udah hancur, kenapa kamu lempar semua kesalahan ke aku? Harusnya kamu malu sama apa yang udah kamu perbuat. Bukan malah pura-pura ngerasa sedih sama kecewa, seolah-olah kamu juga sakitnya sama kayak Rinai."
"Casey, lo jangan keterlaluan!" Jeano mengingatkan. Tatapan tajamnya ia arahkan ke arah gadis yang berada di depannya.
Caseyna terseyum kecut. "Kamu yang keterlaluan, Jeano! Setelah kamu kehilangan Rinai, kamu buat seolah-olah aku yang buat Rinai pergi dari kamu."
Gadis itu memberi jeda akan ucapannya. "Bukan cuma aku yang harusnya intropeksi diri tapi kamu juga. Berhenti seolah-olah kamu paham dengan rasa sakit yang udah Rinai rasain. Kamu gak akan pernah paham karna kamu gak ngerasain hal itu."
"Rasa sakit yang dirasain Rinai itu juga kamu sendiri yang buat, Jeano. Kamu harusnya sadar akan hal itu." lanjut Caseyna. Merasa tangisnya akan pecah, gadis itu berlari keluar kelas menuju toilet.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
halooo halooo 😻 !!
long time no see love 👋🏻 maaf yaa aku
lama ga update soalnya aku fokus
ngerevisi part part sebelumnya :(imy so bad anyway 💌
see u soon in next part ^ 0 ^ 💟‼️
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ the healer ❞ ✓
Short Storyft. enhypen's ni-ki ❝ When Rinai meets a boy who can slowly heal her inner wounds. ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette