❀ › about world and sun

1.1K 169 9
                                    

Let go rather than force, let go rather than hurt, and let go rather than struggle alone.

The Healer

Scream Princess [ 3 ]

Kalila :
gimana tadi, nai?
dianterin ga sama jeano?

Bianna :
gausah mulai deh, la.

Kalila :
gue nanya doang.

Rinai :
as usual.

Kalila :
tanpa lo bilang gue tau jawabannya.
si bajingan itu kapan sih mau tobat?

Bianna :
alasannya apalagi?

Rinai :
no reason.

Kalila :
kesel ya gue. lihat aja tuh cewek kurang belaian besok, gue labrak pokoknya.

Bianna :
gausah cari masalah lo.

Kalila :
dia didiemin ngelunjak banget bangsat.
lagian tuh cewek juga kalo gatel ya digaruk, jangan malah nempelin cowok orang.

Bianna :
harga dirinya hiatus.
canda hiatus.

Rinai :
nempelin gitu udah kayak makhluk halus ya.

Kalila :
makhluk halus yang harga dirinya hiatus.
keren kan kalo dijadiin judul film?

Rinai mematikan ponselnya itu dan meletakkannya di atas meja kecil samping queen size miliknya. Gadis itu beranjak untuk membaca novel saja. Mungkin dengan ini dia bisa melupakan sejenak rasa sakit dan sesak di hatinya.

"Kalo gue diemin Jean, dia bakal peduli gak, ya?" gumam Rinai penasaran.

"RINAI, MAKAN SIANG DULU SINI!" teriak Fanni, Mama Rinai.

Rinai segera menutup novelnya kemudian keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu persatu. Sesampai di meja makan, Rinai langsung mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

Matanya berbinar saat melihat soto ayam ada di meja makan tersebut. Cepat-cepat Rinai menyiapkan piring dan nasinya. Setelah itu, gadis itu melahap cepat makanannya itu.

"Pelan-pelan aja makannya, Rinai. Makanannya gak bakal lari kok." ujar Fanni melihat anaknya yang kayak gak makan bertahun-tahun.

Gadis itu tertawa kecil mendengar ucapan Mamanya. Tak lama setelahnya, makanan yang ia lahap sudah habis. Dia meneguk segelas air putih. "Ma, aku udah selesai makannya. Aku ke kamar diluan, ya."

Fanni mengangguk. Setelah mendapat izin dari sang Mama, gadis itu langsung segera beranjak dari posisi duduknya dan berjalan untuk kembali ke kamar.

๑ ⋆˚₊⋆ ────ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

Sore ini, Rinai akan bertemu dengan Jeano di taman komplek dekat rumahnya. Rinai hanya menggunakan sweater oversize berwarna putih dan celana training, ditambah dengan sendal jepit berwarna cokelat muda pada bagian kakinya.

Jeano :
lo dimana? gue udah sampai. buruan, gue gak punya banyak waktu. mau belajar bareng sama casey.

"Si Casey pake pelet apaan coba sampai lo segininya banget sama dia? Dasar bajingan gila!" monolog Rinai kesal ketika membaca pesan yang baru saja dikirimkan oleh Jeano.

Tanpa membalas pesan Jeano, Rinai menutup ponselnya. Gadis itu kemudian meminta izin kepada Fanni. "Ma, aku ke taman komplek sebentar, ya. Gak lama kok."

"Iya, jangan pulang kemalaman, ya." nasehat Fanni.

Rinai mengangguk patuh lalu mencium punggung tangan Fanni.

"Take care, sayang."

๑ ⋆˚₊⋆ ────ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

Mata Rinai menangkap Jeano yang sudah duduk di bangku taman. Lelaki itu hanya duduk tanpa melakukan apa-apa. Rinai berlari kecil menghampirinya. "Jeano! Maaf, nunggu lama." katanya.

Jeano menatap Rinai dengan tatapan biasa. "To the point  bisa?"

"Let's break up." ucap Rinai final. Itu 'kan yang diminta oleh Jeano? To the point?

Let's break up.

Apakah benar Rinai mengatakan hal tersebut? Jeano tidak salah dengar 'kan? Jeano menatap Rinai dengan tatapan tanda tanya. "Kenapa?"

"Hubungan kita ini udah termasuk toxic relationship. Gak pantas buat dijalani. Lo paham 'kan?"

Jeano diam beberapa saat namun kemudian lelaki itu mengangguk. "Oke kalau itu mau lo."

Mau gue? Lo juga mau kali. Dasar Jeano brengsek sialan. Rinai berdecih dalam hati.

Rinai mengangguk mantap dan tersenyum. "Aku gak bakal bilang makasih untuk waktunya karna kenyataannya kamu gak pernah ada waktu buat aku."

"I await your regret." Rinai kembali melanjutkan perkataannya.

"Will never." balas Jeano.

Rinai tersenyum remeh ke arah lelaki yang baru saja menjadi mantannya itu. "Just wait and see." setelah mengatakannya, Rinai langsung pergi meninggalkan Jeano yang hanya terdiam menatap punggungnya.

Jadi, sekarang Jeano kehilangan Rinai? Gadis yang sudah ia anggap sebagai mataharinya?

Lelaki itu menggeleng cepat. Tidak boleh ada penyesalan di dalam dirinya. Jika Rinai pergi, Jeano masih punya Caseyna sebagai dunianya 'kan?

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

waktu nulis dialog rinai di chapter ini
aku berasa keren banget 🤩

see u soon in next part 💌

❝ the healer ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang