❝ Face is not the determinant of everything that is in other people. ❞
━ The Healer
"KALILA, BIANNA!" teriak Rinai ketika gadis itu masuk ke dalam kelas. Suara teriakannya membuat semua atensi siswa yang ada di dalam kelas tersebut melihat ke arahnya. Namun hanya sebentar, setelahnya mereka semua kembali fokus pada urusan masing-masing.
Sedangkan dua orang yang dipanggil menatap Rinai yang sudah berada tepat di dekat mereka. "Apasih, Rinai? Pagi-pagi udah teriak-teriak aja. Dikejar setan lo?!" tanya Bianna, sedikit kesal dengan teriakan Rinai yang mengejutkan dirinya.
Tak merasa bersalah, Rinai tertawa kecil. "Maaf dong, sayang. Gue punya kabar bahagia nih!"
Bianna rolling eyes dan Kalila memutuskan untuk bertanya. "Kabar bahagia apaan?"
"Gue tadi diantar sama Jeano lho."
Kalila merasa menyesal menanyakan perihal kabar bahagia tersebut. Bianna akan bersiap-siap untuk melemparkan botol minum miliknya ke arah Rinai jika saja kesabaran yang dimilikinya sudah habis tak bersisa.
"Rinai, ini masih pagi. Tolong jangan buat gue emosi, ya." ujar Kalila dengan nada lembut, tak lupa senyum terpaksanya di akhir kalimat.
"Ih, harusnya kalian ngerasa seneng dong!" Rinai merasa kesal karna respon kedua sahabatnya ini tak sesuai dengan ekspetasinya.
"Seneng buat apasih? Lo ada-ada aja gue lihat." kata Bianna tak santai. Kekesalan gadis itu terhadap Rinai masih ada.
"Jeano itu udah berubah tau." kata pihak yang baru saja ditanyakan oleh Bianna.
"Berubah jadi apa? Superman? " tanya Kalila ngawur.
Rinai mendengus. "Mana mungkin, Kalila. Maksudnya itu Jeano baik sama gue jadi mungkin dia mau berubah."
Kalila dan Bianna yang mendengarnya berdecak secara bersamaan. "Suka-suka lo deh, Nai. Buat gue ini tuh bukan kabar bahagia. Ya, lo pikir aja, dulu waktu awal-awal pacaran juga dia baik banget sama lo tapi ujung-ujungnya?" kata Kalila yang membuat Rinai ngebatin 'iya juga ya'.
"Gue pribadi sih kalau Jeano beneran berubah, ya, seneng. Bagus banget malahan biar lo gak tersiksa batin lagi, tapi, Nai, kalau kata gue nih, ya, don't expect too much. Kita gak tau nanti ke depannya sikap dia gimana, bakalan tetap sama kayak di awal atau enggak." kata Bianna mengeluarkan pendapatnya.
"Bukannya ngelarang lo buat percaya penuh sama pacar lo itu tapi jangan kasih kepercayaan ke Jeano seratus persen. Perasaan manusia itu bisa berubah kapan aja dan kalau lo yang terlalu berharap lebih, lo sendiri yang bakalan sakit. More correctly, lo dijatuhin sama harapan lo sendiri." lanjut Bianna.
"Apalagi dengan kondisi Jeano yang udah pernah nyakitin lo." Kalila menyeletuk.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
Pada jam istirahat, Jeano tidak bisa makan bersama dengan Rinai dikarenakan lelaki itu harus berkumpul dengan anak Osis yang lain. Rinai sendiri pun tak tau mereka membicarakan apa. Tadinya dia menunggu Jeano di kelas karna pada saat menuju sekolah tadi Jeano mengajaknya untuk makan bersama di kantin tapi lelaki itu mengirimkannya sebuah pesan yang berisi bahwa dia tak bisa makan bersama Rinai karna harus berkumpul dengan anak Osis yang lain. Mungkin rapat.
Rinai memakluminya. Dia tidak apa-apa asalkan Jeano tidak bersama Caseyna. Rinai ingin menyusul kedua sahabatnya, yakni Kalila dan Bianna yang sudah diluan ke kantin. Tetapi notifikasi chat dari Caseyna membuat langkahnya yang menuju kantin itu terhenti.
Caseyna :
rinai, aku mau ngomong sesuatu sama kamu berdua bisa?Rinai :
bisa
dimana?Caseyna :
aku tunggu kamu di taman belakang sekolah yaaSepertinya Rinai harus membatalkan niat untuk makan bersama Kalila dan Bianna. Gadis itu merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan Caseyna kepada dirinya. Tak butuh waktu lama, langsung saja Rinai pergi menuju taman belakang sekolah untuk menemui Caseyna.
Sesampainya disana, Rinai menemukan Caseyna yang tengah duduk di salah satu bangku taman. Langsung saja Rinai menghampiri gadis yang mengajaknya untuk bertemu itu.
"Casey." panggil Rinai dan kemudian duduk di sebelah gadis itu.
Caseyna tersenyum tipis. "Makasih udah dateng, Rinai."
Rinai mengangguk. "Iya, sama-sama. Lo mau ngomong apa emang sama gue?"
"Kamu udah balikan 'kan sama Jeano?"
Rinai mengangguk lagi namun kali ini gadis itu tersenyum ke arah Caseyna. "Iya, gue udah balikan sama Jeano dan kata Jeano lo seneng gue balikan sama dia. I'm pleased to hear it."
"Iya, aku seneng kamu sama Jeano udah balikan. Tapi boleh gak aku minta sesuatu sama kamu?"
"Boleh kalau gue mampu lakuin. Emang lo mau minta apa ke gue?"
"Honestly, aku agak ragu buat ngomong ini ke kamu."
"Chill out. Mau minta apa sih emang? Gue jadi penasaran." Rinai tertawa pelan di akhir kalimatnya.
"Tolong jangan buat Jeano berubah sikap ke aku, ya." Caseyna memberanikan diri untuk mengatakannya.
"Eh, iya?" Rinai bertanya lagi untuk memastikan apa maksud dari ucapan Caseyna.
Caseyna menarik nafasnya dan kemudian berkata, "Tolong jangan buat sikap Jeano berubah ke aku meskipun kalian berdua udah balikan lagi karna aku sama Jeano bakalan tetap temenan sampai kapanpun."
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
see u soon in next part, bubb 💝‼️
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ the healer ❞ ✓
Krótkie Opowiadaniaft. enhypen's ni-ki ❝ When Rinai meets a boy who can slowly heal her inner wounds. ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette