❀ › half-hearted will

803 113 3
                                    

Everyone can easily say sorry but not everyone understands what the word sorry means.

The Healer

Bel pulang sekolah terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Semua murid-murid berhamburan keluar kelas hingga koridor ramai dan akhirnya banyak yang bertabrakan. Rinai, Kalila, dan Bianna memutuskan untuk menunggu di kelas sampai koridor sepi.

"Pulang bareng Jeano, Nai?" tanya Bianna membuka obrolan.

Rinai menoleh ke arah gadis itu dan mengangguk. "Iya, Na."

"Yakin pulang sama Jeano? Gak mau sama kita aja?" tanya Kalila.

"Iya, La. Gue sama Jeano aja."

"Oke tapi kalo dia macem-macem bilang aja sama gue biar gue mutilasi badannya sampai seratus bagian." ucap gadis itu.

Bianna meringis. "Kejam banget lo, La."

Kalila berdecak. "Si brengsek itu juga kejam nyakitin perasaan Rinai mulu."

Rinai ingin angkat bicara namun panggilan seseorang mengurungkan niatnya.

"Rinai." panggil Jeano sembari berjalan masuk dan mendekati Rinai.

Melihat kehadiran Jeano, Rinai tersenyum senang. Lelaki itu menepati janji untuk mengantarkannya pulang. Rinai bangkit dari posisi duduknya dan mendekat ke arah Jeano sampai ia berhadapan dengan lelaki itu. "Jean, kamu mau anterin aku pulang 'kan?"

Jeano mengangguk. Tangan lelaki itu naik untuk mengusap kepala Rinai dengan lembut. "Iya, kamu pulang bareng aku. Mau pulang sekarang?"

Rinai mengangguk dan kemudian menatap Kalila dan Bianna secara bergantian. "Gue diluan, ya."

Kedua gadis itu mengangguk secara bersamaan. "Be careful, Rinai." ucap Bianna sambil tersenyum manis dan melambaikan tangannya ke arah Rinai. Hal tersebut dibalas kembali oleh Rinai sebelum gadis itu akhirnya keluar kelas bersama Jeano.

Setelahnya, Bianna melirik Kalila. "Langsung pulang gak, La?" tanya gadis itu.

"Gak, jajan telur gulung sama bakso dulu aja di depan sekolah. Mau gak?"

Bianna langsung mengangguk antusias.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

Jeano memakai helm miliknya dan kemudian naik ke motor lalu diikuti oleh Rinai. Jeano akan menghidupkan gas motornya jika saja Caseyna tidak datang menghampiri mereka berdua.

"Jeano!" seru Caseyna sambil berlari kecil ke arah Jeano dan Rinai yang sudah duduk di atas motor.

Mendengar itu, Jeano dan Rinai sontak menoleh ke arah Caseyna secara bersamaan. "Apa, Sey?" tanya Jeano.

"Kamu bisa anterin aku pulang gak? Tadi Bibi kirim pesan ke aku, dia bilang kalo Mama lagi sakit. Bibi hari ini harus pulang cepat karna mau urusin anaknya yang baru lahir. Gak ada yang jagain Mama di rumah, kamu tau 'kan kalo Papa lagi keluar kota buat kerjaan?" cerca Caseyna dengan raut wajahnya yang khawatir. Wajah gadis itu sedikit basah akibat keringat.

Jeano terdiam sebentar sedangkan Rinai menatap wajah pacarnya itu. Dalam hati, gadis itu merasa takut jika Jeano menyetujui ajakan Caseyna. Rinai tak mau dicampakkan lagi oleh Jeano hanya karna Caseyna. Ia bosan dengan masalah dalam hubungan mereka yang disebabkan oleh Caseyna terus.

Jeano menghela nafasnya. "Gak bisa, Sey. Gue harus anterin Rinai pulang. Gue udah janji sama dia dan gue gak mau ingkarin janji gue."

Rinai tersenyum tipis mendengarnya. Gadis itu lega. "Lo 'kan bisa naik taxi aja." lanjut Jeano lagi.

"Aku gak nemu taxi. Daritadi aku udah nungguin di depan sekolah." kata Caseyna. Gadis itu masih berharap Jeano menerima ajakannya.

Rinai melirik Caseyna. Ia sedikit merasa kasihan juga dengan gadis itu. Jeano terkejut dengan aksi Rinai yang tiba-tiba turun dari motornya.

"Rinai, kok turun?" tanya Jeano heran.

"Kamu anterin Casey aja, ya. Kasihan dia, Mamanya pasti lagi butuh dia banget. Aku bisa kok ntar pulang bareng Kalila sama Bianna. Lagian mreka masih di sekolah." kata Rinai sambil menunjuk penjual telur gulung yang ada di depan gerbang sekolah, dimana ada Kalila dan Bianna yang tengah membeli disana.

"Nai, ta — "

"I'm okay, you don't have to worry. Aku gak bakal marah sama kamu karna aku sendiri yang minta." kata Rinai untuk menenangkan sedikit rasa kekhawatiran Jeano. Mungkin lelaki itu masih kepikiran dengan perkataannya saat di kantin tadi.

Jeano menghembuskan nafasnya kasar. "Naik, Casey."

Sebelum naik ke motor Jeano, gadis itu menoleh sebentar ke arah Rinai. "Thanks a lot, Rinai." katanya sambil tersenyum tipis.

Rinai mengangguk sebagai balasan.

Jeano mulai menghidupkan gas motor dan menancapkannya menjauh dari perkarangan sekolah. Lelaki itu pergi tanpa mengatakan apapun kepada Rinai.

Rinai menatap kepergian Jeano dan Caseyna dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Gadis itu bergumam pelan, "And it happens again."

"Rinai." suara seorang lelaki dan gas motor beradu menjadi satu dari arah belakang Rinai.

Rinai membalikkan badannya ke arah belakang. Gadis itu menatap Riki yang sudah bersiap ingin pulang dengan tatapan heran. "Apa?"

Lelaki itu melirik bangku belakang motornya yang tak berpenghuni dan kemudian berkata kepada Rinai, "Naik."

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

hello, i'm back 🧚🏻‍♀️💤 !!
happy sunday for y'all and have a
wonderful day 🌸

see u soon in next part 💟‼️

❝ the healer ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang