❀ › chaotic

770 83 0
                                    

Something done by force will never
end happily. ❞

━ The Healer

Gak tau kenapa, Rinai pengen banget cerita kejadian hari ini ke Riki. Menurut Rinai, Riki itu cocok banget di jadiin teman cerita walau agak ngeselin sih.

Rinai :
halooo
riki

Riki :
apa?

Rinai :
mau cerita boleh gaa

Riki :
ga boleh

Rinai :
oke boleh yaa
jadi hari ini ada kejadian yang
aneh banget tauu

Riki :
udah buta kayaknya
yaudahlah lanjutin aja

Rinai :
🤓🤓🤓
masa casey ngajak gue temenan
terus jeano minta balikan

Riki :
itu pertanda namanya

Rinai :
pertanda apaan?

Riki :
pertanda dunia mau kiamat

Rinai :
anj
beneran?

Riki :
tapi boong

Rinai :
pilih pisau atau belati?

Riki :
pilih lo

Rinai :
waduh jadi baper aku kak 🤭

Riki :
ya dek

Rinai :
tanggung jawab dong

Riki :
kayak lo bunting aja

Rinai :
ya ngga sih

Riki :
👍🏻👍🏻👍🏻
btw

Rinai :
apa?
kalo mau ngomong itu jangan
setengah setengah

Riki :
tapi gue ngetik :|

Rinai :
T___T

Riki :
jangan mau balikan sama
si jeano

Rinai :
emang gamau
kenapa?

Riki :
nanti gue cemburu

Rinai :
lo ini kesambet apa yaaa
btw besok traktir gue dong
ya ya yaa

Riki :
oke
karna lo miskin gue traktir 👍🏻

Rinai menyudahi percakapannya dengan Riki. Gadis itu menatap langit-langit kamarnya. Dari kejadian hari ini, Rinai tau bahwa Jeano itu tidak menyesal sungguhan. Bukannya memperbaiki sikap, lelaki itu malah membujuk Rinai agar mau balikan dengannya. Untungnya Rinai gak mau sih. Udah gak suka juga sama Jeano.

"Di pikir-pikir, kalau pacaran sama Riki bakal seru juga. Anaknya asik. Yang paling penting gak kayak Jeano juga." monolog Rinai. Pikirannya kayaknya lagi kacau banget sampai ngomong kayak gini.

"Kalau ajak Riki pacaran, dia mau gak, ya?" tanya Rinai pada dirinya sendiri.

Tangan gadis itu kembali mengambil ponselnya yang terletak di samping kanannya. Kembali lagi ia buka roomchat miliknya dengan Riki.

Rinai :
rikiii
pacaran sama gue yukkk

Setelahnya, Rinai mematikan ponselnya. Riki juga tidak akan membalas secepat itu karna lelaki itu tengah offline sekarang.

Rinai mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Kalau sampai di tolak, malu banget. Mana gue yang nembak di luan." kata Rinai. Tangan gadis itu terulur untuk mengusap kasar wajahnya.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

Jam tujuh malam, Rinai baru selesai mandi. Lama banget soalnya tadi dia tidur siang terus bangunnya jam enam. Itupun gak langsung mandi, satu jam Rinai ngumpulin nyawa dulu.

Selesai menyisir rambutnya, Rinai membuka ponselnya. Raut wajah gadis itu langsung memelas begitu mengetahui baterai ponselnya tinggal tiga persen lagi. "Lupa ngecas 'kan gue." sesal gadis itu.

Niat Rinai sih mau cas handphone-nya aja dulu tapi waktu lihat notifikasi chat dari Riki langsung gak jadi. "Ayo? " gumam Rinai membaca balasan chat dari Riki. Kayaknya Rinai lupa karna kelamaan tidur.

Setelah diam untuk menjernihkan pikiran selama tiga detik, Rinai langsung ngomong pakai nada kaget yang agak keras, "Oh, iya, gue 'kan nembak Riki!" gadis itu menepuk keningnya. Bisa-bisanya dia lupa.

Baru saja ingin membalas pesan dari Riki, ponsel Rinai langsung mati total. Gadis itu tersenyum paksa. "Sialan." umpatnya pelan.

Setelah mengecas ponselnya, Rinai menjatuhkan dirinya ke tempat tidur. "Ayo? Berarti Riki nerima gue dong? Tapi kenapa, ya?" gumamnya Rinai heran.

"Ah, udahlah, yang penting di terima jadi gue gak malu-malu banget karna nembak dia di luan." lanjutnya.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

haii haii 👋🏻 ketemu lagi dengan
akuuu 💕 kali ini aku fast
update kannn 🤩

anyway, cerita ini sebentar lagi
bakalan tamat yaaaa T__T

oh yaaa sebenarnya waktu nulis
part ini, otak aku itu udaaa buntu
banget :( gak tau mau nulis
apalagi tapi tiba tiba dapet ide
kayak gini heheee 🙇🏻‍♀️

see u soon in next chapter 💟

❝ the healer ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang