❀ › first impression

1.4K 193 9
                                    

This is about feeling that are not right for you to stop if you just play games. ❞

The Healer

"Jeano."

"Jeano."

Rinai dan Caseyna sama-sama saling tatap. Lelaki bernama lengkap Jeano Asastra memutar balik tubuhnya dan berjalan mendekati kedua gadis itu.

"Kenapa, Sey?" tanya Jeano menatap gadis dengan name tag Caseyna Alice.

Caseyna bangsat. Ganggu gue sama Jeano mulu. batin Rinai kesal.

Caseyna menggaruk kepalanya yang tak gatal. Gadis itu tersenyum canggung pada Rinai. "Kamu aja deh yang ngomong diluan, Nai." ucapnya kikuk.

Rinai menatap Caseyna. "Udah gausah. Lo aja yang ngomong. Gue pergi." setelah mengatakan hal tersebut, Rinai pergi meninggalkan Jeano dan Caseyna.

"Jean, aku mohon kamu kejar Rinai sekarang, ya. Bagaimana pun dia itu pacar kamu." mohon Caseyna sambil memegang pergelengan tangan Jeano.

Jeano terdiam sebentar. Rinai memandangnya dari kejauhan dengan cara bersembunyi di balik dinding yang ada pada koridor sekolah SMA Pusaka. Gadis itu menanti jawaban dari mulut Jeano dengan penuh harap.

"Aku bisa ngomong nanti kok sama Rinai. Kamu tenang aja." jawab Jeano mengelus pucuk kepala Caseyna dengan lembut.

Rinai tersenyum hambar. "Dia pacaran sama siapa sih sebenarnya?"

Rinai melanjutkan, "Rasanya kayak gue yang orang lain disini."

๑ ⋆˚₊⋆ ────ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

Rinai berlari cepat menuju perpustakaan. Saat ini sedang jam pelajaran bahasa Indonesia, tepatnya mereka sedang ujian. Mereka diperintahkan membuat teks ulasan dari sebuah novel dan Rinai harus meminjam novelnya di perpustakaan. Akibat dia menangis kelamaan di kamar mandi, jadilah sisa beberapa menit lagi untuk mengerjakan teks ulasan tersebut.

"Astaga, mampus gue! Mana waktu bentar lagi habis." gumamnya sambil berlari menaiki anak tangga perpustakaan yang berada di lantai dua SMA Pusaka.

Rinai terjatuh akibat tali sepatunya yang lepas dan tak terikat itu. "Astaga, tali sepatu! Bisa-bisanya lo buat gue jatuh disaat waktu yang mepet banget gini. Sialan banget!" gerutunya kesal sambil mengikat tali sepatu dan kemudian membersihkan lututnya yang sedikit tergores itu.

"Bukan salah tali sepatu, dasar lo aja yang ceroboh." kata lelaki bernama Riki Alteza sambil mengulurkan sebelah tangannya pada Rinai.

Rinaj dengan senang hati menerima uluran tangan Riki tersebut. "Iya, gue yang ceroboh. Makasih, ya." kata Rinai sambil tersenyum.

Riki mengangguk. "Ya, lain kali hati-hati. Gue permisi."

Sebelum Riki melangkah jauh, Rinai mencekal tangan lelaki itu. Riki menoleh menatap Rinai dengan tatapan tanya.

"Boleh tau nama lo?" tanya Rinai.

Lelaki itu mengangguk dan kemudian berkata, "Nama gue Riki."

"Yang lengkap dong, Riki."

Riki menghela nafasnya. "Riki Alteza."

"Oke, Riki. Nama gue Rinai Maheswari. Lo bisa panggil gue Rinai."

"Yang mau manggil lo Maheswari emang siapa?"

Rinai mendengus kesal. "Kok lo ngeselin sih?!"

"Lo juga ngeselin. Lebih malahan."

"Buku bahas - " Riki memunjuk buku bahasa Indonesia yang ada di tangan Rinai.

"ASTAGA, UJIAN BAHASA INDONESIA GUE!" teriaknya dan langsung berlari masuk ke dalam perpustakaan.

Riki geleng-geleng melihat kelakuan gadis bernama Rinai itu.

Caseyna melihat adegan perkenalan antara Riki dan Rinai tersebut. Tadinya dia mau ke toilet saat melihat Rinai terjatuh, Caseyna berniat menolongnya tapi dia kalah cepat dengan Riki.

๑ ⋆˚₊⋆ ────ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

"Rinai, ikut gue!" titah Jeano yang tiba-tiba masuk ke kelas Rinai bersama Caseyna di belakangnya. Jeano menarik tangan Rinai menuju taman belakang sekolah. Padahal tadi Rinai sedang enak-enak gosip dengan Kalila dan Bianna.

Sesampai pada taman belakang sekolah, Rinai menyentak tangan Jeano. "Kenapa sih, Jean?! Ngapain kamu nyeret-nyeret aku kesini?!"

"Lo ngapain sama Riki tadi?" tentu saja Jeano mengenal Riki. Jeano juga salah satu anggota Osis SMA Pusaka, walaupun bukan ketuanya. Ketua Osisnya, ya, Riki Alteza.

"Riki? Oh, tadi dia bantuin aku karna aku jatuh terus kenalan." jawab Rinai santai.

Jeano menatap Rinai datar. "Gue gak suka lo dekat-dekat sama dia."

Gue juga gak suka lo deket-deket sama Caseyna, bajingan. batin Rinai.

Rinai tertawa kecil. "Dekat? Orang tadi baru kenal kok."

"YA, TETAP AJA LO JANGAN DEKAT-DEKAT SAMA DIA!" tiba-tiba saja Jeano membentaknya. Lelaki itu berteriak keras di depan wajahnya.

Rinai terkejut menatap Jeano. "Kenapa emangnya? Salah?"

"Jelas salah karna lo pacar gue!" tekan Jeano.

Rinai mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, pacar. Gini deh kalo aku minta kamu ngejauhin Caseyna gimana? Bisa? Gausah deh ngejauhin, paling sedikit lebih pentingin aku daripada dia."

Jeano dan Caseyna sama-sama terdiam.

Rinai tersenyum tipis. "Gak bisa 'kan? Selama kamu gak bisa jauhin Caseyna dan lebih mentingin dia, jangan pernah ngatur-ngatur aku buat dekat sama siapa aja, Jean."

"Rin - "

"Aku bukan cewek baik yang kalau kamu giniin bakalan tetap nungguin kamu kayak orang bodoh. Itu bukan aku, Jeano. " kata Rinai memotong ucapan Jeano.

"Ini perihal perasaan yang gak tepat untuk kamu singgahi kalo cuma buat main-main doang."

Kata-kata itu bukan secara tidak sengaja keluar dari mulut Rinai. Rinai itu manusia. Dia bisa lelah, bisa menyerah, bisa berhenti, dan juga bisa pergi.

๑ ⋆˚₊⋆ ────ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

see yaaa 🙆🏻‍♂️

❝ the healer ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang