❀ › not yours

833 117 7
                                    

Because in fact, he was never completely yours.

The Healer

Riki :
halooo juga rinai

Rinai berpikir apa yang harus ia katakan kepada Riki. Sebenarnya, saat meminta nomor Riki ke Kalila, gadis itu tak tahu untuk apa. Sesaat kemudian, gadis itu tersenyum lebar ketika sudah mendapatkan ide.

Rinai :
besok anterin gue ke sekolah dong riki

Riki :
pergi sendiri
gausah manja

Gadis itu menggerutu kesal membaca pesan balasan dari Riki. Apa susahnya bagi lelaki itu untuk menerima ajakannya?!

Rinai :
kok lo gitu?!
pokoknya lo harus anterin gue

Riki :
gue screenshot chat lo terus
udah gue kirim ke jeano

Rinai :
bajingan

this contact blocked you

Rinai membelalakkan bola matanya. Gadis itu semakin kesal ketika Riki sudah memblokir kontaknya dan parahnya lagi, lelaki itu mengirim screenshot yang berisi pesan dari Rinai ketika meminta Riki untuk berangkat bersama ke sekolah. Meminta nomor lelaki itu adalah awal dari kesialan yang Rinai alami saat ini.

"Sialan banget si Riki! Awas aja, ya, dia besok." kata Rinai kesal.

Rinai dengan cepat langsung menoleh ke arah ponselnya yang berada di samping dirinya. Suara dering notifikasi itu membuatnya ketakutan setengah mati. Bagaimana jika itu Jeano?

Rinai menghembuskan nafasnya. Kini gadis itu memberanikan diri untuk mengambil dan mengecek ponselnya.

Baiklah, Rinai akan menghilang dari bumi. Ternyata benar bahwa Jeano yang mengiriminya pesan dan benar juga jika Jeano bertanya tentang masalah ajakan berangkat sekolah bersama kepadanya.

"Gue harus tetap tenang. Chill, Rinai. Everything will be fine." ucap gadis itu sebisa mungkin menenangkan dirinya. Setelahnya, Rinai mengetikkan sesuatu di ponselnya untuk dikirim kepada Jeano.

Jeano :
kamu ngajak riki buat berangkat
ke sekolah bareng?

Rinai :
ya
memangnya kenapa?
dia kasi tau sama kamu?

Jeano :
iya, Riki ngomong sama aku tapi kenapa? kok gak ajak aku aja? kenapa harus riki? i'm your boyfriend rinai.

Rinai rolling eyes ketika membaca pesan dari Jeano. "Katanya pacar gue tapi yang dianterin Casey bukan gue. Meskipun gue yang suruh tetap ajalah lo harus nolak dan gak mau. Harusnya lo tetap mau anter gue buat pulang. Ngapain lo peduliin Casey? Buat kesel aja." cerca Rinai kesal.

Rinai :
oke
maaf

Jeano :
yaudah besok mau aku jemput
buat pergi bareng?

Rinai :
thanks in advance but no need
aku pergi sama papa aja

Jeano :
oke kalo gitu
sweet dreams bb

"Bukannya maksa malah di-iyain gitu aja. Gak ada peka-pekanya jadi cowok. Dasar Jeano bajingan! Lama-lama kok gue jadi makin malas, ya, pacaran sama lo. Lo kayak anjing tau gak." Rinai meletakkan ponselnya ke atas nakas dengan kasar. Kemudian, ia mengambil posisi tidur dan memejamkan matanya. Rinai berusaha untuk pergi menuju alam mimpi.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

Hari buruk sepertinya ditakdirkan untuk Rinai hari ini. Baru saja tiba disekolah, gadis itu sudah bertemu dengan Caseyna.

"Pagi, Rinai." sapa Caseyna terdengar ramah.

Sok akrab banget, bangsat. Kalau ada Kalila pasti langsung di gas nih cewek. batin Rinai.

Rinai mengerutkan keningnya. Ia sama sekali tak membalas sapaan Caseyna. "Gue tau lo nyapa gue karna ada maksud. Jadi, apa mau lo?" kata Rinai dengan diakhiri pertanyaan.

"Aku mau ngomong sa — "

"Ngomong apa, Sey? Ngomong tentang Jeano lagi? Lo mau nyuruh gue buat ngomong ke Jeano biar gak berubah sama lo? Serius deh, mending urus aja urusan lo tanpa libatin gue. Gue malas banget terikat masalah apapun sama lo dan pasti lo tau itu." Rinai melipatkan kedua tangannya di depan dada. Gadis itu memotong ucapan Caseyna karna Rinai tau apa yang akan dikatakan gadis itu selanjutnya.

Caseyna terdiam beberapa saat dan Rinai memutuskan untuk pergi meninggalkan gadis itu. Namun, baru satu langkah Rinai berjalan, Caseyna mengatakan kalimat yang membuat Rinai terpaksa berhenti melangkah dan berbalik menatap ke arah gadis itu.

"Jeano itu milik aku, Rinai. Kamu tau 'kan kalau dia itu gak bakal bisa menjauh dari aku. Kita berdua bakalan terus berteman." kata Caseyna tanpa mau menatap wajah Rinai secara langsung.

Bukan tatapan tajam yang Rinai berikan kepada Caseyna. Rinai menatap gadis itu dengan tatapan remeh sembari tertawa renyah. "Ini udah pagi dan lo masih enak mimpi indah?" tanya Rinai dengan nada mengejek.

Kemudian, Rinai melanjutkan, "Why you so obsessed with my boyfriend? Dia bukan milik lo, Caseyna. Bahkan gak pernah jadi milik lo. I think you're too pushy. Lo terlalu maksa buat milikin Jeano."

Sebelum meninggalkan Caseyna sepenuhnya, Rinai menepuk bahu gadis itu dua kali dan berkata, "Segala sesuatu yang berlebihan itu gak baik termasuk halusinasi lo."

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

good night precious person 👩🏻‍🚀 !
how was your day ? i hope all goes
well and better than before ( ^ ◡ ^ )

anyway, stay safe && healthy y'all 😷👩🏻‍⚕️

see u soon in next part 💐💌💗

❝ the healer ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang