❀ › no, we can't

797 74 0
                                    

If it's that hard to stay away from her,
why is it so easy to say sorry to me? 

━ The Healer

"Rinai, Rinai!" seru seseorang memanggil nama Rinai dengan heboh. Rinai yang tengah membaca novel di dalam kelas itu langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Lho, Bita? Kenapa?" tanya Rinai heran ketika melihat Bita — salah satu temannya waktu MOS dulu. Sekarang mereka berdua masih dekat, cuma beda kelas aja.

Bita mengatur nafasnya. Sepertinya gadis itu berlari untuk menemui Rinai. "Itu lho, Nai. Jeano sama Casey."

Mendengar nama Jeano dan Caseyna, Rinai langsung malas. "Kenapa mereka berdua?" tanyanya tanpa minat.

"Berantem." jawab Bita seadanya.

Mata Rinai membelalak. "Serius?! Berantem kenapa, Ta? Sini lo, sini. Ceritain ke gue." Rinai langsung antusias untuk mendengar cerita lengkapnya dari Bita. Gadis itu menarik tangan Bita dan mendudukkannya tepat di sebelah dirinya. Kebetulan Bianna lagi pergi ke kantin sama Kalila buat makan bakso. Kelas mereka lagi jam kosong juga sih.

"Gue gak tau sih percakapan awalnya gimana tapi tadi Jeano kayak nyalahin Casey gitu. Terus Casey gak terima, dia balas tuh. Kayaknya mereka ribut gara-gara lo sih, Nai." papar Bita.

"Kok gara-gara gue sih?!" tanya Rinai kesal.

"Soalnya tadi gue dengar nama lo di sebut-sebut gitulah sama mereka berdua." jawab Bita. "Terus kayaknya si Casey mau nangis makanya tadi dia langsung keluar gitu dari kelas." lanjutnya.

"Bisa ribut juga mereka berdua. Padahal dulu lengket banget." ejek Rinai setelah mendengar cerita dari Bita.

"Saling nyalahin kayaknya."

"Sama-sama salah kok. Daripada saling nyalahin mending mereka intropeksi diri." kata Rinai. Gadis itu tak terlalu peduli dengan masalah yang terjadi antara Jeano dan Caseyna. Bukan urusannya juga.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

Jam istirahat tiba, Rinai berjalan sendirian menuju kantin. Dari mulai tadi jam kosong sampai istirahat ini, Kalila dan Bianna tak kembali ke kelas. Pasti keduanya masih di kantin.

Belum sampai di kantin, tangan Rinai tiba-tiba di tarik oleh Caseyna yang tiba-tiba datang entah darimana. Rinai yang merasa terkejut pun memberontak, "Apaan sih lo, Casey?! Lepasin tangan gue."

Caseyna melepaskan tangan Rinai. Ia berbalik badan ke arah orang yang di tariknya itu. "Maaf." katanya.

"Buat salah, minta maaf, buat salah, minta maaf. Gitu-gitu aja terus makanya gue gak suka sama lo." ungkap Rinai jujur. Ada kekesalan yang terselip di dalam ucapannya.

"Aku mau — "

"Mau apa? Minta maaf?" potong Rinai. "Gue maafin lo tapi gue gak bisa lupain apa yang lo udah perbuat ke gue. Gue manusia biasa dan lo tau itu."

"Aku mau temenan sama kamu." kata Caseyna dengan berani.

Ekspresi terkejut tergambarkan di wajah Rinai saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut Caseyna. "Apa? Lo mau temenan sama gue?" tanya Rinai sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Are you out of your mind? Lupain kesalahan lo aja gue gak bisa, apalagi temenan sama lo."

"Kan bisa di coba dulu." kata Caseyna pelan tapi masih bisa di dengar oleh Rinai yang berada di depannya.

"Gue gak mau temenan sama lo dan gue gak mau nyoba. Know your place, Casey." kata Rinai. Setelah mengakhiri percakapannya dengan Caseyna, gadis itu beranjak pergi darisana.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

"Gue harap gak bakalan ada kejadian gila kayak tadi lagi." gumam Rinai, mengingat Caseyna yang tiba-tiba meminta berteman dengannya. Tentu saja jawabannya Rinai tidak mau. Kenapa Caseyna bodoh sekali?

Saat ini, dia tengah berjalan kaki dari sekolah menuju rumahnya. Rinai tak dijemput oleh Papanya jadi dia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Jarak rumahnya dengan sekolah tak begitu jauh kok.

Mata Rinai menyipit. Sepertinya Jeano berjalan ke arahnya dari arah yang berlawanan. Apa ada hal gila yang bakalan terjadi lagi? Tak mau hal itu terjadi, Rinai berbalik badan dan berjalan secepat mungkin.

Cukup Caseyna aja, please. batin Rinai memohon.

Sepertinya Jeano tau jika Rinai hendak kabur dan menghindari lelaki itu. Buktinya Jeano berlari ke arahnya dan, ya, Rinai tertangkap. Ia sudah menunjukkan perlawanan dengan berlari kok tapi sepertinya terlalu lambat.

"Pergi dari hadapan gue bisa gak? Muka lo jelek, gue gak suka." kata Rinai dengan senyum terpaksa.

"Sebentar aja, Rinai."

"Get lost." usir Rinai. Dia tak mau lagi berurusan dengan Jeano ataupun Caseyna.

"Five minute, deal? "

"Oke." kata Rinai setengah hati.

"Don't cut me off. Gue mau minta maaf buat semua kesalahan yang udah gue perbuat ke lo. Maaf juga karna masih berani nemuin lo kayak gini."

"So, the point? "

"Maaf tapi gue mau ngajak lo mulai dari awal lagi. Kali ini gue gak bakal ngulang kesalahan yang sama. Gue bakal be — "

"Jadi, intinya lo ngajak balikan gitu?"

Anggukan pelan adalah respon Jeano untuk pertanyaan Rinai.

"Shame on you. Gak Casey, gak lo, sama aja. Kalau udah ngerasa salah, mending intropeksi diri aja. Lo ngajak gue balikan terus janji kayak gitu, lo pikir gue bakalan terima lagi? Not at all. Lo tau jawabannya, Jeano."

"Rinai — "

"Lo tau gak sih percakapan kita ini bakalan sia-sia? Gak ada yang bisa diperbaiki selain tingkah laku lo. Jadi, perbaiki aja yang bisa diperbaiki. Don't try to hard."

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

haloooo 🖐🏻 !! long time no see 👀
howzit going y'all? imy so bad 💟

ngembaliin mood buat nulis itu
bener bener susah banget :(
sooo thanks for waiting <3 ♡

see u soon in next chapter 💝

❝ the healer ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang