❀ › reason to survive

1.2K 168 5
                                    

I'm a stupid girl fighting for a boy who never cared about me at all.

The Healer

"Lo kenapa, Nai? Kok mata lo sembab? Habis nangis lo, ya?" begitu Rinai masuk kelas, Kalila dan Bianna langsung menariknya untuk duduk dan mewawancarainya tentang perihal apa yang terjadi sebenarnya.

Bianna memberikan sebotol air mineral untuk Rinai. Rinai mengambil dan meneguknya. "Rinai, are you okay? " tanya Bianna menatap Rinai dengan tatapan cemasnya.

Rinai tersenyum tipis. "Chill, i'm okay."

Kalila memasang raut wajah yang menjengkelkan. "Berhenti bersikap seolah-olah gak terjadi apa-apa."

"Jelasin. Kenapa Jeano narik lo kesana?" tanya Bianna.

Rinai diam sejenak. "Gue rasa tadi cuma masalah salah paham aja."

"Gimana? Udah selesai masalahnya atau malah makin panjang?" tanya Kalila menaikkan sebelah alisnya.

Rinai mengangguk. "Udah selesai. Terserah Jeano mau percaya atau enggak, setidaknya gue udah jelasin yang sebenarnya."

Kalila tertawa renyah. "Gue pikir lo bakal mohon-mohon."

Rinai tertawa kecil.

"Jahat dikit gakpapa kok. Manusia emang gitu, dibaikin malah ngelunjak." ucap Kalila sambil memainkan kuku-kuku panjangnya.

"Lo juga manusia, La. Berarti lo juga." celetuk Bianna.

"Gue orang." balas Kalila sengit.

"Gak ada bedanya."

"Beda hurufnya."

"Tapi 'kan artinya sama."

Rinai melerai. "Daripada berantem, mending kita lanjut gosip aja."

Kalila dan Bianna langsung mengangguk antusias. Ketiganya pun menghabiskan waktu istirahat dengan melanjutkan acara gosip mereka yang tadi sempat tertunda.

๑ ⋆˚₊⋆ ────ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

Rinai :
jean, aku pulang bareng kamu boleh, ya?

"Gimana, Nai? Pulang bareng kita atau sama cowok brengsek lo itu?" tanya Kalila. Bel pulang sekolah SMA Pusaka memang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Ketiga gadis itu baru saja selesai menyusun dan memasukkan buku-buku mereka ke dalam tas.

Rinai berpikir sejenak.

"Sama kita aja deh, Nai. Ntar cowok lo itu malah nganterin si Caseyna gatel." timpal Kalila lagi. Gadis itu menatap Rinai kesal.

"Gak ada salahnya gue coba buat ngajak Jeano dulu?"

Kalila berdecak kesal. "Terus lo suruh kita berdua nungguin lo bujuk-bujuk si Jeano bajingan itu? Gue gak suka nunggu. Apalagi yang gak pasti." sungut Kalila. Secara halus menyindir Rinai.

"Kalian berdua langsung pulang aja. Biar gue sendiri aja." kata Rinai tenang.

Bianna memegang pundak Rinai. "Gakpapa nih, Nai? Beneran mau sendiri aja?"

Rinai mengangguk meyakinkan. "Gakpapa kok, Na. Kalo gitu, gue diluan ke kelas Jeano dulu, ya. Be careful." Rinai melambaikan tangannya, setelah itu dia berlari kecil keluar kelas menuju kelas IPA-II, yakni kelas Jeano dan juga Caseyna.

"Semoga aja gak mengecewakan." gumam Kalila menatap kepergian Rinai dengan penuh harap.

Sedangkan di lain sisi, Rinai tengah menunggu Jeano keluar kelas. Gadis itu sama sekali enggan untuk memasuki kelas IPA-II.

"Jeano kok lama banget sih?! Ngapain sih di dalem?!" gumam Rinai agak sedikit kesal.

Begitu melihat murid-murid kelas IPA-II keluar satu persatu, Rinai langsung sigap berdiri.

"Jeano." panggil Rinai saat Jeano keluar kelas bersama dengan Caseyna sambil bergandengan tangan. Keduanya bahkan tertawa senang tanpa beban, entah apa yang mereka bicarakan.

Seneng banget kalo lagi sama si jablay. batin Rinai yang melihat kemesraan keduanya.

Sontak Caseyna langsung melepaskan genggaman tangan Jeano dengan cepat. Percuma saja, Rinai sudah melihatnya.

"Ada apa?" tanya Jeano menatap Rinai.

"Aku pulang bareng kamu bisa?" tanya Rinai.

Jeano melirik Caseyna yang hanya diam sekilas, kemudian menatap Rinai dengan tatapan datar. "Gak bisa." tolaknya.

"Alasan apalagi, Jean? Kerja kelompok di rumah Casey? Nganterin Casey ke rumah sakit buat check up kesehatan? Mau jalan sama Casey karna udah janji? Mau nemenin Casey belajar karna dia gak paham sama materi? Atau mau nemenin Casey di rumah karna dia takut sendirian?"

Caseyna membeku di tempat. Rinai benar-benar hapal semua alasan Jeano saat menolak untuk pulang bersama dirinya.

"Kenapa diam, Jean? Kamu belum mempersiapkan alasan kamu untuk nolak buat pulang bareng sama aku?" tanya Rinai menatap Jeano. "It's okay. Aku pulang sendiri aja. Kamu kalau gak mau pulang bareng aku, kamu tolak aja langsung, gausah pakai alasan segala." Rinai langsung pergi darisana.

๑ ⋆˚₊⋆ ────ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

see u soon in next chap 💟

❝ the healer ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang