❀ › we're done

813 120 4
                                    

Because other people's feelings are not that funny to be played. ❞

The Healer

"Rinai, i can ex — "

"Let's break up." ucap Rinai dengan tenang. Gadis itu memotong perkataan Jeano.

"Jangan ngomong gitu, Rinai. Kamu salah paham dan aku bisa jelasin semuanya. Kamu mau dengerin 'kan?" Jeano berkata lembut untuk mencegah keputusan Rinai. Sebisa mungkin lelaki itu membujuk Rinai agar Rinai mengubah keputusannya.

Jeano berusaha menggapai pergelangan tangan Rinai namun Rinai langsung menarik tangannya untuk menjauhkan objek tersebut dari Jeano. Ia kemudian berkata, "There's nothing to explain and fix, Jeano." tidak ada kemarahan, Rinai tetap berkata dengan tenang. Tatapan mata gadis itu juga tidak menyiratkan sebuah emosi dan kemarahan yang mendalam.

"I beg you. Tolong ubah keputusan kamu, Rinai." Jeano benar-benar keras kepala. Lelaki itu terus memohon agar Rinai mengubah keputusannya.

Rinai berdecak. "Jean, jangan paksa aku! We ended."

Jeano tak lagi melakukan apapun, ia hanya diam menatap Rinai dengan pandangan yang tak bisa Rinai artikan. Caseyna? Gadis itu hanya diam memperhatikan Rinai dan Jeano. Rinai berharap sekali setidaknya Caseyna mengatakan kata maaf  kepadanya. Namun jika begitu, bukankah harapan Rinai terlalu tinggi untuk dipenuhi oleh Caseyna?

Harusnya gue sadar, cewek gak tau diri gak mungkin ngerasa bersalah dan ngucapin kata maaf. batin Rinai sembari menatap Caseyna dengan tatapan tajamnya.

Setelah dilanda keheningan selama beberapa menit, Rinai pamit pergi darisana. "Okay, done. I go first." ucap Rinai yang berniat kembali menuju ruang kelasnya.

Belum lagi Rinai mencapai pintu kelas untuk keluar, ucapan dari Caseyna berhasil membuat langkah kakinya terhenti.

"Rinai, setidaknya kamu harus ngucapin kata maaf dan terimakasih untuk Jeano atas hubungan kalian selama ini."

Rinai membalikkan badannya menghadap Jeano dan Caseyna. "Berterimakasih? Berterimakasih dalam rangka apa? Maksud lo gue harus berterimakasih sama dia karna udah nyakitin gue gitu?" Rinai menjeda ucapannya dengan tertawa mengejek ke arah Caseyna. "What's with fucking bitch? "

"Dan maaf tadi lo bilang? Harusnya cewek gak tau diri kayak lo dan bajingan kayak Jeano yang minta maaf sama gue." sambung Rinai menatap Caseyna dengan tatapan yang tak bersahabat.

Sebelum Rinai pergi, setidaknya Rinai harus mengatakan satu kalimat yang terbilang kejam kepada Jeano dan Caseyna 'kan?

"Emang dasar sampah lo berdua!"

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

"How was it? " tanya Bianna antusias ketika Rinai kembali ke kelas dan mendudukkan dirinya tepat di bangku milik gadis itu.

Kalila memberi satu bungkus permen karet kepada Rinai dan Rinai menerima pemberian salah satu sahabatnya itu. "Biasa aja sih, gak ada drama-dramaan." jawab Rinai. Gadis itu membuka bungkus permen karet tersebut dan langsung mengunyahnya.

"Sempat pelukan juga mereka tadi sebelum gue datang. Eh, pas gue datang mereka langsung lepas pelukannya. Gagal deh nonton adegan perselingkuhan yang super romantis." cerita Rinai.

Kalila dan Bianna sontak tertawa. "Tapi, Nai, setidaknya mereka minta maaf dong sama lo atas hal itu?" tanya Kalila sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Emang lo percaya mereka bakalan minta maaf sama gue?" Rinai bertanya balik kepada Kalila.

"Nope."

Rinai menatap tajam Kalila. "Kalo udah tau harusnya lo gausah tanya lagi, bangsat."

Baru saja Kalila ingin membalas ucapan Rinai namun ia urungkan ketika seseorang melayangkan kalimat ajakan kepada sahabatnya yang baru putus itu.

"Nanti pulang bareng, ya, Nai."

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

niteee niteee darll 💌 💤‼️

aku sempat bingung juga pas
ngetik part ini T __ T .
anyway have a pleasant
night for y'all 🤩

see u soon in next part 🤟🏻💗 !!

❝ the healer ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang