Yang paling Biru benci jika ada jadwal kuliah pagi adalah dirinya sendiri yang selalu terlambat bangun, yang menyebabkan ia harus bersiap dengan terburu-buru hingga terpaksa harus melewatkan sarapannya. Seperti hari ini, Biru baru berhasil terbangun lima belas menit sebelum kelas dimulai!
Biru semakin dibuat panik ketika datang sebuah pesan dari Sam yang berbunyi: Buruan Bi, dosennya udah mau masuk!
Sial, padahal Biru baru saja selesai mandi!
Maka dengan cepat Biru memakai baju yang pertama kali terekam oleh penglihatannya. Sebuah kaus polos berwarna hitam, jins dengan warna senada, ditambah dengan hoodie oversized merah marun karena udara pagi ini yang super dingin sekali.
Setelah memasukkan barang-barang yang diperlukan ke dalam goodie bag, Biru pun segera keluar dari kamar kos dan mengunci pintu. Beruntung jarak kosan tempatnya tinggal dengan kampus bisa dibilang cukup dekat, sehingga Biru hanya perlu berjalan kaki dengan langkah yang dipercepat, dan lima menit setelahnya Biru sudah tiba di tempat tujuan.
Memasuki area kampus, Biru berlari kecil menuju gedung fakultasnya hingga sampai di depan lift yang akan membawanya ke lantai empat di mana kelas mata kuliah pertama berada. Suasana lorong yang sepi membuat Biru panik, mungkin para dosen memang sudah memulai kuliahnya. Namun, Biru langsung mengernyit saat hampir sampai di kelas, ia malah mendengar suara berisik yang ternyata bersumber dari orang-orang di dalamnya.
Tanpa perlu membuka pintu, Biru masuk ke ruangan dan menemukan teman-temannya beraktivitas dengan bebas. Ada kelompok cewek-cewek yang sedang berkumpul di meja paling belakang--mungkin tengah bergosip, ada yang sudah pergi ke alam mimpi, dan ada pula kelompok cowok-cowok dengan masing-masing ponsel di tangan yang Biru yakini sedang bermain game.
Yang membuat Biru kesal bukan main saat melihat pemandangan ini adalah ... Sam yang tergabung dalam kelompok para kaum adam itu.
Dan pada detik berikutnya, teriakan Biru langsung menggelegar memenuhi ruangan.
"SAMSUDIN! BERANI-BERANINYA LO NGERJAIN GUE!"
.
.
.
"Bi, astaga, masih marah aja lo sama gue?" Wajah Sam tampak begitu memelas di hadapan Biru yang tengah menyantap makanannya dengan ganas.
Tadi setelah membuat seisi kelas syok dengan teriakan membahananya, Biru bergegas meninggalkan ruangan dengan wajah yang benar-benar kusut. Teman-teman mereka yang sudah tahu bagaimana kedekatan sepasang manusia itu langsung menyuruh Sam menyusul Biru dan segera menyelesaikan urusan rumah tangga mereka.
Ternyata dugaan Sam benar, Biru hanya pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong, karena cewek itu tidak pernah sempat sarapan saat masuk kelas pagi.
"Jangan ngomong sama gue," ketus Biru setelah menghabiskan suapan terakhir nasi uduk yang menjadi menu sarapannya pagi ini. Kemudian Biru langsung menyesap teh tawar hangat yang sialnya malah terasa sangat panas saat menyentuh lidahnya, membuat ia nyaris menjatuhkan gelas yang dipegangnya.
Sam yang melihat itu buru-buru mengambil alih gelas dari tangan Biru sambil berdecak. "Hati-hati makanya, udah tau panas malah langsung diminum aja," ujar Sam.
Biru langsung melotot. "Dibilangin jangan ngomong sama gue!"
"Ya masa gue harus ngomong sama kerupuk di piring lo?" Mata Sam terarah pada beberapa buah kerupuk yang tidak dihabiskan oleh Biru.
"Nggak lucu, Sam!"
"Ya siapa juga yang ngelucu?"
"Ish, maksudnya lo ya ngerjain gue!" balas Biru gusar.
"Siapa yang ngerjain, sih?" Sebelah alis Sam terangkat. "Emang bener tadi Pak Karim udah mau masuk, tapi ternyata cuma ngasih tugas buat dikumpulin minggu depan. Beliau nggak bisa masuk karena ada urusan. Ya sori, habis itu gue emang lupa buat ngabarin lagi."
Biru menyipitkan matanya lalu mendengkus. "Nggak percaya gue. Elo kan, tukang ngibul."
Kedua mata Sam lantas berotasi. "Astaga, tanya aja noh sama anak-anak yang lain kalo nggak percaya." Kemudian Sam beranjak sejenak menuju salah satu kios dan kembali dengan dua buah susu kotak rasa cokelat. Yang satunya ia berikan untuk Biru.
"Buat nyogok nih pasti," terka Biru meski ia tetap menerima susu kotak itu.
"Serah lo, Bi, serah." Sam bingkas dari kursi seraya menyampirkan tali ransel di bahu kanan. Sebelum meninggalkan kantin, Sam sempat berkata, "Lo ke kelas duluan aja ya Bi, gue mau ke toilet dulu."
Biru menghela napas. Ia pun meraih goodie bag, lalu memasukkan susu kotak ke dalamnya. Saat cewek itu bangkit dan hendak beranjak, seorang penjual dari salah satu kios buru-buru mencegahnya dengan berkata, "Dek, maaf, itu susu kotaknya belum dibayar."
Saat itu Biru langsung menyadari bahwa Sam telah betulan mengerjainya.
Sialan, Sam!
- - -
author's note:
susah emang ya nahan buat nggak nulis short story tuh heuheu.
anyway, mungkin dari kalian ada yang pernah baca ceritaku yang judulnya tentang biru, tapi ku unpub karena beberapa alasan. jadiii, unsaid words bisa dibilang re-write dari cerita tsb yang kubuat jadi short story.
semoga kalian suka, ya!
bonus, kukasih penampakan visual biru dan samsudin nih:
makasih buat yang udah berkenan mampir, sampe ketemu di chapter selanjutnyaaa ❤
with love,
dindaarula.
(27 juni 2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsaid Words [END]
RomanceKatanya, pertemanan antara lawan jenis itu tidak mungkin murni hanya berteman. Sebab katanya, salah satu dari mereka pasti ada yang menyimpan rasa. Namun, tampaknya hal itu tidak berpengaruh pada Biru dan Sam yang sudah berteman dekat sejak keduanya...