[ 2 3 ]

370 77 4
                                    

Sudah beberapa hari berlalu sejak apa yang terjadi malam itu. Namun, rasanya tidak mudah bagi Biru untuk melupakan segalanya begitu saja dengan mudah. Hal tersebut membuat Biru merasa kecanggungan nyata acap kali dirinya bertemu Sam yang secara otomatis mengingatkannya tentang bagaimana lengan-lengan cowok itu membawanya ke dalam sebuah pelukan--yang harus Biru akui membuatnya sangat nyaman.

Harusnya nggak sampai begini, batin Biru mengingatkan dirinya berkali-kali. Lagipula ini hanya Sam, lantas mengapa Biru harus merasa canggung dengannya? Cowok itu pun mungkin hanya melakukan sesuatu yang menurutnya harus dilakukan.

Biru jadi merutuki dirinya yang tiba-tiba saja lepas kendali malam itu.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar bersamaan dengan vokal seseorang yang menjadi pelaku utamanya. "Bi, lo ada di dalem, 'kan?"

Biru menghela napas tanpa mengubah posisinya yang trngah tengkurap di atas kasur. "Masuk aja, Ghe!" sahut Biru setelahnya.

Detik berikutnya pintu kamar Biru pun terbuka, menampilkan sosok Ghea yang memeluk tas laptop serta beberapa buku yang tidak terlalu tebal. Kawannya itu segera duduk bersila di atas karpet tanpa menutup pintu kembali, membuat suara-suara dari kegiatan orang-orang di sekitar kos dapat terdengar jelas.

"Gue numpang nugas di sini ya, Bi," ujar Ghea sembari mengeluarkan laptop dari tasnya. "Di atas udah pada pulang jadi sepi banget."

Biru hanya bergumam tidak jelas dan membiarkan Ghea melakukan kegiatannya, sementara Biru sendiri kembali larut dalam pikirannya tentang Sam. Tentang malam itu. Tapi kali ini tidak bertahan lama karena Ghea yang baru mulai mengerjakan tugasnya langsung menyadari bahwa Biru tampak banyak melamun hari ini.

Yah, sebenarnya Ghea sendiri sudah menyadari ada yang tidak beres dengan Biru semenjak temannya itu kembali masuk kuliah. Barangkali masih mengenai Angkasa, pikirnya. Ghea bahkan turut merasakan sebuah atmosfer asing antara Biru dengan Sam. Ia pun tahu bahwa di hari sebelumnya mereka sama-sama membolos hanya untuk menghabiskan waktu berdua. Ghea jadi curiga di hari itu memang telah terjadi sesuatu di antara mereka yang tidak diketahuinya.

Dalam diamnya Ghea menimbang apa yang harus ia lakukan saat ini. Ingin menanyakannya langsung pada Biru, tapi tidak yakin Biru akan memberitahunya. Biru bahkan tidak berniat menceritakan langsung tentang Angkasa pada dirinya.

Pada akhirnya Ghea hanya bisa mengembuskan napas panjang. Mungkin nanti, batin cewek itu.

"Bi, lo kemaren minjem buku perpus yang direkomendasiin Pak Budi buat referensi tugas ini, 'kan?" tanya Ghea setelah ia memutuskan untuk fokus dengan tugasnya telebih dahulu. Setelah Biru mengiakan, Ghea melanjutkan, "Pinjem, dong. Gue nggak kebagian kemaren."

"Cari aja di meja," sahut Biru yang kini lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan ponsel. "Kalo nggak ada, berarti ada di tas gue, belum sempet gue keluarin."

Ghea mendengkus pelan, tapi tetap menuruti perkataan Biru. Ghea pun berdiri menuju sebuah meja kecil di samping lemari dan mencari buku yang ia butuhkan. Namun, mulai dari buku yang tersusun rapi hingga tumpukan yang berantakan, Ghea sama sekali tidak menemukan apa yang ia cari. Ghea justru malah menemukan sebuah foto yang membuatnya bisa langsung berasumsi bahwa dalam potret tersebut, Biru tengah bersama sosok laki-laki yang ia yakini adalah Angkasa.

Tunggu, tunggu, kalo nggak salah Sam pernah bilang dia nggak sengaja lihat foto ini dari lama, batin Ghea dengan dahi yang mulai berkerut. Jangan-jangan ... gara-gara ini Sam tiba-tiba nanyain yang waktu itu?

"Lo liat apa, Ghe?"

Suara Biru sontak menyentak Ghea. Cewek itu langsung gelagapan. "Eh, ini ... gue nggak sengaja nemu...."

Penasaran, Biru segera berdiri dan mengambil selembar foto di tangan Ghea. Melihat siapa yang ada dalam potret tersebut membuat Biru mematung selama beberapa saat. Namun, wajahnya tidak menampilkan raut apa pun. Biru bahkan tidak ingat ia pernah menaruh foto tersebut di atas meja. "Oh, ini," kata Biru dengan nada setenang jelaga. "Gue lupa ada foto ini di sini. Mending dibuang atau dibakar ya, Ghe?"

Ghea memandang Biru heran, dan pada detik berikutnya, tawa renyah Biru langsung mengudara.

"Biasa aja dong muka lo," kata Biru. "Gue udah tau kok kalo Sam sempet cerita ke lo soal masalah gue. Santai aja, Ghe."

"Eh sumpah ya, gue udah takut bikin lo tiba-tiba nangis atau apa gitu," decak Ghea, kemudian mereka berdua kembali duduk masing-masing di tempat semula. "Tapi ... gue nggak akan nanya-nanya soal mantan lo, kok. Justru habis liat foto itu malah bikin gue keinget soal pertanyaan Sam waktu itu."

Alis Biru kontan mengerut. "Sam?"

Ghea mengangguk. "Sam pernah nanya-nanya ke gue, lo itu punya pacar apa nggak. Dan gue pikir mungkin Sam nggak sengaja liat foto itu duluan, dan dia nggak berani nanya langsung ke lo.

"Kalian juga akhir-akhir ini lagi kenapa, sih? Aneh banget gue liatnya yang biasanya nempel mulu kayak spongebob sama patrick, sekarang malah sering diem-dieman nggak jelas." Pada akhirnya Ghea tidak bisa menyimpan lama-lama rasa penasarannya.

Biru menghela napas. "Gue juga bingung sama diri gue sendiri. Sebelumnya gue emang udah pernah nangis di depan dia, dan besoknya gue biasa-biasa aja. Tapi waktu itu...." Ada jeda sejenak. "Waktu itu Sam tiba-tiba meluk gue setelah gue cerita soal Angkasa. Gue langsung nangis saat itu juga. Dia bener-bener nggak ngomong apa-apa sampe gue berhenti. Tapi ... gue ngerasa tenang banget habis itu. Dan besoknya, tiba-tiba gue malah ngerasa deg-degan nggak jelas tiap liat Sam. Kenapa ya, Ghe? Lagian siapa yang nggak bakal kaget sih, kalo dia tiba-tiba meluk gitu?"

Hening selama beberapa saat. Ghea sama sekali tak menduga bahwa jawaban Biru akan seperti itu. Dan, sungguh, rasanya Ghea ingin menertawakan Biru saat itu juga. "Menurut lo sendiri kenapa, Bi?" tanya Ghea dengan senyum geli yang menari-nari di wajah. "Gue sih nggak kaget ya dengernya, karena dari awal gue udah mikir hal kayak gini pasti bakal kejadian."

"Apaan sih, Ghe? Kalau pun gue tau jawabannya gue pasti nggak bakal nanya ke lo, keleus."

"Coba cari tau sendiri ya, Bi."

"Ish, nyesel gue udah cerita sama lo."

- - -


(7 agustus 2020)

Unsaid Words [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang