Sam bertingkah lain hari ini, dan Biru menyadari itu semua sejak cowok itu menjadi orang pertama yang menyambutnya saat ia tiba di kos, lalu membelikan nasi padang, kemudian tiba-tiba saja mengajaknya jalan-jalan. Dan yang jelas, Sam yang dikenal sebagai salah satu cowok terajin di kelasnya rela bolos kuliah hanya untuk melakukan itu semua.
Hanya karena Biru.
Inginnya Biru langsung mempertanyakan hal itu, namun ia takut merusak apa pun yang sudah Sam rencanakan hari ini. Dan Biru mencoba untuk menghargainya meski ia tidak bisa mengenyahkan rasa penasarannya atas sikap cowok itu begitu saja.
Ketika Biru bertanya mereka akan jalan-jalan ke mana, Sam hanya menjawab, "Ke mana aja lah, kalo perlu kita keliling Bandung seharian!"
Dan di sinilah mereka sekarang. Di atas motor matic milik Sam menyusuri jalanan kota yang tidak bisa jauh dari kata macet setiap harinya, pun ditemani oleh matahari yang sedang terik-teriknya serta asap kendaraan di sekitar.
"Bi, habis ini ke mana lagi?" tanya Sam dengan volume suara yang sedikit dikencangkan agar Biru dapat mendengarnya.
Ketika sudah di tengah perjalanan, Sam mau pun Biru baru teringat bahwa mereka bukan penduduk asli Bandung, yang berarti mereka tidak hafal jalan sama sekali untuk ke tempat-tempat tertentu. Sedih memang, satu tahun lebih berkuliah di sana sekali pun tak pernah terlintas dalam pikiran mereka untuk mengelilingi atau mengunjungi beberapa tempat di kota yang akan mereka tinggali selama empat tahun lamanya.
Biru memperhatikan Google Maps dalam ponsel yang menjadi penunjuk jalan mereka. "Nanti di depan belok kanan."
"Di depan yang mana? Itu belokannya ada dua, tau."
"Di depannya lagi, Sam."
"Beneran?"
"Eh, eh, bentar." Kemudian Biru sibuk mengotak-atik peta di layar yang membuatnya jadi pusing sendiri. "Ke kiri harusnya Sam, bukan ke kanan!"
Sam kontan mendecak kesal. "Ih, gimana sih lo? Yang bener yang mana? Jangan sampe salah lagi. Udah tiga kali loh kita salah jalan mulu dari tadi!"
"Maps-nya nggak bener, nih!"
"Elo kali yang nggak bener liatnya!"
"Kok jadi gueee?!"
Keduanya terus berdebat sampai akhirnya Sam mengalah dan tetap fokus menyetir sambil mengikuti instruksi dari Biru--yang katanya--sudah mengerti betul jalur yang akan mereka lalui. Dan untungnya kali ini Biru benar hingga akhirnya mereka sampai di kawasan Dago Atas, tempat tujuan pertama yang Sam putuskan secara mendadak.
"Lo tau dari mana deh tempat-tempat di sini?" tanya Biru setelah mereka memutuskan mengunjungi Taman Hutan Raya terlebih dahulu. Berada di daratan tinggi serta pohon-pohon tinggi di sekitar nyatanya mampu mengalahkan hawa panas sang raja bintang hingga membuat udara yang terasa semakin sejuk.
"Hasil googling, lah," jawab Sam sekenanya. Kedua tangannya berada di saku hoodie yang ia kenakan. "Ditambah rekomendasi dari temen-temen yang pernah ke sini. Udah lama sih sebenernya, tapi baru kesampean sekarang buat datengin."
Biru manggut-manggut. Ia menghela napas sejenak. "Sam, serius deh, lo harusnya nggak perlu sampe bolos gini buat ngajak gue pergi," ujar Biru yang akhirnya menyuarakan rasa tidak enaknya sejak tadi. "Hari lain kan bisa? Weekend ini, maybe."
Sam menghentikan langkah sejenak, membuat Biru di sebelahnya pun turut berhenti sambil memandang Sam penuh tanya, menunggu apa pun yang akan cowok itu lakukan. Dengan raut yang tak mudah diartikan, Sam menaruh telapak tangannya di puncak kepala Biru, mengusapnya pelan. Sesuatu yang telah menjadi kebiasaan baginya. "Nggak papa, gue bolos juga karena emang gue pengin, kok," aku Sam, lalu kedua sudut bibirnya ia tarik ke atas. "Nggak usah banyak protes, oke? Lo nikmatin aja hari ini sepuas lo, sampe lo nyadar kalo emang ini salah satu hal yang lo butuhin."
Penuturan Sam membuat Biru tertegun. Awalnya ia tak mengerti maksud kalimat terakhirnya. Namun dengan sendirinya ia menyadari bahwa Sam melakukan ini memang karena dirinya. Dan mungkin Sam ingin ia tidak terlarut memikirkan apa yang sudah lalu dengan mengajaknya refreshing. Padahal, Biru sudah merasa cukup dengan berada di rumah lebih lama dari biasanya. Tetapi sekali lagi Biru katakan ia harus menghargai Sam, dan berusaha menikmati hari ini seperti apa yang cowok itu katakan.
Mengembuskan napas panjang, Biru pun membalas senyum Sam. "Jadi, sekarang kita mau ngapain?" tanya Biru.
Sam memasang ekspresi berpikir yang sebenarnya hanya dibuat-buat saja. Hingga senyum usilnya tiba-tiba saja terlukis di wajah dengan indahnya.
"Uji nyali di Goa Belanda sama Goa Jepang. Berani nggak lo?"
Biru kontan membeku.
Sialan.
Refreshing apanya, Sam?!
- - -
author's note:
akhirnya aku memutuskan untuk ngubah kategori cerita ini, guys. karena kalo diperhatiin ini emang limit katanya udah di luar ketentuan short story banget wkwk. asli aku bikin unsaid words tanpa rencana samsek, bener-bener plotless, jadi nggak tau kalo akhirnya bakal kepanjangan gini karena aku ngerasa ngalir gitu aja pas nulisnya :(
tapi tiap bab-nya tetep pendek-pendek kok, masih di bawah 1000 kata. daaan kayaknya bentar lagi juga udah tamat nih, walaupun belum pasti di bab berapanya.
oh iya aku juga mau bilang makasih banyak buat kalian yang udah setia ngikutin cerita ini ❤
with love,
dindaarula.
(3 agustus 2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsaid Words [END]
RomanceKatanya, pertemanan antara lawan jenis itu tidak mungkin murni hanya berteman. Sebab katanya, salah satu dari mereka pasti ada yang menyimpan rasa. Namun, tampaknya hal itu tidak berpengaruh pada Biru dan Sam yang sudah berteman dekat sejak keduanya...