"Bi, ya ampun udah lama banget kita nggak ketemu!" seru Selina yang tidak sengaja bertemu Biru di depan lift. Cewek itu pun memeluk Biru singkat dengan cengiran lebar di wajah. "Sumpah ya, padahal beda kelas doang tapi bisa-bisanya sampe nggak ketemu berhari-hari!"
Biru terkekeh. Lift terbuka, beberapa mahasiswa keluar dari sana. Biru bersama Selina dan beberapa orang lainnya pun segera masuk ke dalam lift. "Susah juga emang kalo beda jadwal," kata Biru setelah memencet tombol angka tiga. "Dan akhir-akhir ini emang lagi hectic banget. Biasa lah ya, udah mendekati UAS begini."
Selina mengangguk setuju. "Iya. Parah banget sih emang. Nanti beres UAS kita harus main pokoknya, Bi!"
Sampai di lantai yang dituju, mereka bergegas keluar dari lift dan berjalan bersisian dengan langkah diperlambat, agar bisa mengobrol lebih lama.
"Oh iya Bi, omong-omong, Mas Angkasa titip salam buat lo," ujar Selina dengan hati-hati, takut jika topik tentang Angkasa masih menjadi hal yang sensitif bagi Biru. Namun, air muka Biru tampak biasa-biasa saja, membuat Selina dapat menyimpulkan bahwa Biru sudah melewati semuanya dengan baik. "Hari ini dia balik ke Kalimantan dan nggak sempet buat pamit langsung ke lo. Terus katanya chat dia belum dibaca-baca sama lo. Emang lo belum ngecek HP?"
"Emang belum sempet buka HP, sih," sahut Biru, lalu segera saja ia mengambil ponsel dalam goodie bag-nya. Biru mengecek aplikasi perpesanan dan mendapati beberapa chat yang belum dibaca dari grup kelas, Sam, dan ... Angkasa. "Oh iya, ada nih...." Biru menoleh pada Selina. Dan Selina hanya mengangguk, meyakinkan Biru bahwa ia memang harus membaca chat tersebut. Biru pun akhirnya membuka kolom obrolannya dengan Angkasa.
N. Angkasa Putra:
Bi, hari ini aku harus kembali ke Kalimantan karena kerjaanku
Aku gak sempet buat ketemu kamu, jadi aku pamit di sini aja ya
Once again, I'm so sorry, Biru
And thank you for everythingSenyum kecil mengembang di bibir Biru. Kali ini ia bisa menghadapi hal tersebut dengan hati seringan kapas. Maka segera saja ia ketikkan balasannya.
Aloysia Biru R:
Aku udah maafin kamu dari dulu, Sa
And thank you for everything too
Safe flight!Setelah mengirimkannya, Biru kembali memasukkan ponsel ke dalam goodie bag-nya. Kemudian ia meloloskan napas panjang. "Kali ini gue udah bener-bener ikhlas buat ngelepas dia, Sel," aku Biru dnegan senyum simpul. "Dan gue ngerasa keputusan gue untuk nggak kembali sama dia memang udah yang paling tepat."
Senyum Biru menular pada Selina. "Baguslah kalo gitu, Bi. Gue ikut seneng dengernya," kata Selina seraya menepuk-nepuk bahu Biru. "Anyway, lo sendirian doang? Nggak bareng Sam?"
"Kalo pagi gue emang jarang berangkat bareng Sam. Tapi dia pasti udah di kelas jam segini. Lo mau ke kelas gue dulu?"
"Eh, ngapain?"
"Ketemu Sam, lah."
Selina terkekeh. "Gue nanyain Sam bukan karena mau ketemu dia kali."
Kedua alis biru terangkat rendah. "Oh, kirain. Soalnya ... lo suka sama Sam 'kan, Sel?" tembak Biru dengan senyum jail di wajahnya.
"Yaaa, awalnya gue kira gitu sih, Bi," tukas Selina dengan wajah masam. "Tapi ternyata gue cuma sebatas kagum aja. Lagian, Sam juga udah suka sama cewek lain, kok."
Biru kontan terperangah. "Hah? Serius? Siapa emang? Kok gue nggak tau?"
"Tanyain aja langsung sama orangnya, Bi!"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsaid Words [END]
RomanceKatanya, pertemanan antara lawan jenis itu tidak mungkin murni hanya berteman. Sebab katanya, salah satu dari mereka pasti ada yang menyimpan rasa. Namun, tampaknya hal itu tidak berpengaruh pada Biru dan Sam yang sudah berteman dekat sejak keduanya...