[ 1 2 ]

468 92 4
                                    

Sam berani bersumpah bahwa selama satu tahun lebih berteman dengan Biru, sekali pun ia belum pernah melihat cewek itu menitikkan air matanya. Entah Biru memang tipe cewek yang tidak cengeng, atau ia memang pandai menyembunyikan kesedihannya. Tapi apa pun itu, yang jelas, malam ini Biru betul-betul menampakkan mode terlemah dirinya di hadapan Sam.

Tidak tahu harus berbuat apa, semenjak kedatangannya, Sam tidak banyak bersuara sampai Biru berhasil menenangkan dirinya. Belum lagi pengunjung minimarket dan tukang parkir yang memerhatikan mereka dengan bingung sejak tadi, Sam jadi semakin kelimpungan.

Sam bahkan sempat mendapat teguran dari tukang parkir tersebut, "A, pacarnya nangis kok didiemin aja? Dihibur atuh biar nggak nangis lagi." Sam tidak punya banyak waktu untuk membantah kalau Biru bukan pacarnya. Yang Sam tahu, ia memang benar-benar harus melakukan sesuatu.

Sam pun bingkas dari kursi dan berjongkok di samping Biru, tak peduli dirinya kembali mencuri perhatian sekitar. "Bi," lirih Sam. "Kita pulang, yuk? Gue emang nggak tau apa yang udah bikin lo bisa nangis kayak gini, tapi ... seenggaknya lo pulang dulu ke kosan biar lo bisa istirahat. Habis itu, lo bisa cerita sama gue kalo lo mau."

Biru memang sudah tidak sesenggukan lagi, tapi air matanya seolah tidak mau berhenti mengalir. Tatapannya pun tampak kosong, dan Sam jadi benar-benar khawatir kalau penyebab Biru bisa seperti ini mungkin karena suatu masalah yang besar.

"Sam...." Pada akhirnya Biru bersuara meski terdengar parau. Setidaknya, Sam merasa sedikit lebih lega sekarang.

"Iya, Bi?"

"Gue ... bikin lo malu, ya?"

"Hah? Apa sih, nggak lah, Bi." Sedikit, sih. "Gue malah khawatir, karena lo nggak pernah kayak gini sebelumnya."

Kini Biru menatap Sam dengan matanya yang sembap dan merah. "Ayo ... pulang," pintanya kemudian.

Sorot mata Sam tampak melembut. Kedua sudut bibirnya terangkat rendah. "Yuk." Sam pun bangkit dan menarik tangan Biru dengan hati-hati menuju motornya yang terparkir di depan minimarket.

Melihat Biru yang masih tidak fokus, Sam hanya bisa menghela napasnya. Kemudian Sam menyampirkan jaket ke bahu Biru, hingga cewek itu tersadar dan bisa mengenakannya dengan benar. Sam juga hendak memakaikan helm, namun lagi-lagi Biru segera mengambil alih dan memakainya sendiri.

Malam terasa semakin dingin ketika keduanya mulai membelah jalanan yang kepadatannya sudah mengurai ketimbang saat berangkat tadi. Di belakang Sam, Biru hanya diam dengan pikiran yang melayang entah ke mana. Sementara Sam berulang kali mengecek keadaan Biru dengan menoleh ke belakang.

"Jangan ngelamun, Bi," Sam mengingatkan. "Nanti gue yang repot kalo lo tiba-tiba kesurupan di jalan."

Suara Sam nyatanya mampu menyadarkan Biru dari lamunan. Cewek itu langsung melayangkan tabokannya pada punggung Sam, meski tenaganya lebih lemah dibanding biasanya. "Mulut lo ya, Sam. Lagian nggak lucu amat kalo gue kesurupan lagi di motor begini."

"Terus kalo kesurupan di tempat lain, jadinya lucu?"

"Ya bukan gitu juga maksudnya!"

Sam terkekeh. "Eh, lo tau nggak sih Bi, kalo ibu-ibu yang punya bayi tuh suka tiba-tiba amnesia?"

"Hah? Random banget sih lo," dengus Biru. Tapi ia tetap penasaran juga. "Emangnya iya?"

"Iya tau."

"Masa sih?"

"Iya. Lo perhatiin aja tuh ibu-ibu yang lagi main-main gemes sama anaknya suka sambil bilang, 'Anak siapa ini? Anak siapa ini yang lucu banget?' Kan udah jelas-jelas itu anaknya ya, kok pake ditanyain anak siapa segala?"

"Anjir, HAHAHA! Receh banget gue astaga, bisa-bisanya lo kepikiran hal begituan!"

Mendengar Biru tertawa lepas seperti itu, diam-diam Sam ikut menarik lebar kedua ujung bibirnya. Sam sadar ia memang tidak bisa berbuat banyak saat Biru masih menangis tadi. Tapi Sam bersyukur masih bisa mengembalikan Biru kembali seperti semula walaupun ia tak tahu akan bertahan sampai kapan.

Setidaknya, Sam merasa keberadaannya saat ini cukup berguna untuk Biru.

"Nah, gitu dong, ketawa. Tapi mata lo jadi makin tenggelem tuh, udah kayak habis dipipisin kecoak aja."

"Emang bener-bener lo ya, Samsul!"

- - -

author's note:

samsudin, sammy, samsul ... adakah panggilan random lain lagi yang cocok untuk evandaru samudra kita?

 adakah panggilan random lain lagi yang cocok untuk evandaru samudra kita?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(17 juli 2020)

Unsaid Words [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang