[ 1 1 ]

446 86 2
                                    

Beberapa saat sebelumnya.

Biru yang bosan karena terlalu lama menunggu Sam memilih untuk mencari beberapa teman sekelasnya yang turut diundang oleh Selina. Biru menyayangkan Selina tidak kenal dekat dengan Ghea sehingga kawannya itu tidak bisa hadir di sini, dan Biru tidak mungkin ikut mengajaknya juga karena ia sudah terlanjur pergi bersama Sam--yang seharusnya tidak bisa datang.

Untungnya, tidak sulit bagi Biru menemukan mereka yang ternyata berkumpul di satu meja yang sama. Biru pun segera bergabung dan disambut dengan ramai di sana.

Sedang asyik-asyiknya mengobrol, Biru merasakan ponsel dalam sling bag-nya bergetar pendek-pendek, tanda ada chat atau pesan yang masuk. Biru pun segera mengambil benda pipih miliknya dan mengecek notifikasi.

N. Angkasa Putra:
Aku kira aku cuma salah lihat
Ternyata nggak
Kita beneran ada di tempat yg sama, bahkan sebelum aku berniat buat cari kamu di kota ini

Biru sempat mematung di kursinya dengan jantung yang berdegup cepat. Biru segera menggerakkan kepalanya ke segala arah dengan pandangan fokus mencari seseorang yang baru saja mengirimkan deretan chat tersebut padanya. Biru tidak bisa mempercayainya begitu saja sebelum ia melihat sendiri bahwa si pengirim pesan memang benar-benar ada di sini sekarang.

Belum sempat Biru menemukan apa yang ia cari, orang itu kembali mengirimkan chat padanya.

N. Angkasa Putra:
Selina itu sepupu jauhku
Jadi alasan keberadaanku di sini cukup masuk akal kan?

Dia nggak bohong, simpul Biru dalam hati dengan bahu yang merosot. Biru bahkan tidak berani untuk mengangkat kepala dan kembali mencari sosok yang akhir-akhir ini memang sering menghubunginya setelah sekian lama mereka tak bertemu.

Setelah sekian lama mereka berpisah.

Mengetahui kabar bahwa Angkasa benar-benar tengah menghirup udara di tempat yang sama dengannya seketika membuat rasa sesak sekonyong-konyong menyerangnya. Biru pun berpamitan pada teman-temannya untuk ke toilet. Biru rasa, ia butuh waktu untuk menenangkan diri sejenak.

Sesampainya di toilet, yang Biru lakukan hanyalah memandang pantulan dirinya sendiri pada cermin besar di hadapannya, seiring dengan berbagai tanya yang langsung muncul di benaknya. Namun, satu-satunya yang mengacaukan pikiran Biru hanyalah:

Kenapa Angkasa harus datang lagi ke kehidupannya?

Beberapa hari ke belakang dia memang sudah mengirimkan beberapa chat pada Biru yang tentu hanya dibaca tanpa berniat untuk membalasnya, sampai pada chat terakhir yang Biru dapat sebelum hari ini datang yang berbunyi: Lusa aku bakal ke Bandung, boleh nanti kita ketemuan? Merupakan sebuah kalimat yang membuat Biru sampai tidak bisa tidur karena sibuk memikirkannya.

Dan kini, Angkasa menepati kata-katanya. Ia betulan datang, dan ia sudah menemukan Biru bahkan sebelum pencariannya dimulai.

Biru menghela napas berat. Mendadak kepalanya terasa pening, dan Biru sudah kehilangan minat dengan pesta ulang tahun Selina hanya karena kemunculan seseorang dari masa lalu di sana. Sebelum keluar dari toilet, Biru berniat untuk memberi kabar pada Sam--langsung mengajaknya pulang jika bisa. Sayangnya, ponsel Sam tidak aktif, membuat Biru hanya bisa mengumpat dalam hati.

Setelah merasa lebih baik, akhirnya Biru memutuskan keluar dari toilet meski tanpa tujuan. Ke mana pun, asal tidak kembali ke ballroom. Namun, tampaknya semesta tidak mengindahkan keinginan Biru yang lebih memilih untuk lari. Sial sekali, Biru malah melihat orang itu berdiri di dekat pintu masuk toilet, tampak menunggu seseorang yang sudah pasti dirinya.

Ketika tersadar akan kehadiran seseorang, cowok itu mengangkat pandangan dan kedua alisnya segera berjingkat. "Biru...," lirihnya dengan segala emosi yang berusaha ia sampaikan melalui sorot matanya.

Napas Biru semakin tak beraturan kala melihat sosoknya secara langsung. Tanpa membalas, Biru segera langkahkan kaki untuk menjauh dari sana. Tapi gerakan tangan cowok itu lebih cepat dari yang Biru duga saat ia tiba-tiba mencekal lengan kanannya.

"Bi, aku tau kamu sama sekali nggak mengharapkan kehadiranku di sini, tapi, bisa kita ngobrol dulu? Sebentar aja? Karena ada banyak hal yang belum sempat aku ceritain ke kamu saat itu...."

Sebulir air mata berhasil lolos dari pelupuk mata, meski Biru sudah berusaha mati-matian menahan emosinya. Biru mengusap pipinya dengan cepat kemudian berbalik, menatap dingin cowok di belakangnya. "Buat apa? Itu nggak akan ngerubah apa pun, Sa. Nggak akan ngerubah kenyataan atas apa yang udah lo lakuin ke gue dulu."

Untuk sesaat, perkataan Biru berhasil membungkam Angkasa. Angkasa hendak membalas, namun posisi mereka saat ini sangat mencuri perhatian beberapa staff hotel dan tamu yang ada di sekitar mereka. Maka cowok itu pun melepas cekalannya pada Biru, dan kesempatan itu langsung digunakan oleh Biru untuk bergegas pergi.

Tubuh Biru merosot ke lantai setelah ia masuk ke dalam lift kosong yang akan membawanya ke lantai satu.

Malam ini benar-benar buruk.

Dan seandainya bisa, Biru ingin segera pulang dan tidur, berharap semua yang terjadi malam ini lenyap dari ingatannya ketika ia terbangun esok hari.

- - -

author's note:

oke ... jadi ... ada tokoh baru ternyata....

angkasa kira-kira siapanya biru yaa? hm, tapi kayaknya udah ketauan banget sih kalo dia mantannya hahaha!

so, yeah, angkasa emang mantan biru. fyi seumur-umur aku belum pernah bikin cerita di mana si tokoh punya mantan pacar, jadi aku harap nggak aneh sih jadinya :"

(17 juli 2020)

Unsaid Words [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang