Ballroom hotel yang menjadi tempat perayaan ulang tahun Selina dipenuhi oleh sebagian wajah-wajah yang familiar di mata Biru, dan sebagian lagi adalah orang-orang asing yang mungkin teman Selina semasa sekolah juga keluarga besarnya. Dalam hati Biru bersyukur karena tidak datang sendirian ke acara itu. Kalau tidak, bisa-bisa Biru seperti anak hilang di ruangan sebesar itu.
Sayangnya, Biru dan Sam telah melewatkan acara inti karena malam ini jalanan cukup macet mengingat hari ini adalah malam Minggu, di mana di sepanjang jalannya dipenuhi oleh pasangan muda-mudi yang hendak menuju suatu tempat untuk menikmati waktu bersama.
Setelah memasuki ballroom cukup dalam, akhirnya Biru menemukan sebuah meja panjang yang di atasnya terdapat kue dengan tiga tingkatan dengan hiasan bertema pink. Kue di tingkatan paling tinggi sudah tidak berbentuk, seperti sudah dipotong. Di balik kue tinggi itu, berdirilah Selina yang menjadi bintang utama pada malam ini. Diam-diam biru berdecak kagum sebab melihat penampilan Selina yang tampak seperti putri kerajaan. Cantik sekali.
Selina yang tak sengaja menangkap keberadaan Biru dan Sam pun segera melambai dengan senyum lebar di wajah. Mereka berdua pun segera menghampiri Selina.
"Happy birthday, Sel! Sumpah, cantik banget lo hari ini!" ujar Biru seraya memeluk Selina singkat. Senyumnya terulas dengan tulus. "Sori ya, telat banget datangnya. Di jalan macet banget tadi."
"Thanks, Bi! Lo juga nggak kalah cantik. kok," balas Selina sembari terkekeh. Kemudian wajahnya tampak sedikit menyesal. "Yah, sayang banget sih kalian telat. Tapi nggak papa, kalian masih bisa nikmatin acara yang lain, kok!"
"Oh iya," Biru menyerahkan paper bag di tangannya yang berisi dua buah kado untuk Selina. Sam sempat menitipkannya ketika mereka baru sampao di hotel, dan Biru tidak menyangka ternyata Sam turut memberikan hadiah. "Ini kado dari gue sama Sam. Semoga lo suka, ya."
Mendengar nama Sam, secara otomatis pandangan Selina langsung tertuju pada si empunya nama yang hanya diam dengan senyum kecil di wajah. "Wah, Sam juga?" Tangan kanan Selina meraih paper bag tersebut. "Makasih loh, padahal niat lo cuma mau nemenin Biru doang, tapi ikutan ngasih kado juga...."
Sam menarik kedua sudut bibirnya sedikit lebih lebar. "Habisnya nggak enak kalo gue datang dan bisa nikmatin acara dengan bebas, tapi malah nggak ngasih apa-apa buat lo." Cowok itu menjeda sejenak. "Anyway, happy birthday, ya."
"Makasih, Sam," balas Selina dengan pandangan yang masih melekat pada sosok di hadapannya. Hari ini Sam tampak memukau meski hanya memakai kemeja putih panjang yang lengannya digulung sampai siku, serta celana jeans berwarna khaki. Selina mengerjap beberapa kali setelah tersadar ia sudah cukup lama memandangi Sam. "Oh ya, mumpung sekarang masih bebas, kalian bisa makan sama minum dulu sebelum masuk ke sesi hiburan."
Mendengar kata makan, kedua mata Biru langsung berbinar. Saat masuk ke dalam ballroom Biru memang sudah menemukan meja-meja stall yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman, membuatnya tergiur untuk segera mencoba. "Oke, Sel. Kalo gitu gue sama Sam keliling dulu, ya."
Meski tampak tidak rela, Selina tetap mengangguk dan mempersilakan mereka menikmati acara. Mungkin belum waktunya ia bisa berduaan saja dengan Sam. Selain karena Biru, Selina memilih untuk mengesampingkan keinginan pribadinya dalam acara ini.
Setelahnya, Biru dan Sam segera menghampiri beberapa stall guna mengisi perut mereka yang setengah kosong. Sam hanya bisa tersenyum geli melihat Biru yang tampak bersemangat kalau sudah berurusan dengan makanan. Hendak mengambil puding di meja yang lain, salah seorang teman kampus mereka menyapa. Menyapa Sam, lebih tepatnya. Biru tidak mengenalnya, hingga ia tidak peduli dan tetap mengambil puding.
"Bi, gue ke temen-temen UKM gue dulu di sana, ya? Nggak nyangka gue ternyata beberapa dari mereka diundang," ujar Sam seraya menunjuk salah satu titik, di mana para cowok tampak tengah berbincang santai. "Lo tunggu sini aja, oke? Atau kabarin gue kalo mau ke mana-mana."
Biru hanya bergumam tak jelas karena masih fokus menikmati puding cokelat yang disiram vla rasa vanila itu. Sam pun mengacak rambut Biru singkat sebelum pergi bergabung dengan teman-temannya.
Beberapa menit berlalu. Setelah puas mencoba berbagai makanan, Biru berniat mencari Sam. Kalau tidak salah, kumpulan cowok-cowok tadi berada di dekat meja panjang yang menyediakan minuman berasa. Dan ketika Biru melihat ke arah sana, ia mengembuskan napas lega karena Sam dan teman-temannya betulan ada di titik tersebut. Biru pun segera melangkah menghampiri mereka.
Langkah Biru semakin melambat kala melihat Selina menghampiri cowok-cowok itu. Seperti magnet, Selina segera menarik atensi mereka, termasuk Sam. Lalu setelah berbincang singkat dengan yang lain, fokus Selina tiba-tiba hanya tertuju pada Sam, dan ia tampak mengatakan sesuatu hingga mereka terlibat dalam sebuah percakapan.
Biru tergeming di tempat. Langkahnya terhenti dengan sempurna. Dugaan mengenai Selina yang langsung menyukai Sam di hari pertama mereka bertemu sepertinya memang benar. Pemandangan di depan sana adalah bukti nyatanya.
Kayaknya ... gue bakalan ganggu suasana kalo nyamperin Sam sekarang, Biru membatin, dan itulah yang ia lakukan sekarang: Berbalik tanpa punya tujuan, agar momen yang berusaha Selina ciptakan bersama Sam itu tidak rusak hanya karena hadirnya.
Dan entah mengapa Biru merasa mood-nya mulai hancur secara perlahan.
- - -
(15 juli 2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsaid Words [END]
RomanceKatanya, pertemanan antara lawan jenis itu tidak mungkin murni hanya berteman. Sebab katanya, salah satu dari mereka pasti ada yang menyimpan rasa. Namun, tampaknya hal itu tidak berpengaruh pada Biru dan Sam yang sudah berteman dekat sejak keduanya...