Satu tahun lebih mengenal Biru, Sam sudah hafal betul bagaimana gaya berpakaian Biru sehari-harinya. Saat kuliah, cewek itu lebih suka memakai sesuatu yang simpel seperti kaus dan celana jeans, ditambah dengan jaket atau hoodie jika masuk kelas pagi. Lalu jika bepergian ... Sam rasa sama saja. Hanya terkadang cewek itu memakai blouse yang membuatnya tampak lebih feminim. Intinya, Biru selalu tampil sederhana dengan outfit yang menurutnya nyaman untuk dikenakan.
Oleh sebab itu, Sam benar-benar nyaris tidak mengenali Biru saat cewek itu akhirnya membukakan pintu kamar kos, menampilkan dirinya dengan gaya yang berbeda hari ini.
Mengingat acara ulang tahun Selina bukanlah perayaan yang dibuat sederhana, Biru merasa dirinya tidak pantas untuk datang ke sana jika hanya memakai setelan yang ia punya. Maka dari itu, beberapa jam sebelum Sam datang menjemput, Biru pergi ke kamar Ghea dan meminjam sebuah dress yang dimiliki temannya itu. Lalu saat hendak kembali ke kamarnya, Ghea berkata bahwa wajah cantik Biru tidak boleh dibiarkan polos tanpa make up begitu saja.
Pada akhirnya, kini Biru sudah siap dengan mengenakan dress selutut berwarna biru pastel yang sangat pas di tubuh rampingnya. Make up yang dibubuhkan oleh Ghea juga tampak natural. Sebab Ghea berkata bahwa Biru tidak memerlukan banyak polesan karena pada dasarnya temannya itu memang sudah cantik--sejak lahir.
Biru menatap Sam yang memandanginya tanpa berkedip. Diam-diam Biru tertawa dalam hati. Tanpa Biru duga ternyata penampilannya hari ini bisa ia jadikan sebagai balasan untuk Sam yang sudah mengerjainya tempo hari.
Padahal saat itu, Biru sudah berpikiran yang macam-macam. Namun rupanya, balasan yang ia dapat dari Sam sungguh di luar dugaan, "Kata siapa ... kata siapa lo cantik? Sejak kapan lo jadi kepedean gini sih, Bi?" Biru jadi kesal bukan main. Biru pun langsung berbalik untuk melanjutkan perjalanan menuju kos tanpa menghiraukan Sam yang berusaha menyejajari langkahnya.
Biru berdeham sejenak, lalu senyum miringnya terbentuk. "Nggak usah terpesona gitu kali," ujar Biru yang lebih terdengar seperti sebuah sindiran. Lalu ia berbalik sambil mengibaskan rambutnya bak model iklan sampo, membuat Sam langsung memundurkan kepala karena nyaris saja mengenai wajahnya.
Sam mendengkus. Cowok itu jadi kesal dengan Biru, tapi ia jauh lebih kesal dengan dirinya sendiri yang sudah kalah telak. Pada hari itu pun, sesungguhnya Sam telah berbohong. Dirinya masih normal, dan ia sangat menyetujui dengan cowok-cowok lain yang pernah mengutarakan bahwa Biru adalah salah satu cewek tercantik di angkatan mereka. Sam hanya tidak tahu bagaimana mengakuinya pada Biru, begitu pula dengan hari ini, di mana Biru tampak luar biasa cantik dan Sam tetap tak bisa mengatakannya.
Berdiri di depan kamar, Sam memerhatikan Biru yang tengah memasukkan ponsel, dompet, serta beberapa barang yang diperlukan ke dalam sling bag. Tak lupa dengan sebuah paper bag yang Sam yakini berisi kado untuk Selina. Sebelum keluar dari kamar, Biru kenakan sejenak converse hitam model tinggi untuk melindungi kaki-kakinya.
Sam yang melihat itu kontan mengerutkan kening. "Serius, lo lebih milih pake sepatu daripada high heels atau semacamnya?" tanya Sam saat lawan bicaranya tengah mengunci pintu kamar.
"Nggak usah bawel, deh," sahut Biru sambil memutar kedua mata. "Gue nggak mau pake sesuatu yang bakal bikin gue nggak nyaman."
"Emangnya lo nyaman pake gaun begini?"
"Ini pengecualian, lah. Menurut lo gue harus pake kaos sama jeans ke pesta Selina yang dirayain di ho-tel?"
"Oh, iya juga." Sam menyengir. "Ya udah, yuk otw?"
Mereka pun segera meninggalkan rumah bertingkat tiga yang memiliki banyak kamar itu menuju halaman depan, di mana motor Sam dan kendaraan milik penghuni kos yang lain terparkir dengan rapi. Sam membuka bagasi motor sejenak, mengeluarkan sebuah jaket untuk dipakai oleh Biru. Namun, bukannya menerima, Biru malah berkata, "Oh iya, jaket. Gue masuk lagi buat ambil, ya?"
"Duh, nanti lama lagi. Tinggal pake punya gue apa susahnya, sih? Biasanya juga lo suka pake yang ini, kan katanya biar bisa sambil nyiumin wangi gue."
"Wangi parfum lo," ralat Biru. "Nggak usah ngada-ngada, deh."
Tawa renyah Sam mengudara. Kemudian Sam memasangkan helm ke kepala Biru karena cewek itu masih sibuk mengenakan jaket miliknya yang sudah pasti kebesaran di tubuh mungil itu. Setelahnya Sam memakai helm dan naik ke motor, menyalakan mesin. Sambil merapakatkan jaket, melalui gerakan kepala Sam mengisyaratkan Biru agar segera naik. Lalu keduanya pun segera meluncur ke tempat tujuan.
Di tengah-tengah perjalanan, dengan volume suara yang agak dikencangkan, Sam tiba-tiba berujar, "Malam ini gue ngerasa beruntung, tau Bi?"
Biru sedikit memajukan kepalanya hingga nyaris bersentuhan dengan bahu Sam. "Beruntung kenapa?" tanya Biru.
Sam hanya tersenyum, tanpa sadar bahwa Biru masih bisa menangkapnya melalui kaca spion. Karena cowok-cowok lain nggak bisa menikmati kecantikan lo malam ini dari dekat kayak gue, jawab Sam yang hanya mampu mengatakannya dalam hati.
"Makasih udah ngajak gue, Biru."
- - -
author's note:
cuma mau ngasih tau kalo di acara ulang tahun selina bakal ada something....
kira-kira apa hayooo, atau ada yang mau coba nebak? 😂
(13 juli 2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsaid Words [END]
RomanceKatanya, pertemanan antara lawan jenis itu tidak mungkin murni hanya berteman. Sebab katanya, salah satu dari mereka pasti ada yang menyimpan rasa. Namun, tampaknya hal itu tidak berpengaruh pada Biru dan Sam yang sudah berteman dekat sejak keduanya...