Hari ini Athanasia akan ikut dengan Claude ke acara meeting. Katanya hal ini untuk pembelajaran bagi calon pewaris perusahaannya.
Athanasia mengenakan pakaian formalnya tapi tetap dengan pakaian hangat karena cuaca dingin di luar. Surai kuning keemasannya dibiarkan terurai agar menghangatkan leher bagian belakangnya.
Claude juga ikut mengenakan pakaian formal. Duda tampan beranak satu ini tetap terlihat keren diusianya yang hampir setengah abad.
Mereka berangkat dengan Felix sang tangan kanan sekaligus sopir pribadi Claude sebagai pengemudinya.
Athanasia nampak gemetar karena akan menghadapi meeting pertamanya.
"Tenanglah, jangan khawatir" ucap sang Ayah menenangkan.
Udara di luar memang dingin tapi bukan hal itu yang membuat seorang Athanasia gemetar.
"Bagaimana Athi bisa tenang? Ini pertama kalinya untuk Athi, bagaimana jika Athi salah?"
"Tidak ada yang akan melarangmu ketika kau salah. Itu wajar" ucap Claude datar.
Athanasia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
"Anggap saja mereka hanya serangga coklat berbentuk kurma"
Athanasia yang mulai rileks kembali gemetar ketika mendengar ucapan Ayahnya.
"P-papa"
Claude menoleh menatap anaknya yang kembali gugup dengan tatapan datar. Bukankah tadi Athanasia sudah mulai tenang? Lantas kenapa gugup lagi?
"A-athi phobia kecoa"
Claude menepuk dahinya tidak percaya. Ia baru saja ingat bahwa anaknya memang takut dengan serangga coklat berbentuk kurma itu.
Felix yang sedang menyetir mobil terkekeh mendengar interaksi Ayah dan anak itu.
"Tidak ada yang mengizinkanmu tertawa! Felix, mundur sepuluh langkah"
"Tapi kita sedang di mobil, Tuan"
"Oh iya"
•••
Mobil milik Claude sudah berhenti di depan gedung besar perusahaannya.
Claude keluar diikuti sang anak dan tangan kanannya. Para karyawan membungkuk memberi hormat kepada atasannya.
Mereka menaiki lift dan menuju lantai lima tempat ruang meeting berada.
Setengah jam lagi rekan bisnis Claude dari perusahaan lain pasti akan datang. Mereka harus bersiap-siap, terutama Athanasia yang harus menyiapkan mental sekuat baja.
Ia tak boleh mempermalukan nama baik perusahaan milik Ayahnya ini.
Ting
Pintu lift terbuka dan mereka berjalan menuju ruang meeting.
Sesampainya di sana Athanasia segera mengeluarkan laptopnya dan mulai mengecek kembali bahan presentasinya.
Lengkap dan tidak ada masalah.
Athanasia hanya harus mempersiapkan diri dan tetap tenang. Fokus pada tujuan dan tidak boleh terlihat gugup, ia harus profesional.
Claude duduk dan menopang dagunya, menatap datar sang anak yang sedang berkonsentrasi.
Sejujurnya Claude bangga melihat putri semata wayangnya yang bisa mengendalikan diri sebaik mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of The Heart [Suddenly I Became a Princess]
Fiksi Penggemar[COMPLETED]✓ Ini adalah fanfiction!! Athanasia dan Lucas sudah bersahabat sejak bangku Sekolah Dasar. Dan kini di usia mereka yang ke-16 tahun, mereka saling memiliki rasa namun tak berani mengungkapkannya. Di balik semua itu, ada seorang gadis mani...