Umpan

1.2K 202 32
                                    

Bismillah...

"ENGGAK BANG! ENGGAK! GUE GAK MAU!"

Aksal mengerucutkan bibir saat melihat Angga melarikan diri darinya. Pemuda berkacamata itu bahkan sampai melempari Aksal dengan bantal saat Aksal mendekat.

"Ya ampun Ngga, lo gak kasihan apa sama gue? Gue lagi dibully netizen lho," rengek Aksal yang sudah berhasil mendekat dan duduk di sebelah adiknya karena Angga sudah kehabisan bantal. 

Angga mendengus. Melipat tangan di depan dada, melengos tak peduli.

Lagian abangnya itu dapat ide ajaib darimana sih? Masa tiba-tiba Angga disuruh deketin mahasiswinya? Gila apa?

"Denger ya Bang, walaupun kita punya masa lalu yang sama, gue gak pernah mau nyakitin cewek," kata Angga tegas membuat Aksal mendecak.

"Gak mau nyakitin cewek atau lo masih takut sama cewek?" sindir Aksal.

Angga mendengus.

"Jangan sok oke Bang, lo bahkan lebih parah dari gue," kata Angga, menyindir balik.

"Pura-pura jadi buaya padahal dipegang cewek aja langsung gemetar," tambah Angga pelan. Aksal memajukan bawah bibir. Merasa kesal karena akhir-akhir ini Angga suka mengungkit rahasia terbesar Aksal itu.

"Tapi kan sekarang gue udah gak gitu lagi Ngga, lo tuh yang masih kayak gitu, yang paling parah di antara kita bertiga kan elo," ucap Aksal.

Angga mendecak. Menatap Aksal tajam.

"Faizan aja suruh, gue gak minat sama cewek."

Aksal yang mendengar itu langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Menatap Angga nanar.

"ASTAGHFIRULLAH! LO GA-"

"Bang, lo tau gak? Gue punya lakban lho, kayaknya kalau dipakein ke mulut lo masih sisa banyak," potong Angga dengan senyum manis membuat Aksal segera mengatupkan bibir.

Aksal yang sudah capek membujuk Angga akhirnya memutuskan untuk duduk diam sambil menyandar ke dinding kamar Angga. Menatap lurus ke depan, memperhatikan foto-foto yang bergantungan di depannya.

"Kenapa sih foto dia masih lo pajang?" tanya Aksal lirih, membuat Angga yang awalnya lega karena Aksal menyerah jadi menoleh ke arah abangnya.

"Dia siapa?" tanya Angga.

Aksal mendecak kecil lalu menunjuk foto yang terpajang di dinding kamar Angga dengan jari telunjuk.

"Tuh, yang pakai baju putih," katanya membuat Angga menghela napas.

"Jangan panggil Mama dengan sebutan dia, mulut lo gak sopan banget," gerutu Angga.

Aksal tersenyum miring.

"Mama ya? Sekarang Mama dimana ya? Gue benci banget sampai gak mau ketemu," kata Aksal serak membuat Angga mendengus. Ingin sekali melakban mulut Aksal yang berbicara tak sopan.

Aksal yang mendari jika Angga selalu tak nyaman dengan caranya menyebut wanita itu jadi mendesah pelan.

"Mungkin lo gak begitu ingat karena waktu itu umur lo masih lima tahun, tapi waktu itu gue udah sembilan tahun Ngga, jadi gue ingat persis apa yang Mama lakuin ke Papa," kata Aksal.

Pemuda itu lalu menoleh ke arah Angga, tersenyum getir.

"Apa lo bisa bayangin apa yang terjadi sama mental anak umur sembilan tahun waktu lihat ada laki-laki lain di kamar mamanya?" tanya Aksal serak.

Angga memilih untuk tidak menjawab. Ia hanya duduk diam dengan kepala menunduk. Aura Aksal selalu gelap setiap membicarakan masalah Mama mereka. Apalagi kalau Angga sampai membantah dan membela sang Mama, Aksal bisa langsung melayangkan tinju padanya.

Kisah Aksal si Casa(NO)va [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang