Bismillah...
Sejak kelas 4 SD, Aksal sudah tidak pernah lagi bertemu dengan mamanya. Mamanya pergi dengan laki-laki lain, meninggalkan Papa Aksal yang saat itu jatuh miskin.
Jadi apakah Aksal sering mempermainkan hati perempuan karena perempuan terpenting dalam hidupnya malah mengecewakannya? Maka jawabannya bisa jadi.
Aksal tidak mau menjawab iya, karena toh Aksal juga menikmati apa yang ia lakukan, dan Aksal juga tidak bisa menjawab tidak karena luka yang ditinggalkan mamanya memang membuat pemuda itu menjadi tidak percaya dengan ketulusan perempuan.
Dan perempuan itu.
Kini berada di depannya.
Dulu waktu kecil Aksal berfikir jika nanti ia bertemu Mama lagi ia akan marah-marah dan menangis di pelukan mamanya. Tapi sekarang jangankan marah, ia bahkan tak sanggup mengatakan apapun saat tatapan mata mereka bertemu.
"Aksal!"
Panggilan Danendra lah yang menyelamatkan Aksal dari kecanggungan itu. Ia segera menoleh ke arah Danendra yang sedang tersenyum lebar sambil mengembuskan napas lega.
"Gila! Kenapa tadi lo bisa seberani itu sih," puji Danendra sambil mengulurkan baju Aksal, "banyak banget tadi yang rekam, gue rasa bentar lagi lo bakalan viral lagi," sambungnya lalu terkekeh sendiri.
Pemuda itu lalu menoleh ke arah wanita yang Aksal selamatkan.
"Oh iya, tante gak apa-apa kan? Tadi teman saya ini lho yang nyelamatin tante," ujar Danendra bangga sambil merangkul Aksal.
Perempuan itu tersenyum tipis ke arahnya membuat Aksal langsung mengalihkan pandangan.
"Terimakasih ya Aksal," ujarnya lembut. Aksal tidak menjawab, ia hanya mengangguk sedikit sebagai bentuk kesopanan di depan Danendra.
"Yuk Dan," ucap Aksal sambil menyeret Danendra pergi. Pemuda tampan itu mengangkat alis.
"Lo gak mau ngobrol dulu?" tanyanya heran. Aksal menggeleng sambil memasang kancing bajunya. Kepalanya tertunduk dalam.
"Gak usah, gue ... gue lapar banget," ujarnya membuat Danendra tertawa.
"Iya sih, gue juga, apalagi lo habis berenang, laparnya makin jadi," katanya sambil menoleh ke arah Aksal. Pemuda itu terkejut saat melihat wajah Aksal berubah merah. Matanya bahkan terlihat berkaca-kaca.
"Sal? Lo nangis?" tanyanya pelan.
Aksal menarik napas lalu mengusap matanya. Ia memaksakan tawa kecil. "Iya, saking laparnya gue sampai nangis," katanya ringan lalu mempercepat langkah, meninggalkan Danendra terdiam di belakangnya dengan dahi berkerut.
"Aksal gak makan dari pagi ya?" lirihnya bingung.
🐊🐊🐊
Gina baru saja pulang dan hendak membuka pintu rumah saat mendengar deru mobil Aksal, gadis itu tersenyum lebar lalu berlari kecil untuk membukakan pagar.
"Wah, kalau tau tadi Mas udah mau pulang mending tadi Gina minta jemput aja," ucap gadis itu sambil berdiri di depan pintu mobil Aksal. Menunggu pemuda itu untuk masuk ke rumah bersama-sama.
Namun wajah ceria Gina seketika berubah saat melihat Aksal keluar dari mobil dengan kondisi berantakan.
"Lho? Mas kenapa?" tanya Gina. Aksal menggeleng sedikit.
"Gak apa-apa, Mas baik-baik aja," jawab Aksal walau berjalan agak sempoyongan ke dalam rumah. Gina menghela napas.
"Gak mungkin baik-baik aja tapi wajahnya pucat begitu," ucap Gina sambil menuntun Aksal. Ia meringis saat menyentuh kulit Aksal yang terasa panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Aksal si Casa(NO)va [SELESAI]
SpiritualSejak kecil Aksal tau wajahnya tampan. Karena itulah tak sulit bagi Aksal untuk bergonta ganti pasangan. Pemuda itu juga tidak takut dengan karma karena ia sudah lama tidak punya Mama dan tidak punya adik perempuan. Sehingga kalau ada yang mengata...