Sick

1.1K 174 11
                                    

Bismillah..

Aksal mengangkat alis, duduk di atas kasur sambil memandangi Gina yang terlihat pucat di depannya.

"Kamu yakin gak apa-apa?" tanya Aksal sambil menaruh punggung tangannya di kening Gina. Gina mengangguk cepat.

"Gak apa-apa kok Mas, besok juga udah sembuh," jawab Gina. Aksal mendesah pelan lalu menurunkan tangannya dari kening Gina, tatapannya terlihat khawatir.

"Yakin? Perasaan Mas kok gak enak ya? Apa Mas batalin aja ke luar kotanya?" tanya Aksal lagi membuat Gina mendelik kaget.

"Eh jangan! Gina baik-baik aja kok,lagian Mas ke sana cuma beberapa hari," jawab Gina, gadis itu terdiam beberapa saat, "lagian kemarin ini Mas udah ambil izin juga lho gara-gara Gina, nanti kalau kena denda karena lalai sama kontrak kerja gimana," sambungnya.

Aksal menghela nafas lalu mengacak rambut Gina gemas. Tatapannya berubah melembut.

"Tapi nanti kamu beneran ke pulang ke rumah Ibu-Ayah dulu ya? Maaf Mas gak bisa nganterin," ucap Aksal. Gina mengangguk.

"Gak apa-apa, Gina bisa sendiri kok," jawabnya tenang.

Beberapa hari ke depan Aksal harus ke luar kota untuk menyelesaikan kontrak filmnya, karena itu Aksal menyuruh Gina untuk pulang ke rumahnya dulu. Selain karena agak kurang baik jika membiarkan Gina menjadi satu-satunya perempuan di rumahnya, kondisi Gina juga membuat Aksal semakin yakin untuk menyuruh gadis itu pulang dulu sampai ia kembali ke rumah.

"Ya udah, kalau gitu Mas pergi dulu ya," kata Aksal sambil berdiri dari duduknya. Gina tersenyum lalu menyalami tangan Aksal.

"Hati-hati, nanti kabarin Gina kalau udah sampai ya," ucap Gina manis sambil mengantarkan Aksal sampai ke ambang pintu. Aksal balas tersenyum lalu mengangguk.

"Iya, Assallammuallaikum," kata Aksal.

"Waallaikumsallam."

Aksal kemudian masuk ke mobil, melambaikan tangan pada Gina sejenak sebelum melajukan mobilnya. Gina tetap tersenyum, terus melambaikan tangan sampai Aksal tak terlihat. Setelah yakin Aksal benar-benar sudah pergi, gadis itu langsung terduduk di bibir pintu karena sebenarnya sejak tadi menahan rasa sakit di kepalanya.

Gina menarik napas lalu menghembuskannya cepat. Merasa agak sesak napas.

"Sebenarnya Gina kenapa?" lirih Gina tak mengerti sambil menyentuh lehernya, gadis itu menghela napas saat merasakan sebuah benjolan di sana. Kedua alisnya berkerut saat mengingat sebuah penyakit yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan apa yang dialaminya.

Matanya membulat, "Apa jangan-jangan ...?"

Gina tidak berani melanjutkan kalimatnya, gadis itu terdiam sambil menggigit bagian bawah bibirnya cemas, kepalanya menggeleng cepat.

"Gak, gak boleh self-diagnose, Gina sehat, Gina baik-baik aja," katanya yakin.

Gina lalu memaksakan tubuhnya untuk berdiri. Melangkah ke kamar dengan langkah lebar walau kepalanya terasa luar biasa pusing. Sayangnya tepat sebelum sampai di pintu kamar, mendadak semuanya terasa gelap bagi Gina.

🐊🐊🐊

Laura berjalan tenang keluar kelas sambil bersenandung, namun  langsung berhenti berjalan saat melihat seorang laki-laki yang berdiri menyandar di pilar yang ada di depan kelasnya.

"Auch! Ra! Jangan berhenti mendadak dong!" gerutu Velia -sahabat Laura- yang tak sengaja menabrak punggung Laura karena gadis itu tiba-tiba berhenti.

Tapi karena melihat Laura malah bengong sambil melihat lurus ke depan, Velia memilih untuk menahan omelannya, gadis itu jadi mengikuti arah pandang Laura walau selanjutnya langsung mendecak saat melihat siapa yang sedang diperhatikan sahabatnya.

Kisah Aksal si Casa(NO)va [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang