Bismillah...
Laura duduk di atas tempat tidurnya sambil menopang dagu. Menatap ponselnya yang ia taruh di atas kasur dengan ekspresi bimbang.
"Keputusan gue tepat gak ya?" lirihnya pelan.
Gadis berwajah cantik itu lalu menghembuskan napas kasar dan memutuskan untuk merebahkan tubuhnya. Menghadap ke langit-langit kamar dengan mata terjepam erat, menyamankan diri dan mulai larut begitu saja.
"Sebenarnya sejak kapan semuanya jadi berubah begini?" ujarnya.
Memori Laura bergerak perlahan, memutar satu persatu kejadian yang terjadi beberapa tahun yang lewat.
Hari itu--saat umur Laura masih 18 tahun--adalah kali pertama Laura kembali bermain ke rumah Diah setelah keluarga Laura pindah ke Amerika selama beberapa tahun. Laura masih ingat waktu itu saking rindunya ia dengan Diah, setelah sampai di Indonesia gadis itu tidak pulang ke rumah dulu, tapi langsung berbelok menuju rumah sahabatnya.
Namun sayangnya ketika Laura sampai di rumah Diah dan diperbolehkan langsung masuk ke kamarnya, hal pertama yang ia lihat bukan wajah ceria Diah yang biasanya, tapi pemandangan aneh yang membuatnya merinding.
Diah saat itu membelakangi Laura, terlihat seolah sedang berbincang dengan seseorang padahal ia hanya duduk menghadap ke arah dinding kosong. Tentu saja awalnya Laura berfikir, "oh Diah lagi nelfon ya?" tapi ternyata tidak. Gadis itu bahkan melihat ponsel Diah ternyata berada di atas meja.
"Di ... lo lagi ngobrol sama siapa?" tanya Laura sambil menepuk bahu Diah. Sahabatnya itu lalu menoleh be ke belakang dan mengerjap kaget saat melihat Laura.
"Lauraaa!! Kok lo gak bilang-bilang mau pulang? Kangen bangeet!"
Untungnya reaksi Diah saat itu masih normal. Ia bahkan langsung meloncat dari atas kasur untuk memeluk Laura membuat gadis itu tertawa kecil dan melupakan apa yang ia lihat sebelumnya.
"Baru tadi sih, gue langsung ke sini abis dari bandara, Papa sama Mama bahkan sampai ngomel-ngomel karena gue malah kangen rumah lo daripada rumah gue sendiri," katanya. Diah memajukan bawah bibir lalu melepaskan pelukannya.
"Jadi lo kangen rumah gue aja nih? Bukan kangen gue?" tanyanya. Laura terbahak.
"Ya kan yang gue kangenin dari rumah ini lo nya Diah," jelas Laura membuat Diah langsung tersenyum lebar.
Laura lalu mengedarkan pandangan. Menatap setiap jengkal kamar Diah yang masih terlihat sama dengan kamar yang ia kunjungi beberapa tahun yang lewat.
"Kamar lo masih sama ya, gak ada bedanya," lirihnya, jadi terbayang dengan dirinya yang dulu sering berlarian mengitari kamar Diah yang luas ini.
Diah tertawa kecil lalu menggeleng.
"Gak kok, ada yang berubah, masa lo gak lihat?" tanya Diah santai. Laura mengerjap.
"Oh ya, apa?"
Diah mengedikkan dagu ke arah dinding kosong yang ia ajak bicara tadi membuat mata Laura membulat sempurna.
"Kenalin, ini sahabat baru gue namanya Axel. Axel, kenalin ini sahabat aku, namanya Laura."
🐊🐊🐊
"Sebenarnya ada apa Zan?" tanya Aksal bingung, menatap Faizan yang duduk di depannya sambil memainkan laptop.
Tadi, sesampainya Aksal dan Gina di rumah, Faizan langsung menyambut kedatangan mereka membuat Aksal agak kaget. Pasalnya Faizan biasanya tipe yang cuek, ia bahkan harus ditelfon Aksal dulu agar mau membukakan pintu jika pemuda itu lupa membawa kunci. Tapi hari ini, Faizan seolah menunggu-nunggu kepulangan Aksal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Aksal si Casa(NO)va [SELESAI]
SpiritualeSejak kecil Aksal tau wajahnya tampan. Karena itulah tak sulit bagi Aksal untuk bergonta ganti pasangan. Pemuda itu juga tidak takut dengan karma karena ia sudah lama tidak punya Mama dan tidak punya adik perempuan. Sehingga kalau ada yang mengata...