You can kill her.

1K 180 10
                                    

Bismillah...

"Bunuh dia sekarang."

"Gimana kalau Aksal marah?"

"Dia gak akan marah. Dia akan berterimakasih karena kamu sudah menyelamatkannya dari orang yang salah."

"Benarkah?"

"Ya. Tentu."

Gadis itu terdiam sejenak, menatap sosok itu dengan dahi mengerut. "Gimana kalau nanti aku dikurung lagi?" katanya.

"Tidak masalah. Aku akan menemani kamu."

"Aku gak mau. Kamu pemarah. Aku mau ditemani Aksal."

"Aku tau, karena itu sekarang bunuh gadis itu dan kamu akan bisa bersama Aksal."

Gina duduk di sudut kamar, dengan tangan dan kaki terikat. Gadis itu sudah lelah menangis dan hanya bisa menatap Diah yang duduk di sudut lain, terlihat memeluk payung oren dan menggigit kuku tangannya sambil berbicara--sesekali berteriak--ke dinding kosong.

Gina menelan ludah, senantiasa berdzikir di dalam hati, berdoa kepada Allah agar segera dikirimkan penyelamat yang membebaskannya dari gadis itu.

Sebenarnya jauh di dalam hati, Gina merasa kasihan pada Diah. Gadis itu terlihat rapuh dan baik, namun hanya sedang tersesat di jalan yang salah.

Hal itu terbukti saat Diah memarahi dua pesuruhnya saat mengikatkan tali terlalu kencang pada Gina, ia bahkan meminta maaf pada Gina sambil menangis-nangis sambil memeluk Gina. Walau tak lama setelah itu ia duduk di sudut dengan wajah panik dan berbicara sendiri.

Gina menghembuskan napas. Lalu memejamkan mata rapat-rapat. Kepalanya terasa sangat pusing mengingat sejak tadi ia hanya bisa menangis dan psikisnya memburuk karena semua kejadian hari ini.

Gadis itu mencoba memaksakan diri dengan mengerjap-ngerjapkan mata dan tetap fokus mengawasi Diah, walau kenyataannya kondisi gadis itu sudah tak kuat lagi.

Hal terakhir yang dilihat Gina adalah Diah yang tiba-tiba menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam.

Dan perlahan kesadaran gadis itu menghilang.

🐊🐊🐊

Faizan menepikan motornya di depan rumah Diah lalu turun dengan gerakan cepat, disusul oleh Laura yang langsung mengikutinya.

"Kamu yakin dia bawa Kak Gina ke sini?" tanya Faizan sambil mengambil ponsel dari dalam saku lalu dan segera shareloc kepada Aksal, pemuda itu mendecak saat pesannya hanya ceklis satu.

"Iya, Diah selalu bawa korbannya ke rumah sendiri," kata Laura sambil melongokkan kepala ke dalam rumah Diah. Matanya membulat saat melihat dua orang laki-laki berbadan besar baru keluar dari rumah Diah sambil mengawasi keadaan sekitar. Reflek gadis itu segera menarik tangan Faizan membuat pemuda itu mendelik kaget.

"Kenapa?" tanya Faizan yang pasrah mengikuti Laura yang bersembunyi.
Gadis itu menaruh telunjuk di depan mulut.

"Sst ... nanti mereka dengar," kata Laura dengan pandangan menyipit ke arah dua orang laki-laki berbada besar itu.

Faizan mengerutkan kening, "Kak, bukannya Kakak disuruh ke sini sama Diah? Ngapain sembunyi?" bisik Faizan. Laura mengerjap.

"Ha?"

Faizan terkekeh. "Pesan tadi, bukannya tadi Diah yang minta Kakak ke rumahnya?" tanya Faizan. Laura tertawa.

"Oh iya."

Tadi saat mereka masih di kafe, tiba-tiba Diah mengirimkan foto Gina yang sedang duduk dengan tangan dan kaki terikat. Awalnya Faizan dan Laura panik, mengira jika Gina sudah tidak tertolong, namun sebuah pesan masuk lagi. Diah meminta Laura untuk menemaninya karena ia takut pada Axel yang terlalu sering memarahinya.

Kisah Aksal si Casa(NO)va [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang