Bismillah...
Ada yang berubah dengan Gina semenjak kejadian itu. Tidak jarang Aksal melihat Gina menghindarinya saat mendapat telfon dari seseorang, seolah-olah Gina tak mau Aksal tau siapa orang yang menghubunginya.
Awalnya Aksal pikir, mungkin Gina seperti itu karena marah padanya. Tapi ternyata tidak. Gina bahkan bersikap biasa saja pada Aksal. Gadis itu tidak mendiamkannya atau jaga jarak dengannya. Gina bahkan tetap perhatian membuat Aksal makin merasa bingung.
Karena kalau bukan karena marah, kenapa Gina menyembunyikan orang itu dari Aksal?
"Pak, saya sudah boleh ambil flashdisknya?"
Aksal agak tersentak, lalu mengerjap kaget ke arah seorang mahasiswa yang terlihat gugup di depannya. Terlalu asyik memikirkan Gina membuatnya tak sadar jika saat ini ia masih di kelas dan tadi meminjam salah satu flashdisk mahasiswanya untuk mengirim power point.
"Oh iya, ini, terimakasih ya," ujar Aksal sambil tersenyum sedikit. Mahasiswa Aksal itu mengangguk.
"Terimakasih kembali Pak," ucapnya sebelum kembali ke tempat duduk.
Aksal menghela napas, memutuskan untuk pergi menemui sahabatnya sepulang dari kampus, ia harus konsultasi dengan mereka untuk masalah ini. Karena ternyata Aksal si mantan casanova yang biasanya selalu tau tentang cewek, kehilangan taringnya.
🐊🐊🐊
Sagara duduk diam sambil menopang dagu, menatap Aksal yang curhat dengan mata berat menahan kantuk. Ayah muda itu memang belum tidur sejak tadi malam, ia sibuk menidurkan Eren putranya yang sedari bayi sudah menampakkan tanda-tanda sebagai makhluk nocturnal.
Eren selalu tidur dari pagi sampai siang, ia hanya bangun untuk minum susu lalu tidur lagi. Tapi malamnya ia mendadak aktif. Ia tidak mau tidur dan sering menangis keras membuat Sagara harus selalu menjaganya setiap malam.
Fani sendiri tidak diperbolehkan Sagara terlalu sibuk untuk menjaga Eren, proses kelahiran anak pertama mereka yang dilakukan dengan operasi caesar membuat kondisi Fani sampai sekarang masih lemah, bahkan tak jarang istri Sagara itu tiba-tiba menangis jika bekas jahitan operasinya terasa sakit membuat Sagara khawatir jika Fani terlalu banyak bergerak.
"Ga? Lo dengerin gue gak sih?"
Sagara tersentak kaget saat Aksal menepuk bahunya, lalu mengerjap dua kali untuk menghilangkan kantuk.
"Eh iya, gimana?" tanya Sagara agak linglung membuat Aksal yang sedari tadi curhat dengan semangat jadi menghela napas.
"Kayaknya gue salah pilih tempat curhat deh, apa gue ke Radi aja ya?" ujarnya membuat Sagara mendelik.
"Eh gak apa-apa kok, dibanding Radi gue masih mending lho, dia gak hanya capek ngurus anak aja, tapi lagi capek ngurus kerjaan juga," jelas Sagara membuat Aksal merasa tak enak.
"Gue lupa kalau sahabat-sahabat gue udah pada punya anak dan kesibukan masing-masing, maaf ya gue ganggu," lirihnya. Sagara mendengus.
"Apaan sih Sal, gak usah sok baik deh, dulu lo lebih nyusahin kok dari ini," jawabnya santai membuat Aksal yang awalnya merasa bersalah jadi mengumpat pelan.
Setelah Aksal kembali mengulang ceritanya, Sagara bersedekap lalu bergumam pelan, "Jadi lo punya teman trus dia curhat sama lo soal pacarnya yang sering ngehindarin dia waktu angkat telfon?" tanya Sagara memastikan.
Aksal mengangguk. Ia memang sengaja tidak menyebutkan nama Gina karena ingin melihat pandangan Sagara secara general. Karena kalau Sagara tau yang diceritakan Aksal adalah Gina ia pasti akan berkata begini,
"Gak usah terlalu dipikirin, Gina itu orangnya baik banget tau, dia mau sama lo aja udah syukur Sal, menurut gue lo gak tau diri sih kalau nuntut dia banyak-banyak setelah semua yang terjadi sama lo sebelum ini."
Karena itu Aksal tidak mau mengatakan jika yang diceritakannya adalah Gina.
Sagara diam sejenak, tatapannya berubah serius saat menatap Aksal, "Gue heran kenapa lo malah nanya soal ini sama gue," ucapnya membuat Aksal mengerutkan kening.
"Emang kenapa?" tanya Aksal. Sagara mengangkat bahu.
"Soalnya dulu lo sendiri kan pernah kayak gitu," ucapnya datar.
Aksal mengerjap bingung, "Masa sih?" katanya. Sagara mengangguk sedikit lalu menguap karena masih mengantuk.
"Lo ingat gak dulu pernah ditampar cewek waktu SMA?" tanya Sagara. Aksal diam sejenak.
"Hem, ingat sih," jawabnya.
"Lo ingat gak penyebabnya apa?" tanya Sagara lagi. Aksal bergumam.
"Karena gue selingkuh?" tanya Aksal agak ragu. Sagara mengangguk dua kali.
"Iya, tapi alasan awalnya gara-gara lo gak mau angkat telfon di depan dia," jelas Sagara. Ia diam sejenak untuk menatap wajah Aksal yang mendadak terlihat pias. Sagara menghela napas.
"Gue gak bilang kalau pacar temen lo itu selingkuh sih, tapi kalau dipikir-pikir apa lagi penyebab seseorang gak mau angkat telfon di depan pasangannya selain itu?" sambungnya.
🐊🐊🐊
Aksal menarik nafas dalam, menghembuskan pelan sambil menyandar ke kursi mobil. Sejak tadi ia enggan untuk keluar dari mobil karena tak mau bertemu dengan Gina padahal saat ini ia sudah berada di kampus gadis itu untuk menjemputnya.
Aksal membasahi bibir, meraih ponsel lalu melihat-lihat foto pernikahannya dengan Gina yang ada di galeri. Ia tersenyum tipis saat melihat senyum ceria gadis itu di sana. Meski saat pesta pernikahan gadis itu tak menggunakan make up sama sekali, tapi bagi Aksal, Gina terlihat sangat cantik di sana.
"Mungkin Alesha benar, gue gak cocok sama Gina, seharusnya sejak awal Gina sama Galen aja, dari namanya aja udah cocok Gina Galen, duo G," celoteh Aksal galau sambil merundukkan kepala di roda kemudi.
"Tapi Gina-Aksal juga cocok kan, GinaAksal, kayak nyambung gitu namanya," sambung pemuda itu mendadak ceria. Ia mendesah pelan.
"Tapi emang lebih cocok Gina Galen sih," katanya lalu murung lagi.
Saat masih asyik bermonolog, tiba-tiba hapenya berbunyi, membuat Aksal jadi agak kaget. Ia segera meraih hape lalu mengangkat alis saat melihat nama Gina muncul di sana.
Aksal berdehem sejenak lalu menempelkan ponsel di telinga kiri.
"Assallammuallaikum, iya Gina?" ujarnya.
"Waallaikumsallam, ehm Mas, Gina hari ini izin pulang telat ya," ucap Gina membuat Aksal mengernyitkan kening.
"Lho? Mau kemana?" tanya Aksal. Gina berdehem gugup.
"Eung, mau pergi sama teman sebentar," jawab Gina agak ragu-ragu. Aksal diam sejenak.
"Teman cowok?" tanya Aksal khawatir. Gina tidak langsung menjawab, ia terdengar menjauhkan hape untuk berbicara dengan seseorang, sayangnya Aksal tak bisa mendengarkan percakapan itu.
"Iya," jawab Gina akhirnya. Aksal menggigit bagian bawah bibir, mendadak hatinya terasa mendingin.
"Ya udah, hati-hati ya," jawab Aksal kemudian.
"Iya, Assallammuallaikum," ucap Gina lalu langsung mematikan sambungan sebelum Aksal menjawab salamnya.
"Waallaikumsallam," ucap Aksal meski tau gadis itu tak mendengar suaranya lagi.
Aksal menghembuskan nafas, kembali merundukkan kepala di roda kemudi. Hatinya terasa sesak luar biasa saat ini.
"Jadi ini ya rasanya diselingkuhin?" lirihnya serak.
"Sakit banget ya," sambungnya lalu tersenyum pahit.
🐊🐊🐊
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Aksal si Casa(NO)va [SELESAI]
SpiritualitéSejak kecil Aksal tau wajahnya tampan. Karena itulah tak sulit bagi Aksal untuk bergonta ganti pasangan. Pemuda itu juga tidak takut dengan karma karena ia sudah lama tidak punya Mama dan tidak punya adik perempuan. Sehingga kalau ada yang mengata...