Mama?

1K 176 15
                                    

Bismillah...

Hari ini adalah hari terakhir syuting film pertama Aksal, membuat pemuda tampan itu menghembuskan napas lega karena hari-hari melelahkannya sudah berakhir.

Akhir-akhir ini suasana memang berjalan dengan damai dan tenang. Tidak ada masalah berat lagi yang datang seperti sebelumnya. Gina kuliah dengan lancar. Adik-adiknya akur. Sahabat-sahabatnya hidup bahagia dengan keluarga kecil masing-masing. Bahkan baru beberapa saat yang lalu Aksal tertawa lebar karena mendengar kabar bahwa anak Sagara dan anak Radi yang lahir hari ini berjenis kelamin laki-laki, membuat keduanya gagal dijodohkan dengan anak kembar Alesha.

"Sal, abis syuting lo ada urusan gak?"

Pertanyaan Danendra yang berperan sebagai tokoh utama di film itu membuat Aksal yang sedang tersenyum-senyum melihat foto bayi  yang dikirimkan Gina jadi menoleh dan mengangkat alis.

"Enggak sih, emang kenapa Dan?" tanya Aksal kemudian.

Danendra tidak langsung menjawab, ia malah mengedikkan dagu ke Darion, sutradara film mereka. "Mas Darion bilang sih abis ini mau ngajakin artis sama kru film makan-makan, lo ikut?" tanya Danendra.

Mendengar itu Aksal menghela napas. Sebenarnya ia ingin sekali menolak tawaran itu karena sekarang yang ada di pikirannya hanya pulang, mandi, makan dan tidur. Pemuda tampan itu benar-benar capek saat ini.

Tapi karena Aksal sudah terlalu sering minta izin pulang duluan saat semuanya kumpul-kumpul, ia jadi segan untuk menolak. Lagi pula ini  acara kumpul-kumpul terakhir mereka, setelah film ini rilis, Aksal ragu bisa bertemu mereka lagi.

"Ya udah deh, gue ikut," putus Aksal membuat senyum Danendra seketika merekah.

"Nah gitu dong, jangan kabur-kaburan terus," ucapnya sambil merangkul Aksal.

Sekitar jam 8 malam, semuanya bergegas menuju ke restoran yang sudah dipesan Darion untuk merayakan hari terakhir syuting film mereka. Semuanya terlihat semangat  membuat Aksal jadi ikut tersenyum tipis karena tertular aura positif mereka.

"Tempatnya cantik banget ya Sal, ada danaunya," ucap Danendra sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling resto. Aksal mengangguk.

"Iya, bagus," kata Aksal setuju lalu diam sejenak, "kayaknya abis ini gue bakalan ke sini lagi tapi sama istri," sambungnya membuat Danendra mencibir.

"Mentang-mentang udah nikah semuanya jadi dikaitin sama istri ya Sal?" ledeknya. Aksal tertawa.

"Ho, iya dong, makanya nikan Dan, biar bisa ngerasain," ledeknya balik. Danendra bergumam lalu diam-diam melirik ke seorang gadis yang tengah berbincang serius dengan Darion. Eskpresi Danendra seketika berubah murung melihat itu.

"Gimana mau nikah, orang yang gue suka aja gak pernah nganggap gue ada," lirihnya galau membuat Aksal merasa turut prihatin. Pemuda itu lalu menepuk pundak Danendra dengan agak kuat.

"Semangat Dan! Sebelum janur kuning melengkung, dia belum milik siapa-siapa," tegas Aksal sambil mengepalkan tangan. Danendra tertawa kecil lalu mengangguk.

"Semangat!" jawabnya sambil ikut mengepalkan tangan.

Saat Aksal dan Danendra hendak masuk ke restoran bergabung bersama yang lain, tiba-tiba terdengar teriakan minta tolong membuat Aksal dan Danendra reflek menoleh ke belakang.

Mata Aksal seketika membulat saat melihat tangan seorang wanita tengah menggapai-gapai dari dalam air, sedangkan di sekelilingnya banyak orang yang ribut menyaksikan.

Aksal menggertakkan gigi, merasa kecewa karena tidak ada satupun diantara mereka yang menonton mau menolong wanita itu padahal mereka lebih dekat ketimbang dirinya, lalu tanpa pikir panjang Aksal segera melepas baju membuat Danendra yang masih shock karena ada kejadian seperti itu jadi makin kaget melihat temannya langsung maju.

Aksal segera menceburkan diri ke dalam danau lalu menarik wanita itu ke atas. Wanita itu sudah tidak sadarkan diri saat Aksal selamatkan membuat pemuda itu panik.

"Ada yang bisa kasih nafas buatan gak?" teriak Aksal membuat semua orang yang diam menonton dan sibuk merekam aksi heroik pemuda itu jadi tersentak.

"Ada gak?!" teriak Aksal lagi saat tidak ada satupun yang mau mengacungkan tangan.

"Sa-saya Mas," ucap seorang gadis dari arah belakang dengan takut-takut. Aksal menghela napas lega lalu segera menyerahkan wanita itu pada gadis tersebut.

"Tolong ya Mbak," ucap Aksal lalu tersenyum manis membuat gadis itu jadi agak salah tingkah.

Gadis itu lalu duduk di sebelah wanita itu. Diam sejenak karena ragu melepas cadar yang wanita itu kenakan.

"Saya boleh buka cadarnya gak Mas?" tanyanya pada Aksal. Aksal langsung mengangguk.

"Boleh Mbak, darurat," jawabnya.

Gadis itu lalu membuka cadar wanita yang Aksal selamatkan. Sedangkan Aksal duduk di belakangnya dengan ekspresi cemas. Takut jika gadis itu tidak berhasil memberikan pertolongan pertama.

Namun saat cadar itu dibuka seketika Aksal membeku. Jantungnya terasa berhenti berdetak saat melihat wajah cantik yang ada di balik cadar itu. Mendadak suara ribut yang ada di sekelilingnya tak terdengar di telinga.

Untungnya sebelum gadis itu memberikan nafas buatan, wanita itu perlahan sudah membuka mata lalu langsung mengedarkan pandangan. Matanya seketika membulat saat melihat Aksal duduk tak jauh darinya.
Aksal menelan ludah dengan susah payah, mendadak tenggorokannya terasa tercekat saat pandangan mereka bertemu, "Mama?" lirihnya.

🐊🐊🐊

Tidak seperti cerita pendahulunya, cerita Aksal agak berjalan lambat dan idenya suka ngadat. :')

Keep reading ya :')

Kisah Aksal si Casa(NO)va [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang