Chapter 12

2.4K 409 258
                                    

Story by;
Laceena & Cleorain


Senda gurau terdengar di tengah-tengah kesunyian malam. Di atas ranjang queen size sejoli itu bercengkrama, "Ngomong-ngomong, selama pemotretan aku terus memperhatikan Shizuka, sepertinya dia memang menyukaimu." wajah Hinata tenang namun nada bicaranya jelas sewot. Ia bertopang dagu di perut Naru, pria itu bersandar pada tumpukan bantal dengan posisi setengah duduk.

Hening sejenak, cuma helaan napas ringan yang terdengar darinya. "Lalu, kau ingin aku bagaimana?" ia menuturkan sembari mencubit-cubit pipi Hinata. "Tidak usah pedulikan dia, suasana hatimu bisa memburuk. Cukup lihat aku dan biarkan dia melakukan apa yang dia mau, kecuali dia mengganggumu maka dia harus berurusan langsung denganku."

"Itu yang membuatku takut." Hinata meraba tato berbentuk pusaran air yang ada di perut Naru lalu menggerakkan telunjuknya mengikuti pola melingkar. Naru meremang, ia langsung meraih tangan Hinata dan menarik wanita itu ke pelukannya.

"Kita sedang serius dan kau sengaja menggodaku? Apa-apaan itu, hem?" tak menggubris perkataan Naru, Hinata malah membenamkan wajah ke dadanya.

"Tidak tahu, aku sedang tidak bersemangat." ungkapnya malas lalu kembali diam.

"Lelah? Kita bergantian, kalau mau aku bisa memijatmu sekarang."

Hinata menggeleng, "Aku lupa, apa rasanya lebih baik?" ia menengadah dengan bibir manyun persis seekor ikan.

"Kau ini menanyakan apa, sih?" Naru melingkarkan lengannya ke pinggang Hinata.

"Pegal-pegal di badanmu sudah hilang tidak?"

"Ehm... lumayan, Naru tersenyum sebelum balik bertanya; "Tadi kau bilang takut, takut apa?"

Hinata mendesah pelan, "Aku bertemu Shizuka di toilet, entah kebetulan atau dia memang sengaja membuntutiku."

"Lalu?" Naru menyela, pria itu tak cukup sabar sementara Hinata masih ragu untuk bercerita. "Hinata..."

Wanita itu mendengus lalu mengambil tempat duduk, "Dia mengancamku..." Naru mengernyit heran, ingin menyela tapi Hinata lebih dulu melanjutkan pengakuan, "Shizuka ingin merebutmu dariku." ungkap Hinata singkat disambut gelak tawa oleh kekasihnya. "Kenapa malah tertawa? Naru... ini sama sekali tidak lucu."

"Bukan begitu..." masih juga tergelak, Naru memegang perutnya yang kram karena terlalu keras tertawa "Merebutku darimu? Memangnya aku ini siapa?"

"Ya priaku, kekasihku. Apa lagi memangnya?"

"Paham dengan ucapanmu barusan?" kedua alis Naru naik, bibir yang berlipat membuat lesung pipinya muncul.

"Tentu saja."

"Lantas, apa jawabanmu?"

"Aku bilang padanya untuk mundur saja. Naru tidak suka wanita lain, cintanya cuma untukku." Hinata berujar dengan angkuhnya.

"Terus apa lagi?"

"Aku mendorongnya ke wastafel, dia berteriak, memaki, tapi aku pergi saja."

Naru tersenyum, ia mengusap-usap kepala Hinata. "Kau tidak apa, kan? Kupikir dia sampai berbuat kasar." tangannya berpindah ke pipi Hinata lalu membelainya dengan lembut. "Jauhi Shizuka, aku khawatir dia lebih nekat."

"Kami tidak mungkin bertemu, kecuali aku ikut lagi denganmu."

Sejenak kembali hening, Naru terdiam, entah apa yang ia pikirkan dengan mengamati serius wajah Hinata, denting jam bersuara nyaring menandakan pukul dua belas malam tepat dini hari.

JEALOUSY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang