Chapter 8

2.8K 415 208
                                    

Di perjalanan menuju studio, Naru tidak bisa mengenyahkan kecemasannya terhadap Hinata. Apalagi yang bisa ia lakukan? Dia mencintai Hinata namun pekerjaan merupakan prioritas yang tidak bisa terbantahkan, ia giat bekerja agar kelak dapat membahagiakan Hinata.

Lampu lalu lintas memaksa Naru menghentikan mobilnya sesaat. Sorot matanya tampak serius memperhatikan sekitar jalan, tanpa sengaja ia mendapati seorang wanita tengan berbinar bahagia sambil merangkul erat lengan kekasihnya. Naru tersenyum tipis, memikirkan kapan raut bahagia itu bisa segera hadir di wajah cantik Hinata.

"Tidak lama lagi. Kau harus sabar, sayang." lirihnya sendirian seraya menginjak pedal gas dan melaju cepat.

.
.
.

Setibanya Naru di depan gedung studio, dia menarik napasnya dalam-dalam. Shizuka, model yang satu ini memang tidak asing sebab pernah terlibat bekerjasama dengan dia. Waktu itu Naru harus menggantikan posisi rekannya yang berhalangan untuk melakukan pemotretan. Sebagai orang baru ia berupaya bersikap loyal dengan menerima posisi tersebut, demi menunjukkan pula itikad baiknya sebagai bagian dari agensi besar yang menaungi dirinya.

Tak sulit bagi Naru untuk bisa setidaknya lebih mengenal model yang akan bekerjasama dengannya itu. Berulang kali teman-teman sesama fotografer menyuarakan pendapat mereka mengenai Shizuka. Gaara salah satunya, pernah mengatakan jika Shizuka sangat merepotkan. Sikap menyebalkan yang ditunjukkannya kerap membuat rekan-rekan lain tak menyukai bekerja sama dengan model cantik ini.

Selagi berjalan santai menuju kotak lift, beberapa staf lain tampak tersenyum menyapa Naru. Dia membalas dengan anggukan kepala, turut garis lengkung di bibirnya.

"Hoi, Naruto! Selamat, ya. Aku tidak menyangka kaulah yang mendapat kontraknya."

Seorang rekannya membuat Naru sedikit terkejut. Pria berambut cokelat ini hanya selisih sebulan lebih awal dari Naru sebagai salah satu fotografer baru. Barangkali fakta sekianlah yang mengakibatkan keduanya gampang mengakrabkan diri.

"Thank you, Kiba. Aku sendiri tidak menduganya. Kupikir Gaara atau Deidara yang bakal terpilih, mereka senior kita." usai menjawab, Naru menekan tombol angka 3 pada dinding lift.

"Pesona seorang Uzumaki Naruto, siapa yang bisa menolaknya, 'kan? Aku yakin sekali Shizuka tertarik padamu." celoteh Kiba, saat kini dia bersandar di sudut kotak lift. Matanya menyipit memperhatikan Naru yang justru tak acuh. "Kau tidak mau coba mendekati dia? Shizuka  punya nilai untuk ukuran kesempurnaan, menurutku kalian serasi."

Mendengar pengakuan pria ceriwis itu, Naru cuma bisa mendengkus tanpa minat. Jelas ia tak suka mendengar perkataan Kiba yang sibuk mencocokkan dirinya dengan Shizuka, bukan kali ini saja. Sering terjadi, di mana teman-teman ataupun staf lain senang menjodohkan Naru dengan model-model cantik dan seksi. "Kiba, sudah kubilang padamu aku memiliki kekasih."

Semua orang di agensi juga tahu Uzumaki Naruto memang memiliki kekasih. Si pirang ini tak pernah berniat untuk menutupi hubungannya. Sejak menginjakkan kakinya di sini, Naru telah mengakui hubungan yang tengah dia jalin.

"Kalau tidak salah, sudah bertahun-tahun, 'kan? Dan kau belum juga berniat untuk menikahinya. Pasti ada sesuatu hingga kau ragu melakukannya. Coba saja memulai hubungan baru dengan Shizuka. Itu pasti hebat, akan langsung menjadi trending topik. Pasangan fenomenal seperti harapan orang-orang di agensi ini.

Naruto hela napasnya cukup dalam, jemu mendengar opini-opini serupa secara berulang-ulang. Apa salahnya kalau dia hanya tertarik dengan satu wanita. Kenapa orang-orang selalu saja ingin ikut campur dalam urusan pribadinya? Shizuka tidak lebih dari seorang partner biasa.

"Kiba, kau menyukai Shizuka?!" celetuk Naru dengan ekspresi mengintimidasi di wajahnya. Dia menoleh, mengamati rekannya sangat serius.

"Tidak. Aku sudah punya seseorang."

JEALOUSY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang