By;
Laceena & Cleorain
Hinata tengah serius mengerjakan laporan keuangan. Tak jarang ia memijit-mijit kepala, mulai pusing akibat tugasnya malah rancu. Pada laporan neraca yang ia buat hasilnya tidak seimbang antara aktiva dan pasiva. Tentu saja harus meneliti ulang bagian mana yang salah. Mau tak mau Hinata memeriksa lagi semua jurnal, buku besar hingga neraca lajur untuk mengidentifikasi kesalahan.Helaan napas berat keluar dari bibirnya, melakukan pengecekan ulang memakan waktu yang tidak sebentar. Belum lagi mereklasifikasi untuk pemerataan laba. Kepala Hinata berputar-putar kala mengingat perintah sang atasan, Kakashi. Salahnya sendiri meminta cuti disaat laporan keuangan diharapkan untuk rampung. Pasalnya laporan keuangan di setiap bulan merupakan hal penting demi mengamati arus KAS perusahaan.
Biasanya Hinata tak pernah merasa sepi berada di ruang kerja. Celotehan Ino kerap menemani dan pengusir kebosanan. Sayangnya tidak untuk kali ini, Kakashi menegaskan agar dia bekerja serius dan secepat mungkin menyelesaikan tugas-tugas itu. Nada papan tuts komputer, langkah kaki terburu, bunyi telepon yang berdering nyaring... Hinata kini meyakini satu hal, ia lebih suka kebisingan Ino daripada hal-hal tadi yang justru kian memecah konsentrasinya.
Bunyi nyaring mesin printer menyebabkan Hinata agak terkesiap. Suaranya menambah riuh suasana sepi di kantor. Secarik kertas A4 meluncur perlahan dari dalam mesin itu. Baru saja Ino mencetak laporan persediaan barang dari sistem. Sebagai pengurus ia yang bertanggung jawab menangani stok gudang, "Hinata, sebentar lagi jam makan siang. Kau masih lama?" Ino mengimbuhkan setelah mengambil hasil cetak laporan untuk dibawa ke gudang.
Hinata melepas kacamatanya lalu menengadah, "Aku sedang meneliti ulang datanya, ini semua membuat kepalaku mau pecah." ia mendengus kasar.
"Itu memang tugas rutinmu, tumben mengeluh. Ini pertama kalinya kudengar seorang Hinata Hyuga menggerutu karena pekerjaan." perempuan berambut pirang itu menghampiri meja Hinata kemudian melirik layar monitor. "Bawa saja pulang, besok baru kau serahkan pada bos, selalunya juga begitu, kan?"
"Kuselesaikan di sini saja, Naru tidak di rumah. Bisa-bisa aku semakin pusing nanti." Hinata berujar pasrah dan tampak malas.
"Oh... itu sebabnya. Pantas kalau begitu. Memangnya wajib ya, dua puluh empat jam penuh dia ada bersamamu? Posesif sekali nona yang satu ini." goda Ino, wajahnya terlihat menyebalkan bagi Hinata tapi dia tak peduli, perempuan berambut pirang itu hanya mencibir bersama gelengan kepala. "Kau ikut makan siang, kan? Nanti aku kembali, bersiap sekarang dan jangan memaksaku untuk menunggumu." timpal Ino sebelum berlalu.
"Iya, aku tahu."
□■□■□
Shizuka menunjukkan banyak pose menarik lewat pemotretan kali ini. Tema full colour pula berlatar kamar tidur dipilih sebagai dua karakteristik khusus sehingga mendukung suasana pemotretan model emas itu jadi semakin intim dan bergairah. Wajah Shizuka akan dimuat di sampul depan majalah ternama.
Model berdarah Amerika itu memang sudah mempunyai aset. Bentuk tubuhnya berisi tapi juga ramping. Shizuka memilih lingerie babydoll burgundy, pakaian tidur yang umumnya memiliki panjang di atas lutut, berpotongan empire line, dengan bagian bawah yang flowy. Lingerie yang satu ini berkesan seksi sekaligus manis.
Sang fotografer tampan mulai mengarahkan gaya sensual wanita cantik tersebut di pinggir ranjang. Shizuka setengah berbaring menyamping, menumpukan wajah di salah satu telapak tangannya sedangkan tangan yang lain ia daratkan lurus mengikuti lekuk tubuhnya. Tak lupa Naru menuntunnya agar menampilkan raut wajah beserta senyum yang menggoda. "Kau tahan di situ! Satu... dua...tiga..." Naru membidik beberapa kali lalu meminta Shizuka mengubah posenya.
Wanita itu kini tertelungkup di atas ranjang king size yang mewah tadi. Kedua betisnya terangkat lalu kedua tangannya merentang, ia menatap fokus ke sembarang arah tanpa ekspresi berlebihan. Naru berjongkok dan begitu ia mengucapkan aba-aba seketika itulah pose diabadikan. Ia mengambil bidikan dari ragam sisi yang berbeda-beda. Jika diperhatikan, pose ini membuat Shizuka tampak lebih elegan.
Sesi pemotretan lingerie babydoll berakhir di pose ketiga. Shizuka telentang dengan kedua tangan yang kembali terulur, kedua kakinya ditekuk dan saling menyilang. Kepalanya sengaja ia jatuhkan ke pinggir ranjang hingga surai bergelombangnya tergerai bebas ke bawah. Shizuka mendongak bersama senyum mengembang di bibirnya. Dengan posisi seperti ini bagian dada wanita itu menyumbul, pose paling seksi sebagai penutup sesi pertama. Tak lama Naru bersiap di tempatnya, menelaah sisi terbaik lalu membidiknya tepat, si fotografer tampan memotret dari atas demi mempertahankan kesan sensual pada tema pilihan.
"Penampilan yang bagus, Shizuka. Kau bisa istirahat sebentar, setengah jam lagi kita lanjutkan," Naru mengimbuhkan dengan santai seraya berjalan ke meja untuk merilekskan diri. Ia mengecek hasil jepretannya. "Ini luar biasa," ungkap Naru merasa puas dengan kinerjanya. "Kalau terus begini, bisa selesai lebih awal." senyumnya mengembang hingga dia mengambil duduk lalu meneguk kencang minuman isotonik yang sudah tersedia di atas meja.
"Keberatan kalau aku ingin melihat hasilnya?" Shizuka mengatakan, perempuan itu menghampiri Naru setelah mengenakan kimono menutupi tubuhnya yang hanya berbalut lingerie. Ia menarik kursi ke samping Naru kemudian duduk sangat dekat dengan laki-laki itu.
Naru menoleh dengan wajah datar, "Silakan." jawabnya singkat seraya menunjukkan. Dalam situasi seperti ini tentu saja mereka terlihat akrab. Shizuka dapat meresapi aroma maskulin yang menguar dari tubuh Naru, sungguh wanginya memabukkan dan membuat ketagihan.
"Ternyata benar ya, kau memang fotografer istimewa. Bukan cuma wajahmu yang tampan, tangan dinginmu juga selalu menciptakan foto-foto yang indah." nada suaranya dibuat lembut, Shizuka memuji dengan senyuman.
"Terimakasih, tapi menurutku objek dan tekniknya merupakan faktor yang paling penting." sahut Naru sekenanya dan meletakkan kamera ke atas meja. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, mengamati staf-staf yang sibuk hilir mudik demi mempersiapkan sesi foto berikutnya.
Naru mengambil botol isotonik lalu meminumnya lagi perlahan. Jakun laki-laki itu bergerak naik turun diiringi suara tegukan. Shizuka memperhatikannya tanpa berkedip, terpesona dengan garis wajah juga gelagat Naru saat ini yang menyebabkan laki-laki itu jelas tampak erotis. "Kenapa?" tanyanya begitu menoleh dan mendapati Shizuka diam masih terpukau. "Hei... kau ini melihat apa, sih?"
Shizuka terkesiap, tak lama berdeham. "Kaupikir apa aku ini kurang cantik?" Shizuka menunduk malu, ia sungguh terbius oleh sihir laki-laki itu. Benar, bagi Shizuka, Naru penuh dengan magis. Pertama kali melihatnya ia langsung tertarik sekaligus penasaran setengah mati. Apalagi sikap Naru yang cuek dan terang-terangan tidak menaruh minat padanya.
Kernyitan dahi laki-laki itu muncul, ia balik menatap Shizuka dengan heran. "Kurasa tak ada yang perlu kujawab di sini, bagaimana bila kau kembali berbenah sekarang? Ehm... begini, aku tidak mau membuang-buang waktu, ada hal penting lain yang harus kukerjakan. Sebagai partner, kuharap kau mau membantuku. Aku serius ingin segera menyelesaikan ini. Yang kutahu model terkenal sepertimu bisa menjaga keprofesionalan dan pantang sekali bermain-main dalam pekerjaan. Apa benar?" Naru menegaskan asumsinya, "Jangan tersinggung, perkataanku murni karena kita berdua terlibat. Setidaknya kau juga mengusahakan yang terbaik jika berniat menjaga kerjasama denganku." timpal Naru kemudian meninggalkan perempuan itu.
"Lagi-lagi dia menolakku," Shizuka memberungutkan wajah, tak senang dengan sikap pengabaian Naru. "Apa bagusnya perempuan membosankan seperti Hinata? Kuno, tidak modis. Pokoknya aku tidak boleh menyerah. Maaf, Naru... tapi aku tidak bisa mundur untuk mendapatkanmu."
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
JEALOUSY ✓
Fanfiction>Collab with @Cleorain >Cover by @Cleorain Menjalin hubungan sangat lama hingga tujuh tahun. Namun tak juga mengantarkan mereka pada satu hubungan pasti, pernikahan. Apa sebenarnya yang terjadi pada sepasang kekasih yang saling mencintai ini?