59%

209 16 0
                                    

Sekarang saat dua jam lalu mereka telah sampai di villa, pulau pribadi Dhiafakhri Iqbaal. Iqbaal mengajak Nk mengelilingi bibir pantai yang terlihat begitu indah.

Tentu bersama kedua anaknya, yang bisa mereka lihat di kejauhan sana bermain kejar-kejaran bersama salsha dan aldi. Ingin iqbaal bergabung, namun tak mungkin mengajak ataupun meninggalkan nk yang tengah hamil seperti ini.

"Duduk disini yuk sayang." Kata iqbaal lembut, menyelipkan anak rambut nk yang berterbangan ke belakang telinganya.

Nk tersenyum dan mengangguk setuju. Sembari menghadap pantai yang ombaknya menabrak telapak kaki keduanya, mereka duduk menjulurkan kakinya ke depan.

"Kayaknya anak-anak seneng banget ya." Ucap nk.

"Iya, aku juga jadi seneng ngeliat nya." Balas iqbaal.

"Aku apalagi." Balas nk menatap iqbaal

sembari tersenyum. "Nanti kalau adik mereka udah lahir, dan udah sebesar mereka, boleh aku minta buat kesini lagi?" Ucap nk

Iqbaal mengangguk, tersenyum menyenderkan kepala nk ke bahu nya. "Kenapa enggak? Aku juga sebenarnya pengen kita kejar-kejaran disini, bareng anak-anak. Kita pasti akan ke sini lagi, nanti." Ucap iqbaal

"Beneran?"tanya nk

"Iya sayang..." bls iqbaal

Dengan perasaan hangat nya, tangan nk mengusap lembut perut buncitnya. Merasa tak sabar dengan kelahiran selanjutnya, yang tinggal menghitung bulan, dia akan lahir.

"Ihh... dia nendang lagi." Nk memekik senang saat mendapat respon sang anak yang kembali menendang perutnya didalam sana.

Mendengar itu, dengan cepat iqbaal mengalihkan wajahnya kearah perut nk. Menatapnya binar dengan perasaan hangatnya. Bahkan entah untuk yang ke berapa kali nya, iqbaal ikut mengusap perut istrinya.

Mengusap dengan lembut, merasakan gerakan yang ditunjukkan sang anak di dalam sana. Mungkin, walau dia belum tau jika dunia yang sedang ditatap ibunya adalah keindahan, iqbaal rasa, anaknya itu seperti merasakan kontak langsung dari nk sampai mereka berseru senang didalam sana.

"Abi, abi ngerasa ada yang aneh gak sama tendangan ini. “ Tanya nk mengusap perutnya sendiri.

Dahi iqbaal mengernyit tak tau. "Aneh? Aneh kayak gimana, maksudnya?"

"Kayak apa yang pernah umi rasain waktu hamil daehan sama kaia, umi rasa kehamilan kedua ini, hampir sama bi. Apa abi bisa ngerasain tendangannya? Apa abi ngerasa di dalam sana, cuma ada satu janin? Kayaknya lebih dari satu deh."

Pernyataan nk cukup membuat iqbaal terkejut bukan main. Apa maksud nk, kehamilan keduanya sama seperti yang pertama? Jika memang nk merasa bukan ada satu janin di dalam sana, apa itu artinya anak mereka akan kembar kembali? Kembar? Ya Allah, benarkah ini?

"Aku gak tau. Tapi apa maksud kamu, anak kita kembali kembar?" Ucap iqbaal penuh kebahagiaan.

Nk tersenyum ceria. “Kayaknya. Umi sih ngerasa begitu."

"Ya Allah, ini bener? Apa dia kembar lagi?" Pertanyaan yang iqbaal lontarkan selalu bernada ceria, betapa bahagia nya dia.

Nk menggeleng tak tau. "Aku juga gak tau bi. Gimana kalau abis liburan nanti kita langsung USG aja?" Usul nk.

Iqbaal mengangguk menyetujui. "Pasti. Abi juga udah penasaran." Ucap iqbaal kembali mendekap nk ke dadanya. Mengisyaratkan dirinya, bahwa iqbaal seperti seorang lelaki yang paling bahagia di dunia ini.

Betapa banyak keturunan nya nanti? Benar begitu?

"Abi,umi." Suara lembut Daehan yang memanggil membuyarkan aktivitas iqbaal dan nk.

Dilihatnya, Daehan dan kaia yang berantusias dengan penampilan rapih nya.

Lho? Bukannya tadi anak-anak nya sedang asik bermain dengan pakaian santai? Tapi kenapa, sekarang mereka berpenampilan layaknya ingin bepergian?

Perlahan, iqbaal dan nk bangkit dari posisi duduknya. Mereka berdiri menatap bingung dua anaknya itu.

"Ada apa, sayang?" Nk memberanikan diri bertanya.

Sambil tersenyum,langkah mungil Daehan berjalan mendekati nk. Kedua tangan mungilnya meraih telapak tangan umi nya itu. "Umi, mau ikut Daehan?"

"Kemana?"

"Ke suatu tempat." Jawab Daehan tersenyum.

Nk melirik iqbaal. Iqbaal yang kini malah tersenyum penuh arti padanya. Membuat mata nk membulat lebar, saat dirinya mulai sadar jika yang dilakukan Daehan, adalah rencana suaminya sendiri. Hal itu bisa nk lihat, dari senyum lelaki yang sangat dicintainya.

"Ini rencana, abi?"

Iqbaal mengangguk sembari tersenyum. "Abi, mau kasih umi surprise lagi?" Lagi, iqbaal mengangguk tanpa berkata.

"Apa itu macem-macem? Apa itu bahaya? Abi, umi gak mau lho kalau surprise nya kaya yang waktu kita_.

Cup

Ucapan nk terpotong. Tubuhnya seketika menegang saat bibir merah alami milik iqbaal mendarat mulus di keningnya. Mengecupnya lama, lembut, dan penuh cinta.

"Aku gak akan kasih banyak surprise untuk hari ini. Gak ada yang macem-macem, gak ada kata bahaya. Semua normal-normal aja, dengan satu tujuan..." Ucap iqbaal lembut mengusapkan tangannya ke pipi chubby nk. "Tujuan untuk kita. Aku mencintaimu."

Diakhirinya kecupan singkat di dahi nk, sebelum iqbaal tersenyum menggenggam jemari tangan istrinya
dan buah hatinya yang kini sudah menjelma layaknya pangeran.

Langkah mereka perlahan berjalan beriringan dengan tangan saling menggenggam. Daehan yang menggenggam nk, nk yang di genggam iqbaal

Dan nk pun mencari kaia 

Yaa, kalau dipikir-pikir didekat mereka memang tak ada kaia. Jadi, dimana anak itu? Ingin nk bertanya, namun semua gagal. Saat di depan matanya, datang seorang anak yang berlari riang ke arahnya.

Kaia. Itu kaia.

Kaia yang berpakaian sama layaknya seorang putri cantik.

Berlari riang mendekati keluarganya, dengan tangan kanan yang bisa nk lihat menggenggam sebuah kain. Kain seperti penutup mata, berwarna pink?

‘hallo umi. Bica umi pakai 11117"

Dengan nafas tersengal-sengal kaia mengulurkan kain penutup mata itu ke hadapan nk.

Perlahan nk mengambilnya. "Untuk apa?"

"Tutup mata umi pake itu ya. Abi, punya kejutan lho." Secepatnya kaia menutup mulutnya karena merasa keceplosan. "Hehehe....kaia keceplosan." Katanya polos.

Nk ketawa melihatnya. Tangannya terulur mengusap lembut pipi gembil kaia. "Umi udah tau kok. Ini ide abi
Secara langsung mata kaia membelalak terkejut. "Benalkah?"

"Iya sayang."

Tangan mungilnya menepuk jidatnya sendiri. "Gagal deh." Keluh kaia

Tak henti sampai disitu. Kelakuan anak itu masih ada. Dengan cepat tangan mungilnya menarik tangan  saudaranya dan meminta untuk berlari

dari tempat itu.

Sembari menunjukan tanda 'oke' pada jemari tangannya, Daehan dan kaia setuju. Di detik selanjutnya, secepat yang mereka bisa, mereka berlari menjauhi abi dan umi nya, entah kemana.

"HEY KALIAN MAU KEMANA?" Teriak
memanggil anaknya. Namun keduq anak itu tak menyahut, memilih pergia








(Jangan lupa vote) ⭐⭐⭐

Selebgram CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang